Penyalahgunaan NAZA atau Narkoba

138 Sosiologi SMAMA Kelas X 1 Ekspresi Keberanian Diri Remaja Anak remaja memiliki sifat ingin membuktikan diri dengan mendapatkan pengakuan dan perhatian orang lain. Dorongan inilah yang akhirnya membawa mereka berperilaku menantang bahaya dan melanggar norma. Salah satu perilaku menyimpang yang menantang bahaya itu adalah dalam bentuk menya- lahgunakan narkotika. Banyak remaja yang telah cukup memperoleh informasi mengenai dampak negatifnya. Akan tetapi, karena ingin tahu atau karena terpengaruh teman, mereka malah terjerumus dalam peri- laku menyimpang. 2 Tindakan Protes Remaja adalah individu yang mengingin- kan kebebasan. Mereka menganggap dirinya bukan anak-anak lagi yang perlu diatur dan dikontrol orang tua. Sebagai bentuk protes terhadap kekangan orang tua mereka me- nyalahgunakan narkotika. 3 Pelarian dari Beban Hidup Remaja seringkali menghadapi berbagai beban hidup. Berbagai masalah datang silih berganti. Mulai dari persoalan keluarga, tugas- tugas sekolah, hingga pergaulan dengan se- samanya. Sementara itu, mereka merasa be- lum cukup mampu untuk menghadapi berba- gai persoalan yang ada. Mereka memilih ke- senangan sesaat daripada menyelesaikan ber- bagai permasalahan yang ada. Masalah itu sendiri memang sudah seharusnya mereka hadapi sebagai bagian dari proses pendewasaan. Tipe remaja yang suka menghindarkan diri dari realitas kehidupan seperti itu sering menyalahgunakan narkotika. 4 Kesetiakawanan Setiap remaja selalu ingin memiliki kawan dan bergaul dengan teman sebaya. Mereka tidak nyaman bila dikatakan sebagai anak yang ‘kuper’ atau kurang pergaulan. Mereka juga takut dikatakan bukan ‘anak gaul’. Keadaan demikian ini berpotensi baik dan sekaligus buruk. Apabila teman pergaulannya baik, tentu mereka juga menjadi baik. Namun, apabila teman yang dipilihnya adalah konsumen narkotika, maka dia akan terlibat dalam penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk rasa kesetiakawanan. Infososio HASIL PENELITIAN TENTANG AKIBAT NARKOBA Penelitian membuktikan bahwa penyalahgunaan NAZA berakibut 1 merusak hubungan kekeluar- gaan, 2 menurunkan kemam- puan belajar, 3 membuat sese- orang tidak mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, 4 membuat seseorang berperi- laku antisosial, 5 merosotnya produktivitas kerja, 6 menggang- gu kesehatan, 7 meningkatkan kecelakaan lalu-lintas, 8 meningkat- kan tindak kriminal, 9 terjadinya cedera, cacat hingga kematian, dan 10 terjadinya perkelahian. Sumber: Prof. Dr. H. Dadang Hawari, 1990 139 Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial 5 Coba-coba Hal-hal baru selalu menarik bagi remaja karena rasa ingin tahunya besar. Kadang-kadang tidak sekadar ingin tahu, tetapi mereka juga ingin merasakan dan mengalaminya. Dalam kondisi seperti inilah, remaja dapat terlibat dalam penyalahgunaan narkotika. Pertama kali mencoba karena ingin tahu, setelah kecanduan mereka sulit melepaskan diri. Anak remaja, khususnya pelajar, adalah sasaran yang rawan terhadap peredaran narkotika. Secara psikologis, mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Apabila melihat atau mendengar ada sesuatu yang baru baginya, biasanya timbul keinginan untuk mencoba. Pikiran remaja pun belum mampu menilai secara kritis terhadap dampak negatif segala sesuatu yang mereka lakukan. Keadaan seperti inilah yang sering dimanfaatkan para pengedar narkoba untuk memasarkan barang haram itu kepada mereka.

b. Perkelahian Antarpelajar

Perkelahian antarpelajar disebut juga tawuran bahasa Jawa, yang artinya perkelahian yang melibatkan banyak pelajar. Perkembangan jiwa remaja belum stabil, emosinya lebih menonjol daripada rasio. Di samping itu, remaja belum mampu mempertimbangkan akibat negatif segala sesuatu yang mereka lakukan. Pertimbangan mereka terkadang mengabaikan segala risiko. Hasrat untuk mendapatkan pengakuan menjebaknya dalam perkelahian antarpelajar, padahal perbuatan itu menyimpang dan merugikan, baik dirinya sendiri maupun orang lain yang terkena imbasnya. Pemicu perkelahian terkadang hanya sepele. Misalnya, saling mengejek di antara pelajar. Rasa solidaritas negatif kemudian membawa pelajar–pelajar lain melibatkan diri, padahal mereka sebenarnya tidak terlibat langsung dalam persoalan tersebut. Ada yang ikut dengan alasan membela teman satu sekolah, ada pula yang terpaksa ikut karena takut dikatakan tidak punya keberanian. Di sinilah letak persoalan yang sebenarnya. Perkelahian melibatkan banyak pelajar akibat ikut-ikutan. Hal ini tidak mudah diatasi dan akibatnya cukup serius. Perkelahian massal selalu meminta banyak korban besar. Mulai dari kerusakan fasilitas umum hingga luka-luka berat maupun ringan, dan bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Tragisnya, sering terjadi anak yang tidak terlibat langsung juga menjadi korban, hanya karena berasal dari sekolah pihak lawan. Apabila sudah berkembang seperti itu, maka berbagai norma dan aturan hidup bermasyarakat sudah dilanggar. Solidaritas yang sebenarnya positif berubah menjadi mobilisasi massa yang merugikan dan melanggar ketertiban umum. Dalam keadaan kacau seperti itu, tentu suasana belajar di sekolah masing- masing menjadi terganggu, bahkan masyarakat luas menjadi resah. 140 Sosiologi SMAMA Kelas X

c. Penyimpangan Perilaku Seksual

Ada dua macam penyimpangan seksual, yaitu perilaku seksual di luar nikah dan homoseksual. Hubungan seks di luar nikah dapat berupa pelacuran, perkosaan, dan kumpul kebo. Kumpul kebo adalah hidup bersama seperti suami istri tanpa ikatan pernikahan yang sah. Hubungan seks antara orang-orang yang sama jenis kelaminnya disebut homoseksual. Homoseksual yang dilakukan sesama pria disebut gay, sedangkan sesama perempuan disebut lesbian. Semua bentuk perilaku seks menyimpang berakibat buruk. Hubungan seks di luar nikah adalah bentuk dari pelanggaran norma, terutama norma agama. Bagi yang beragama Islam, hal itu adalah zina besar yang berat pula hukumannya, begitu juga dalam agama Kristen dan Katholik hubungan seks diluar nikah adalah perbuatan zina dan menimbulkan rasa bersalah yang berlarut- larut. Dari sisi kesehatan jiwa, hubungan seks di luar nikah menimbulkan rasa bersalah yang berlarut-larut. Masyarakat pun akan memandang jijik kepada mereka yang melakukannya, sedangkan dari sisi kesehatan, hubungan seks bebas rawan terhadap penularan penyakit kelamin dan AIDS. Secara kodrati manusia dikaruniai naluri untuk mengadakan hubungan seks. Tuhan memberikan naluri itu sebagai cara untuk melestarikan atau menghasilkan keturunan. Namun, pemenuhannya diatur oleh norma-norma yang cukup ketat untuk menghindari dampak negatifnya. Baik agama, adat, maupun hukum telah mengatur perihal hubungan seksual. Seseorang diperbolehkan mengadakan hubungan seks apabila telah menjadi suami istri. Di luar itu, berarti penyimpangan perilaku seksual. Perilaku semacam ini dapat menimbulkan masalah. Misalnya, seorang wanita melahirkan anak tanpa diketahui siapa ayahnya.Wanita yang hamil di luar nikah pasti merasa was-was akan masa depannya. Apalagi kalau keluarganya mengetahui itu, dia dicemooh karena tidak dapat menjaga kesucian diri. Di mata masyarakat pun dia terhina, dianggap sebagai perempuan murahan. Pengertian hubungan seks di luar nikah, termasuk apabila sepasang kekasih melakukannya sebelum menikah, meskipun kemudian mereka menikah. Ter- bentuknya janin dari hubungan seks sebelum nikah dan kemudian lahir, statusnya merupakan anak tidak sah anak haram, dalam hukum agama. Apabila kelak anak mengetahui bahwa dia adalah hasil hubungan gelap anak haram maka dia akan merasa malu. Apalagi status anak haram dijadikan bahan ejekan teman- temannya. Akibat lain adalah penyakit AIDS rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit ini menular terutama lewat hubungan seks secara bebas dengan berganti-ganti pasangan. Pada tahun-tahun pertama sejak terjangkitnya virus, gejalanya tidak tampak dan sulit dideteksi, kecuali dengan tes khusus untuk mengetahui adanya virus itu dalam darah. Setelah berkembang, sistem kekebalan tubuh menjadi berangsur-angsur memburuk sehingga penyakit sekecil apa pun yang menyerang tubuh sulit dan bahkan tidak dapat disembuhkan. Kalau sudah seperti itu, mautlah taruhannya.