Paternalisme Diskriminasi Interaksi Asosiatif

85 Interaksi Sosial

i. Integrasi dan Pluralisme

Integrasi dan pluralisme adalah dua pola interaksi sosial antarkelompok masyarakat yang memiliki banyak persamaan. Integrasi sosial mengakui per- bedaan ras di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari ras suku bangsa berbeda dan dapat hidup bersama secara rukun dan damai. Walaupun mereka menyadari perbedaan itu, namun dalam hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat tidak ada perbedaan. Mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam hal memperoleh pendidikan, pekerjaan, dan kedudukan sosial. Pluralisme adalah hubungan antarkelompok sosial yang mengakui persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat. Hubungan seperti ini lebih menghargai kemajemukan kelompok daripada pola integrasi.

2. Interaksi Disosiatif

Interaksi sosial disasosiatif selalu mengarah pada proses oposisi. Oposisi terjadi apabila ada kelompok atau organisasi dalam suatu sistem mempunyai kekuasaan dominan yang memengaruhi kelompok lain untuk mengikutinya. Oposisi menjadi bentuk perlawanan dari kelompok minoritas terhadap kelompok mayoritas. Misalnya, dalam sistem demokrasi partai politik A mendukung Gambar 3.17 Indonesia adalah masyarakat plural majemuk dan terintegrasi dari berbagai suku bangsa. Foto:Peta suku-suku bangsa di Indonesia Sumber: Atlas. Indonesia Dunia dan Budayanya, Depdikbud 86 Sosiologi SMAMA Kelas X pemerintah, sedangkan partai B beroposisi terhadap pemerintah. Wujud oposisi atau proses disosiatif dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu persaingan, kontraversi, dan konflik.

a. Persaingan Competition

Persaingan melibatkan individu atau kelompok dalam rangka mencapai keuntungan di berbagai bidang kehidup- an. Persaingan berlangsung tanpa ancaman atau kekerasan. Persaingan yang wajar dengan mematuhi aturan main tertentu disebut persaingan sehat. Misalnya, dua orang siswa yang saling bersaing merebutkan posisi ranking per- tama di kelas. Keduanya berlomba de- ngan rajin belajar tanpa berusaha men- jatuhkan teman. Namun, sering juga terjadi persaingan tidak sehat terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Persaingan ekonomi timbul karena terbatasnya persediaan, terbatasnya kesempatan mengelola sumber daya ekonomi, perebutan daerah pemasaran, dan lain-lain. Persaingan tidak sehat dalam politik berbentuk menjelek-jelekkan lawan politik atau memfitnah. Persaingan juga dapat terjadi akibat perbedaan ras atau warna kulit, bentuk tubuh, dan jenis rambut. Indikasi adanya persaingan dalam bidang ini tercermin dalam sikap-sikap eksklusif dari mereka yang merasa dirinya lebih unggul, misalnya orang kulit putih biasanya menyombongkan diri sebagai ras yang unggul, padahal tidak ada alasan ilmiah yang mendukung hal tersebut. Selain itu, persaingan juga dapat terjadi antarindividu yang saling membanggakan kelebihan dan kedudukan masing-masing dalam masyarakat. Persaingan yang terjadi di antara individu maupun kelompok disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perbedaan pendapat, perselisihan paham, persamaan kepentingan pada suatu hal yang sama, perbedaan sistem nilai dan norma yang dianut, dan perbedaan kepentingan politik. Persaingan dapat menimbulkan berbagai akibat, baik positif maupun negatif. Akibat positifnya adalah timbulnya solidaritas kelompok sehingga rasa kesetiakawanan menjadi lebih tinggi, sedang akibat negatifnya adalah terjadinya kerusakan harta benda dan bahkan jiwa manusia. Persaingan juga mengakibat- kan terjadinya negoisasi antara kedua belah pihak. apabila negoisasi meng- hasilkan status quo, maka pihak yang dominan merasa menang, sementara pihak yang lain merasa dirugikan. Gambar 3.18 Sepak bola adalah suatu persaingan prestasi antarnegara, antartim, antarpemain, bahkan antarpendukung. Sumber: Tempo, 28 November - 4 Desember 2005