Melalui Agama Berbagai Cara Pengendalian Sosial

148 Sosiologi SMAMA Kelas X Orang yang memiliki kadar keimanan tinggi akan dapat memahami, bahwa semua norma dalam agamanya mengandung manfaat yang baik bagi kehidupannya. Kadar keimanan yang tinggi hanya dapat dicapai apabila kita rajin mengkaji, mempelajari dan mendalami makna yang terkandung di dalam setiap ajaran agama. Oleh karena itu, orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang hidupnya bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, dan ma- syarakatnya.

3. Lembaga Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial tidak mungkin terjadi jika tidak ada yang melak- sanakannya. Orang atau badan yang mengawasi, mengatur, mengontrol, atau memberi contoh demi terpeliharanya ketertiban sosial disebut lembaga pengen- dalian sosial. Berikut ini dijelaskan empat lembaga pengendali sosial.

a. Polisi

Polisi berperan dalam mencegah dan menangani kejahatan. Secara preventif, polisi bertugas memberikan penyuluhan mengenai kesadaran hukum dan sosialisasi berbagai peraturan dan undang-undang. Tanggung jawab utama polisi justru pada penanganan tindak kejahatan yang ada di masyarakat, seperti pencurian, penganiayaan, penghinaan, pembunuhan, penodongan, perkelahian, perusakan, perampokan, penipuan, pencemaran nama baik, pemalsuan, dan lain-lain. Apabila suatu kejahatan terjadi di masyarakat, maka polisi bertugas menangkap, memeriksa atau menyidik pelakunya. Setelah diperoleh keterangan cukup, kemudian pelaku diajukan ke pengadilan.

b. Pengadilan

Pengadilan berfungsi menentukan kepastian hukum bagi para pelanggar norma hukum. Selain itu, pengadilan juga bertugas mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa dalam urusan perdata. Keputusan yang dikeluarkan pengadilan mengacu kepada ketentuan hukum positif. Namun, sebelum mengambil keputusan, pengadilan menggelar sidang terlebih dahulu. Dalam sidang itu, pihak penyidik polisi mengajukan berkas perkara yang berisi uraian tindak kejahatan secara rinci dengan disertai bukti-bukti dan saksi-saksi. Di dalam sidang pengadilan, perkara diperiksa kembali dengan menghadirkan saksi-saksi. Ada tiga pihak yang berperan di dalam persidangan, yaitu hakim se- bagai pemutus perkara, jaksa berperan mengajukan tuntutan hukum sesuai ketentuan hukum tertulis dengan disertai bukti-bukti yang memberatkan tuntutan, dan pembela pengacara yang berusaha membantah semua tuntutan dengan bukti-bukti yang meringankan. Gambar 5.8 Lembaga peradilan tertinggi merupakan puncak harapan kehidupan bernegara yang tertib, bersih, dan adil. Sumber: Gatra, 9 Agustus 2006 149 Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial Berdasarkan perkara, hakim memutuskan jenis dan kadar hukuman yang dijatuhkan. Apabila keputusan hakim sudah dikeluarkan, berarti secara hukum pihak-pihak yang berperkara telah mendapat kepastian hukum. Kepastian hukum itu bersifat tetap dan mengikat. Dengan begitu, orang yang diajukan ke pengadilan sudah resmi mendapat hukuman yang setimpal dan seadil-adilnya berdasarkan keyakinan hakim yang memutus perkaranya. Ada keputusan hakim yang lebih lunak dibanding tuntutan jaksa, tetapi ada pula keputusan yang justru lebih berat daripada tuntutan jaksa. Semua itu tergantung dari berbagai faktor dan hal yang terungkap dalam persidangan di pengadilan.

c. Lembaga Adat

Lembaga adat terdiri atas nilai- nilai budaya, norma-norma hukum adat, dan aturan-aturan yang saling berkaitan, lengkap dan utuh. Sistem yang terbentuk bersifat tradisional, magis, dan religius. Ketradisionalan- nya terletak pada struktur organisasi dan jalinan kerjanya yang tidak berdasarkan prinsip-prinsip organi- sasi modern. Sanksi pelanggaran didasarkan pada kepercayaan ke- agamaan maupun kepercayaan kepada hal-hal yang bersifat magis. Lembaga adat mengatur pergaulan, perkawinan, mata pencaharian, cara berpakaian, bangunan rumah, upacara keagamaan, dan semua perilaku sosial. Jika seseorang melakukan penyimpangan perilaku, lembaga adat telah siap dengan segala perangkat penanganannya. Keputusan diambil oleh forum musyawarah para tokoh adat. Sanksi adat dapat berupa pengucilan, teguran, denda, dan lain-lain. Demikianlah cara kerja lembaga adat dalam pengendalian sosial.

d. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah orang yang oleh warga masyarakat dianggap memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan itu dapat berupa kemampuan, penge- tahuan, perilaku, usia, atau status sosial tertentu. Dengan kelebihan itu, seorang tokoh dianggap sebagai pemimpin dan memiliki legitimasi kuat di mata warga masyarakat. Legitimasi membuat tokoh masyarakat menjadi suri teladan bagi warga lainnya. Selanjutnya, keteladanan memengaruhi orang lain sehingga berfungsi efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial. Tokoh masyarakat bisa merupakan pemimpin formal maupun informal. Tokoh yang diangkat secara resmi oleh pemerintah tergolong pemimpin formal. Adapun tokoh yang bukan karena pengangkatan oleh pemerintah disebut tokoh informal. Gambar 5.9 Di zaman modern sekalipun, lembaga adat masih berfungsi. Foto: Warga Badui Dalam. Sumber: Robert