NILAI DAN NORMA SOSIAL
BAB II
Apabila bertemu dengan orang yang Anda kenal baik, maka tentu Anda akan
menyapa hormat dan menyalaminya. Mengapa?
Setiap masyarakat senantiasa memi- liki nilai dan norma sosial yang meng-
atur interaksi warganya. Nilai dan nor- ma terbentuk lewat proses penyesuaian
diri di antara warga masyarakat secara terus-menerus. Apabila suatu nilai sosial
dirasakan cocok untuk seluruh warga masyarakat, maka nilai sosial itu diteri-
ma menjadi landasan hidup bersama. Untuk menerapkan nilai sosial di dalam
masyarakat, maka disepakati pula norma yang mengatur implementasinya. Proses ini berlangsung secara alami di masyarakat dan berdasarkan kesepakatan ber-
sama para warga masyarakat yang bersangkutan. Setelah nilai dan norma di- sepakati serta diterima, maka nilai dan norma tersebut disosialisasikan kepada
warga masyarakat secara turun-temurun. Tujuannya agar warga masyarakat menyesuaikan perilakunya dengan nilai dan norma itu, sehingga tercipta keter-
aturan sosial.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari isi bab ini, diharapkan Anda dapat: 1. mendeskripsikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
2. memberikan contoh nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat.
Kata Kunci : Nilai, Norma, Kebudayaan, Tujuh unsur kebudayaan, Pergeseran
nilai.
Gambar 2.1 Norma tata tertib mengatur cara berpakaian siswa di sekolah.
Sumber: Haryana
42
Sosiologi SMAMA Kelas X
Peta Konsep
Nilai Perserikatan
M o
de
F ash
io n
NORMA-NORMA SOSIAL MASYARAKAT - KEBUDAYAAN
N ila
i E
st e
ti k
a
N ila
i E
ti k
a
N ila
i K
e ilmua
n
N ila
i R
e ligi
us
Nilai Rohani Nilai Material
Nilai Vital
T a
ta ca
ra
U sa
ge
K e
bi a
sa a
n
F o
lk w
ay s
T a
ta K
e la
k ua
n
M o
re s
A da
t Ist
ia da
t
C ust
o m
H uk
um
L aw
s
N o
rma A
ga ma
NILAI-NILAI SOSIAL
Meliputi
Meliputi
Meliputi Mencakup
Nilai dan Norma Sosial
43
A. Nilai-nilai yang Berlaku di Masyarakat
Nilai-nilai sosial adalah prinsip- prinsip, patokan-patokan, anggap-
an, maupun keyakinan-keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat. Di
dalam masyarakat, ada patokan-pa- tokan yang perlu dipatuhi, dianggap
baik, benar, dan berharga bagi war- ga masyarakat. Patokan-patokan itu
tidak tertulis, namun hidup dalam alam pikiran setiap warga masya-
rakat. Setiap generasi mewarisi nilai sosial dari generasi sebelumnya. Ka-
pan terbentuknya setiap nilai sosial tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, suatu prinsip atau patokan berpe-
rilaku dianggap telah menjadi nilai sosial apabila seluruh warga masyarakat menyepakatinya. Nilai sosial yang telah diakui, disepakati dan dipatuhi bersa-
ma oleh suatu kelompok masyarakat secara sosial bersifat mengikat.
Banyak sekali nilai sosial yang berkem- bang di suatu masyarakat. Nilai-nilai itu diper-
lukan untuk mengatur hubungan antarwarga masyarakat. Semakin berkembang suatu ma-
syarakat, nilai-nilai sosialnya pun berubah. Pe- rubahan nilai sering disebut juga pergeseran
nilai. Berikut ini, akan dijelaskan nilai gotong royong dalam masyarakat kita. Bagaimana nilai
itu mengatur kehidupan warga masyarakat, dan perubahan pergeseran apa yang terjadi.
Masyarakat tradisional Indonesia pada umumnya menganut prinsip gotong royong.
Misalnya, kegiatan bersih desa, memperbaiki saluran irigasi pertanian, atau membangun jalan-jalan di perkampungan, bahkan
kegiatan membangun rumah di desa-desa masih dikerjakan secara bergotong royong. Di Jawa Tengah, hal ini dikenal dengan istilah
sambatan. Hanya pekerjaan khusus seperti tukang kayu dan tukang batu yang dibayar. Orang
kota mewujudkan nilai gotong royong dalam bentuk lain. Di lingkungan kerja mereka yang sibuk, pada umumnya selalu ada pengumpulan dana sukarela se-
cara rutin. Dana itu digunakan untuk membantu warga kelompok yang sedang kesusahan. Kesibukan orang kota yang bekerja di sektor formal membuat nilai
gotong royong berubah bentuk. Walaupun makna dasarnya sama, namun kadar
Infososio
CIRI-CIRI NILAI SOSIAL
Nilai sosial memiliki lima ciri, yaitu selalu berkenaan dengan 1 haki-
kat hidup manusia, 2 hakikat karya manusia, 3 hakikat kedu-
dukan manusia dalam ruang dan waktu, 4 hakikat hubungan ma-
nusia dengan alam sekitarnya, dan 5 hakikat hubungan manusia
dengan sesamanya.
Sumber : C. Kluchohn
Gambar 2.2 Nilai gotong-royong masih hidup subur di desa.
Foto: suasana gotong- royong membangun rumah
atau membersihkan irigasi.
Sumber: Haryana
44
Sosiologi SMAMA Kelas X
dan bentuknya berbeda. Pergeseran nilai gotong royong berhubungan dengan sifat
masyarakat kota yang praktis, efisien, dan cenderung individualistik.
Nilai sosial ada dalam setiap kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun dalam
masyarakat. Setiap masyarakat memiliki nilai- nilai sosial yang berbeda dengan masyarakat
lain. Demikian juga, setiap individu mungkin menganut nilai-nilai sosial yang berbeda de-
ngan orang lain. Seperti dijelaskan dalam con- toh di atas, masyarakat kota mempunyai sifat
individualistik, sedangkan masyarakat desa cenderung mengutamakan kebersamaan dan
kekeluargaan. Perbedaan itu menunjukkan bahwa kedua masyarakat menganut nilai per-
gaulan yang berbeda, contohnya dalam ling- kup pribadi. Risna beranggapan, bahwa se-
telah lulus SMA nanti, dia lebih baik mencari pekerjaan untuk dapat menghasilkan uang
sendiri, walaupun orang tuanya mampu mem- biayai dia kuliah, sedangkan Dewi beranggap-
an, bahwa meneruskan pendidikan hingga memperoleh gelar kesarjanaan sangat penting baginya. Perbedaan anggapan
dalam hal pendidikan dan pekerjaan antara Risna dan Dewi, menunjukkan keduanya menganut nilai yang berbeda.
Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat bersumber pada: 1. hukum-hukum alam; suatu masyarakat biasanya mengambil nilai tertentu
pada kejadian-kejadian alam. Misalnya, penebangan liar dianggap hal tercela karena dapat menyebabkan banjir;
2. kebenaran umum; konsep awalnya sangat sederhana yaitu lahir dari kondisi alamiah setiap individu dalam masyarakat. Misalnya, dipukul rasanya sakit,
maka memukul orang lain bertentangan dengan kebenaran umum; 3. anggapan terhadap kekuasaan tresedental; Individu dengan segala
keterbatasannya pada kondisi tertentu akan mencari kesempurnaan di luar wilayahnya.
Dari sumber-sumber tersebut suatu nilai mengalami proses penerimaan
menjadi nilai sosial. Penerimaan ini terjadi dalam tiga tahap, yaitu: 1. transformasi; penyampaian informasi ke dalam tiap-tiap individu anggota
masyarakat. Penyampaian informasi dilakukan dengan dua cara yaitu ra- sionalisasi dan doktrin;
2. diskusi; proses sosial yang memusyawarahkan tentang suatunilai. Dari proses ini, melahirkan penilaian apakah suatu nilai sosial diterima atau kebetulan;
serta
Infososio
RAGAM NILAI SOSIAL
Notonagoro membagi nilai sosial menjadi tiga, yaitu 1 nilai mate-
rial, 2 nilai vital, dan 3 nilai ro- hani.
Walter G. Evrett. merinci nilai so- sial menjadi lima, yaitu 1 nilai
ekonomi, 2 nilai rekreasi, 3 nilai perserikatan, 4 nilai kejasmanian,
dan 5 nilai watak.
Edward Spranger mengklasifikasi- kan nilai menjadi 1 nilai teori
yang menentukan identitas se- suatu, 2 nilai ekonomi yang beru-
pa kegunaan sesuatu, 3 nilai aga- ma yang berhubungan dengan
sesuatu yang bersifat ketuhanan, 4 nilai seni yang berhubungan
dengan ekspresi keindahan, 5 ni- lai kekuasaan yang berhubungan
dengan politik dan pemerintahan, dan 6 nilai solidaritas yang ber-
hubungan dengan cinta, persa- habatan, dan hidup bersama.