16
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang 1 kajian pustaka, 2 penelitian yang relevan, 3 kerangka berpikir dan 4 pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka
1. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Surya 2011: 143-146 mengatakan bahwa Piaget mendefinisikan perkembangan kognitif yaitu suatu proses dimana tujuan individu melalui
suatu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Interaksi tersebut melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga
menjadi dikenal oleh individu. Sedangkan, adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungan.
Surya 2011: 144 mengatakan bahwa adaptasi terjadi dalam dua bentuk, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses
menerima dan mengubah apa yang diterima dari lingkungan agar sesuai dengan dirinya. Sedangkan, akomodasi merupakan proses penyesuaian
individu agar sesuai dengan apa yang diterima dari lingkungannya. Suyono 2011: 82-84 mengatakan bahwa Piaget membagi empat tahap
perkembangan kognitif, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 a.
Tahap Sensorimotor 0-2 tahun Pada tahap ini, anak dapat membangun pemahaman mengenai
lingkungannya dengan
mengoordinasikan pengalaman-pengalaman
sensoris melihat dan mendengar dengan tindakan-tindakannya motorik. Hal ini berarti anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan
melalui alat indera dan pergerakannya. b.
Tahap Pra-operasional 2-7 tahun Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan aktivitas kognitifnya dalam
menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Anak sudah dapat memahami lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol-
simbol. Cara berpikir anak pada tahap ini belum sistematis, belum konsisten dan belum logis.
c. Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun
Pada tahap ini, pikiran logis anak mulai berkembang. Anak mulai mengerti tentang lingkungan sekitarnya dan tidak terlalu menggantungkan diri pada
informasi yang diperoleh dari pancaindera. Anak juga mulai menguasai pembelajaran penting. Misalnya, ciri yang ditangkap oleh pancaindera
seperti besar dan bentuk sesuatu. Selain itu, anak juga sesungguhnya mulai dapat melakukan klasifikasi, hubungan dan kuantitas. Konsep klasifikasi
adalah kecakapan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Konsep hubungan adalah kemampuan anak untuk memahami hubungan antara suatu masalah dengan masalah lainnya. Konsep kuantitas adalah
kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap sama meskipun bentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 fisiknya berubah. Namun, anak belum sepenuhnya menyadarinya sehingga
anak masih membutuhkan alat bantu berupa media pembelajaran untuk menyadari konsep-konsep tersebut.
d. Tahap Operasi Formal 11 tahun
Pada tahap ini, perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan memahami konsep abstrak.
Perkembangan kognitif pada tahap ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir yang tingkatannya lebih
tinggi. Berdasarkan pengelompokkan tahapan di atas, maka peserta didik kelas
V tingkat sekolah dasar termasuk ke dalam tingkat operasional konkret. Peserta didik kelas V rata-rata usianya antara 10-11 tahun. Dalam tahapan ini,
peserta didik telah dapat membuat pemikiran tentang situasi atau hal konkret secara logis. Jika dikaitkan dengan pembelajaran, proses pembelajaran akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif peserta didik.
2. Media Pembelajaran