Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku 7 Edukatif Mendidik dan memotivasi peserta didik dan pendidik. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria PAK atau penilaian acuan patokan PAP. PAK atau PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal KKM.

g. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia sejak tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah maupun sekolah-sekolah yang siap melaksanakannya masih mengalami banyak kekurangan. Namun demikian, di lain pihak pelaksanaan kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan. Kurniasih dan Berlin 2013:40 menjelaskan keunggulan dan kelemahan Kurikulum 2013 antara lain: 1. Kelebihan Kurikulum 2013 a. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. b. Adanya penilaian dari semua aspek. c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. d. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. e. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. f. Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills, hard skills, dan kewirausahaan. g. Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global. h. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional. i. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala. j. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan. k. Sifat pembelajaran sangat kontekstual. l. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal. m. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan secara lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keterampilan membuat RPP serta menerapkan pendekatan scientific secara benar. 2. Kelemahan Kurikulum 2013 a. Guru banyak salah kaprah karena beranggapan bahwa dengan Kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas. b. Banyak guru yang belum siap secara mental dengan adanya Kurikulum 2013 ini. c. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific. d. Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP. e. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik. f. Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat. g. Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. h. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013 karena Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat. i. Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu. j. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama. 2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tan dalam Rusman, 2013:232 menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Trianto 2007:67 mengatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigm pembelajaran konstruktivis untuk kegiatan belajar mengajar di kelas agar pembelajaran berpusat kepada siswa. dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah model problem based learning. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ibrahim dan Nur dalam Rusman 2013:241 mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Moffit dalam Rusman, 2013:241 mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Persamaannya terletak pada pendayagunaan kemampuan berpikir dalam sebuah proses kognitif yang melibatkan proses mental yang dihadapkan pada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia nyata. Dengan demikan siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata Trianto,2007:67. Pembelajaran berbasis masalah, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dengan melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah serta memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah Ngalimun, 2012:89. Dari pendapat kedua para ahli di atas memiliki persamaan yaitu pada model pembelajaran berbasis masalah, siswa terlibat aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Selain itu, Boud dan Felleti dalam Ngalimun, 2012:89 mengatakan bahwa PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah- masalah praktis, berbentuk, ill-structured, atau open ended melalui stimulus dal am pebelajar.” Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa PBM dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. dengan kata lain, penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari Ngalimun, 2012:90. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi. Menurut Siregar dan Nara 2010:120, terdapat lima bentuk belajar untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: 1 Permasalahan sebagai pemandu Masalah menjadi acuan konkret yang harus diperhatikan oleh pemelajar. Bacaan yang diberikan harus sesuai dengan masalah karena masalah akan menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing. 2 Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi Masalah disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan oleh guru. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pemelajar dalam menerapkan pengetahuannya guna memecahkan masalah. 3 Permasalahan sebagai contoh Masalah dijadikan sebagai contoh dan bagian dari bahan belajar. Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru. 4 Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar 5 Masalah dijadikan sebagai alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis. 6 Permasalahan sebagai stimulus belajar Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam upaya pemecahan masalah kontekstual maupun abstrak melalui langkah- langkah yang bersifat ilmiah dan siswa diminta diharapkan untuk memecahkan masalah dengan baik dan mencari solusi. b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Rusman 2013:232 mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1 Permasalahan menjadi starting point dalam belajar. 2 Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 3 Permasalahan membutuhkan perspektif ganda multiple perspective. 4 Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 5 Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama. 6 Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam pembelajaran berba sis masalah. 7 Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. 8 Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari debuah permasalahan. 9 Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalahmeliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. 10 Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Rusman 2013:233 menyebutkan Studi khasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi 1 penyajian masalah; 2 menggerakkan inquiry; 3 langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi. Ngalimun 2014:90 mengemukakan PBM memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1 belajar dimulai dengan suatu masalah, 2 memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, 3 mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ilmu disiplin, 4 memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, 5 menggunakan kelompok kecil, 6 menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBM dimulai dengan adanya masalah dapat dimunculkan oleh siswa atau guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajan. Rusman 2013:233 menjelaskan alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah seperti gambar flowchart berikut ini: Gambar 3. Flowchart Keberagaman Model PBM Belajar Pengarahan Diri Menentukan Masalah Belajar Pengarahan Diri Analisis Masalah dan Isu Pertemuan dan Laporan Belajar Pengarahan Diri Penyajian Solusi dan refleksi Belajar Pengarahan Diri Kesimpulan dan Integrasi Struktur PBM biasanya digambarkan dalam sebuah formulasi seperti berikut: a Menemukan Masalah  Analisa Masalah Penemuan dan Pelaporan Integrasi dan Evaluasi. b Menemukan Masalah Inquiry Masalah  Mengangkat Isu Belajar  Penemuan Peer Teaching  Menyajikan Solusi  Review. c Menemukan Masalah  Analisis  Penelitian dan Kerja Lapangan Pelaporan dan Peer Teaching  Menyajikan Temuan  Refleksi dan Evaluasi Rusman, 2013:239. c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah problem based Learning ini dikemukakan oleh Hamdatama 2014:211 sebagai berikut: 1 Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2 Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4 Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5 Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan. Adapun yang dikemukakan oleh Amir 2009:24 terdapat tujuh langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah itu antara lain: 1 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Pada tahap pertama ini setiap anggota kelompok harus memastikan bahwa semua anggotanya telah memiliki pemahaman terhadap berbagai istilah atau konsep yang terdapat di dalam masalah. 2 Merumuskan masalah Pada tahap kedua ini, kelompok harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap fenomena atau kejadian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Menganalisis masalah Tahap ketiga ini setiap anggota kelompok menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah. Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. 4 Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Pada tahap ini setiap kelompok melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengelompokkannya; mana yang saling menunjang, mana yang saling bertentangan, dan sebagainya. 5 Memformulasikan tujuan pembelajaran Tahap ini dinamakan sebagai tahap perumusan tujuan. Setiap kelompok merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah mengetahui bagian-bagian pengetahuan yang masih belum jelas dan kurang dipahami. Tujuan pembelajaran dikaitan dengan analisis masalah yang dibuat. 6 Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain Pada tahap ini, setiap anggota kelompok harus mencari informasi tambahan dari sumber yang berbeda. Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektif pada tahap ini agar mendapatkan iinformasi yang relevan, misalnya menentukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, dan publikasi dari sumber pembelajaran. 7 Mensintesis menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen atau kelas Pada tahap terakhir ini, setiap anggota kelompok mempresentasikan laporannya di hadapan anggota kelompok lain. Anggota kelompok yang lain memberikan kritikan terhadap laporan tersebut sehingga menghasilkan pertanyaan- pertanyaan baru yang perlu dijawab dan dicarikan solusinya. Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggotanya. Gabungan informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk paper atau makalah untuk diserahkan kepada guru. Ibrahim dan Nur dan Ismail dalam Rusman, 2013:243 mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut. Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masalah. 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Membimbing pengalaman Individu kelompok. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fogarty dalam Rusman, 2013:243 PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isi nyata yang ada. Langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah proses PBM adalah: 1 menentukan masalah; 2 mendefinisikan masalah; 3 mengumpulkan fakta dengan menggunakan KND; 4 pembuatan hipotesis; 5 penelitian; 6 rephrasing masalah; 7 menyuguhkan alternatif; dan 8 mengusulkan solusi. Model pembelajaran berbasis masalah ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan berbagai orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi Self-regulated Learner. Dalam menerapkan model ini, terdapat sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah yang dikemukakan oleh Hamdatama 2014:212 ialah sebagai berikut: Tabel. 2 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Peran Guru 1. Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, masalah menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyajikan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas peneliti hanya menggunakan dua ahli dan peneliti menggabungkan langkah-langkah dari ahli Amir dan Hamdatama dimana langkah-langkah yang digunakan yaitu: a Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas; b merumuskan masalah; c menganalisis masalah; d merumuskan hipotesis e mengumpulkan data; f pengujian hipotesis; g merumuskan pemecahan masalah. d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak manfaat. Smith dalam Amir, 2009 menyebutkan manfaat-manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut. 1 Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar Pengetahuan yang didapatkan karena lebih dekat dengan konteks praktiknya akan lebih mudah diingat. Konteks yang berada di sekitar siswa dan pertanyaan yang sering diajukan terhadap konteks atau masalah tersebut akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. 2 Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan Model Pembelajaran Berbasis Masalah melatih pendidik untuk membangun masalah yang berisi konteks praktik realita. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI demikian, siswa dapat merasakan secara lebih dekat konteks yang terjadi sebenarnya di lapangan. 3 Mendorong siswa untuk berpikir Proses Pembelajaran Berbasis Masalah mendorong siswa untuk mempertanyakan, kritis, dan reflektif. Pada model pembelajaran ini, siswa dianjurkan untuk tidak terburu-buru dalam menyimpulkan melainkan berusaha untuk menemukan landasan dari argumennya dan fakta-fakta yang mendukung alasannya. 4 Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok diharapkan untuk memahami perannya dalam kelompok, menerima pendapat anggota kelompok yang lain, memahami dan mengahragi perbedaan, mempertimbangkan strategi, memutuskan, dan persuasif mengajak anggota kelompok yang lain dalam menyelesaikan masalah 5 Membangun kecakapan belajar life-long learning skills Masalah yang diajukan dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah berpotensi untuk melatih kecakapan siswa dalam berbagai bidang kehidupan. 6 Memotivasi pemelajar Pendidik memiliki peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa karena pendidik menciptakan masalah dengan konteks PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pekerjaan. Dengan masalah yang menantang, siswa akan merasa bergairah untuk menyelesaikan masalah. Ibrahim dan Nur dalam Trianto, 2009:96 menyebutkan pembelajaran berbasis masalah dengan istilah lain, yaitu pengajaran berdasarkan masalah. Adapun manfaat pengajaran berbasis masalah, yaitu: a Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual b Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan simulasi c Menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Adapun manfaat khusus dari pengajaran berdasarkan masalah menurut Dewey, dikutip oleh Sudjana dalam Trianto 2009:96 adalah metode pemecahan masalah. e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kelebihan dari pada model-model pembelajaran yang lain. Menurut Shoimin 2014:132, beberapa kelebihan dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah: 1 Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata. 2 Siswa memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. 4 Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. 5 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. 6 Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7 Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8 Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching. Menurut Sanjaya 2006:218 sebagai suatu strategi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1 Pemecahan masalah problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2 Pemecahan masalah problem solving dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 3 Pemecahan masalah problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4 Pemecahan masalah problem solving dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5 Pemecahan masalah problem solving dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat merndorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. 6 Melalui pemecahan masalah problem solving bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 7 Pemecahan masalah problem solving dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 8 Pemecahan masalah problem solving dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 9 Pemecahan masalah problem solving dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 10 Pemecahan masalah problem solving dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus - menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada dasarnya, menurut Amir 2009:32, keunggulan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terletak pada perancangan masalah. Masalah yang dirancang memenuhi syarat-syarat antara lain: 1 Memiliki keaslian seperti di dunia kerja 2 Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya 3 Membangun pemikiran yang metakognitif ganda dan konstruktif bersifat membangun 4 Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran 5 Tidak mengabaikan tujuan pembelajaran. f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sanjaya 2006:219 beberapa kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah antara lain: 1 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. 2 Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem based learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kekurangan. Menurut Trianto 2009:97, ada empat kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Persiapan pembelajaran alat, problem, konsep yang kompleks Konsep dan permasalahan yang disampaikan cenderung rumit dalam tahap persiapan. Media alat yang hendak digunakan dalam pembelajaran juga cenderung sulit untuk dibuat. 2 Sulitnya mencari problem yang relevan Pada dasarnya, masalah dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak namun sulit untuk disesuaikan dengan materi pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa. 3 Sering terjadi miss-konsepsi Siswa sering memiliki pandangan yang berbeda-beda terhaap masalah. Oleh karena itu, guru harus menyesuaikan semua pandangan siswa tersebut agar mencapai satu konsep yang sama dan sesuai dengan inti materi pelajaran. 4 Konsumsi waktu Model Pembelajaran Berbasis Masalah memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses penyelidikan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Amir 2009:26,”Ketujuh langkah ini dapat berlangsung dalam beberapa pertemuan kelompok.” Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah lain yang diungkapkan oleh Shoimin 2014:132 antara lain: 1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran karena ada bagian tertentu di mana guru harus berperan aktif dalam menyajikan materi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Kelas dengan tingkat keragaman siswa yang tinggi akan mempersulit siswa dalam pembagian tugas kelompok. 3 Lembar Kerja Siswa a. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa sering disingkat dengan LKS. Buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yang diterbitkan oleh Diknas, menerjemahkan LKS sebagai Lembar Kegiatan Siswa. Sumber ini mengartikan Lembar Kegiatan Siswa Student Work Sheet sebagai lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan tersebut biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Menurut Prastowo 2014:268 lembar kerja siswa adalah lembaran- lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh siswa secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Prastowo 2014:269 mengartikan LKS secara berbeda. LKS bukan merupakan Lembar Kegiatan Siswa, akan tetapi Lembar Kerja Siswa. Beliau mengartikan Lembar Kerja Siswa LKS sebagai suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI baik bersifat teoretis danatau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain. b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran Durri Andriani dalam Prastowo, 2014:270 menyebutkan bahwa Lembar Kerja Siswa memiliki fungsi, tujuan, dan manfaat yang berbeda- beda selama pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan fungsi, tujuan, dan manfaat dari adanya Lembar Kerja Siswa. Menurut Prastowo 2014:270 lembar kerja siswa mempunyai empat fungsi, yaitu: 1 LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa; 2 LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan; 3 LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; Dan 4 LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Andriani dalam Prastowo 2014:270 mengungkapkan bahwa, ada empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: 1 menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; 2 menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan; 3 melatih kemandirian belajar siswa; 4 memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. Prastowo 2014:270 mengatakan bahwa LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik,dii antaranya 1 melalui LKS kita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapat kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaat LKS yaitu dengan menerapkan berbagai metode; 2 Question. Pada kegiatan ini, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan; 3 Read untuk tahap membaca, siswa kita rangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang kita berikan; 4 Recite. Tahap recite atau meringkas menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri; 5 tahap review. Pada tahap review, siswa diminta sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa Prastowo 2014:271 mengatakan bahwa setiap LKS yang disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKS yang bermacam-macam. 5 jenis LKS yang biasa digunakan oleh siswa diantaranya: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 LKS yang penemuan membantu siswa menemukan suatu konsep Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. Salah satu cara mengimplementasikannya di kelas yaitu dengan cara mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS. Terutama LKS yang memiliki karakteristik mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkret, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Berdasarkan pengamatan, selanjutnya siswa diajak untuk mengkonstuksi pengetahuan yang didapatnya tersebut. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskanlah langkah- langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akann dibangun siswa dalam benaknya. 2 LKS yang Aplikatif-Integratif membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 3 LKS yang penuntun berfungsi sebagai penuntun belajar LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga cocok untuk keperluan remedial. 4 LKS yang penguatan berfungsi sebagai penguatan LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. LKS ini juga cocok untuk pengayaan. 5 LKS yang praktikum berfungsi sebagai petunjuk pratikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS. d. Unsur-unsur Lembar Kerja Siswa Prastowo 2014:273 mengatakan bahwa dilihat dari strukturnya, bahan ajar ini memiliki unsur yang lebih sederhana dibandingkan modul, namum lebih kompleks dibandingkan buku. LKS terdiri dari enan unsur yang meliputi 1 judul; 2 petunjuk belajar; 3 kompetensi dasar atau materi pokok; 4 informasi pendukung; 5 tugas atau langkah kerja; 6 penilaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Secara lebih spesifik, format LKS meliputi delapan unsur, yaitu 1 judul; 2 kompetensi dasar yang akan dicapai; 3 waktu penyelesaian; 4 peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; 5 informasi singkat; 6 langkah kerja; 7 tugas yang harus dilakukan; 8 laporan yang harus dikerjakan. e. Langkah-Langkah Membuat Lembar Kerja Siswa Prastowo 2014:274 mengatakan bahwa keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua siswa. Karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih terbius dan terhipnotis untuk membuka lembar demi lembar halamannya. Selain itu, mereka akan mengalami kecanduan belajar. Maka dari itu, sebuah keharusan bahwa setiap pendidik ataupun calon pendidik mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif. Prastowo 2014:275 menjelaskan langkah-langkah LKS sebagai berikut: 1 Melakukan analisis kurikulum tematik Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyusun LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar serta pokok bahasan yang akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diajarkan. Kemudian setelah itu kita harus mencermati kompetensi antar mata pelajaran yang hendak dicapai siswa. 2 Menyusun peta kebutuhan LKS Peta ini sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini bisa untuk melihat sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuensi LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi. 3 Menentukan judul LKS Judul LKS tematik ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antar mata pelajaran. 4 Penulisan LKS Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu a Merumuskan indikator danatau pengalaman belajar antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati. b Menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, alat penilaian yang cocok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c Menyusun materi Penyusunan materi harus memperhatikan bahwa materi LKS tergantung pada Kompetensi Dasar yang akan dicapainya, materi dapat diambil dari berbagai sumber, hendaknya mencantumkan referensi dari materi yang digunakan agar siswa dapat mempelajarinya secara lebih jauh, tugas-tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh siswa. d Menyusun materi berdasarkan struktur LKS Enam komponen LKS harus selalu ada di dalam LKS. Materi yang hendak ditampilkan di dalam LKS harus disusun sesuai dengan keenam komponen LKS tersebut. 5 Mengembangkan LKS Bermakna LKS yang bermakna dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang menarik bagi siswa. Hal ini mendorong siswa agar lebih tertarik dan belajar lebih giat. Beberapa langkah pengembangan LKS, yaitu: a Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dimasukkan ke dalam LKS b Mengumpulkan materi c Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS d Pemeriksaan dan penyempurnaan Pada tahap ini, guru mengecek kembali LKS yang sudah dikembangkan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian unsur atau elemen LKS dengan tujuan pembelajaran, dan kejelasan penyampaian kemudahan dalam membaca dan mengerjakan LKS.

f. Penyusunan LKS menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SUBTEMA WUJUD BENDA DAN CIRINYA PADA SISWA Pengembangan Media Pembelajaran Subtema Wujud Benda dan Cirinya Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

0 2 15

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SUBTEMA WUJUD BENDA DAN CIRINYA PADA SISWA Pengembangan Media Pembelajaran Subtema Wujud Benda dan Cirinya Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

0 5 18

PENDAHULUAN Pengembangan Media Pembelajaran Subtema Wujud Benda dan Cirinya Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

0 2 5

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan lingkungan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

0 3 348

Pengembangan lembar kerja siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V Sekolah Dasar.

0 5 310

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema pola hidup sehat mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) Sekolah Dasar.

0 5 438

Pengembangan Lks menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 3 412

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 325

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema Indonesiaku, Bangsa Yang Cinta Damai mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) SD.

0 0 365

Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu kurikulum 2013 pada subtema gemar menggambar untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.

0 1 131