Credit Risk Annual Report Bank Artha Graha 2015 final lowres

385 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Tinjauan Pendukung Bisnis Overview Business Support Management Discussion and Analysis Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility Bank telah melakukan pengukuran risiko operasional selama tahun 2015 dengan menggunakan metode pengukuran Basic Indicator Approach BIA dengan berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia No. 1015 PBI2008 tanggal 24 September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 113DPNP tanggal 29 Januari 2009 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar PID. Secara bertahap Bank akan terus melakukan pengembangan metode pengukuran risiko operasional dengan penggunaan pengukuran yang lebih maju yaitu Standardized Approach SA danatau Advanced Measurement Approach AMA. Sedangkan penilaian Profil Risiko Operasional termasuk 4 empat profil risiko lainnya yaitu risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan telah dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku dan telah disampaikan kepada Bank Indonesia secara tepat waktu bersamaan dengan profil risiko lainnya. PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO

1. Risiko Kredit

a. Organisasi Manajemen Risiko Kredit Dalam struktur organisasi Bank, Direktur Kepatuhan membawahi Divisi Manajemen Risiko yang bersifat independen dari unit kerja operasional, Divisi Kontrol, Divisi Kepatuhan, dan SKAI. Divisi Manajemen Risiko terdiri dari 2 dua Bagian yaitu Bagian Manajemen Risiko Kredit dan Bagian Manajemen Risiko Non Risiko Kredit Sekretariat Divisi. Salah satu tugas dan tanggung jawab Bagian Manajemen Risiko Kredit adalah melakukan pengelolaan risiko kredit dalam hal penerapan proses manajemen risiko berupa identifikasi, kajian, analisa, review, penilaian, tinjauan, pemantauan dan pengendalian risiko kredit yang dihadapi Bank. b. Strategi Manajemen Risiko Kredit untuk aktivitas yang memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan. Kebijakan atas pengelolaan risiko Kredit Bank dituangkan dalam Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank dan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko Kredit Bank, termasuk mitigasi risiko kredit yang harus dijalankan oleh seluruh unit kerja yang terlibat dalam pengelolaan risiko kredit. Disamping itu dituangkan kembali dengan penetapan risk appetite, risk tolerance dan risk limit di bidang perkreditan. Bank has carries out operation risk measurement during 2015 using Basic Indicator Approach BIA measurement method by referring to Bank Indonesia Regulation No. 1015PBI2008 Dated September 24, 2008 on the Capital Requirement for Commercial Banks and Bank Indonesia Circular Letter No. 113DPNP dated January 29, 2009 on the Calculation of Risk Weighted Assets RWA for Operation Risk using the Basic Indicator Approach PID. Gradually, the Bank constantly conducts development of operation risk measurement method using advanced method namely Standardized Approach SA andor Advanced Measurement Approach AMA. While the Operation Risk Profile assessment includes four 4 other risk profiles namely legal risk, reputation risk, strategic risk and compliance risk has been conducted in accordance with the applicable Bank Indonesia rules and submitted to Bank Indonesia in time precisely with other risk profiles. DISCLOSURE OF RISK EXPOSURE

1. Credit Risk

a. Organization of Credit Risk Management In the organizational structure of the Bank, Compliance Director oversees the independent Risk Management Division of the operation unit, Control Division, Compliance Division, and Internal Audit Unit. Risk Management Division consists of 2 two Department namely Credit Risk Department and Non-Credit Risk Management Division as well as Secretary Division. One of the duties and responsibilities of Credit Risk Management Department is to manage credit risk in terms of the implementation of the risk management process in the form of identification, study, analysis, reviews, assessment, observation, monitoring and controlling of credit risk faced by the Bank. b. Credit Risk Management Strategy for activities that have significant credit risk exposure Bank’s Credit risk management policies is stipulated in Guidelines for Bank’s Credit Policy and Credit Risk Management Policy, including credit risk mitigation, that should be complied by all units involved in credit risk management. In addition, it is described by the implementation of risk appetite, risk tolerance and risk limit in credit field. 386 Annual Report PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Informasi Bagi Pemegang Saham dan Investor Shareholders and Investors Information Report to Shareholders and Stakeholders Company Profile Laporan Kepada Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan Untuk kebijakan Bank dalam memitigasi risiko kredit yang memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan, maka Divisi Manajemen Risiko melakukan kajian risiko atas sektor ekonomiindustri yang akan dibiayai Bank secara periodik, melakukan review independen terhadap permohonan kredit dan pencairan kredit sesuai batasan yang telah ditetapkan oleh Direksi, dan review terhadap debitur-debitur yang termasuk dalam kategori kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus Kolektibilitas 2. c. Kebijakan pengelolaan risiko konsentrasi kredit Untuk pengelolaan risiko konsentrasi kredit, telah diatur dalam kebijakan Bank diantaranya mengenai pembatasan eksposur dalam Rencana Bisnis Bank RBB yang ditetapkan setiap tahun per sektor ekonomi, jenis penggunaan, wilayah kerja serta sektor-sektor yang menjadi perhatian dan perlu dihindari. Selain itu, Divisi Manajemen Risiko juga melakukan perhitungan dan analisa risiko portofolio kredit berdasarkan BMPK, sektor ekonomi, letak geografis, dan NPL serta melaporkannya kepada Manajemen secara periodik. d. Mekanisme pengukuran dan pengendalian risiko kredit Pengukuran risiko kredit dilakukan melalui analisa profil risiko kredit yang dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko dan dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan OJK, Direksi dan Komite Manajemen Risiko secara periodik. Untuk kecukupan modal risiko kredit, Bank menggunakan Pendekatan Standar Standardized Approach sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sistem pemeringkatan rating system berupa Credit Risk Rating CRR digunakan sebagai salah satu alat bantu memutus kredit, baik kredit produktif maupun konsumtif. Pengendalian risiko kredit berawal sejak proses permohonan kredit dilakukan, dimana analisa kelayakan kredit telah diproses melalui pembuatan Memorandum Analisa Kredit MAK oleh Account Officer dan dilengkapi oleh penggunaan Credit Risk Rating CRR yang berbasis internet serta pelaksanaan review independen oleh Divisi Manajemen Risiko dan pengujian kepatuhan oleh Divisi Kepatuhan. Limit kewenangan pemberian persetujuan kredit untuk setiap anggota Komite Kredit diatur secara ketat dan direview secara berkala oleh Komite Kredit. Proses persetujuan kredit dilakukan berdasarkan prinsip bahwa setiap kredit harus diproses melalui Komite Kredit untuk memperoleh persetujuan. Komposisi, jumlah anggota, dan kewenangan Komite Kredit berbeda sesuai dengan jumlah dan fasilitas kredit yang diajukan. For the Bank’s policy to mitigate credit risk that has significant credit risk exposure, the Risk Management Division conducts risk assessment on the economic industry exposure which will be financed by the Bank on regular basis, conducts an independent review on credit application and credit disbursement in accordance with limit stipulated by the Board of Directors and reviews debtors which are included in Special Mention collectability category Collectability 2. c. Credit Concentration Risk Management Policy For the management of credit concentration risk, Bank policy has stipulated exposure limiting in the Bank’s Business Plan RBB, which is determined annually per economic sector, type of use, work areas and sectors that become main concern and should be avoided. In addition, the Risk Management Division also carried out calculations and analysis of the loan portfolio risk based on Legal Lending Limit LLL, economic sector, geographical location, and the NPL as well as periodically reports to the Management. d. Mechanism of Credit Risk measurement and control Credit risk measurement is carried out through credit risk profile analysis conducted by the Risk Management Division and it si reported to the Indonesia Financial Services Authority OJKFSA, the Board of Directors and the Risk Management Committee on a regular basis. For capital adequacy of credit risk, the Bank applies Standardized Approach in accordance with the provisions of Bank Indonesia. Rating system in the form of Credit Risk Rating CRR is used as one of tools to determine quality of credit, both productive and consumer loans. Credit risk control is initiated since the implementation of credit application process, in which creditworthiness analysis has been processed through the creation of Credit Analysis Memorandum MAK by the Accounts Officer and is complemented by the use of Internet-based Credit Risk Rating CRR as well as the implementation of an independent review by the Risk Management Division and compliance testing by the Compliance Division. Authority Limit on the credit approval for any Credit Committee members is strictly reviewed by Credit Committee. Credit Approval process is carried out based on principle that any credit shall be processed through Credit Committee for approval. Composition, total member, and authority of Credit Committee is different in accordance with total credit and credit facility applied. 387 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Tinjauan Pendukung Bisnis Overview Business Support Management Discussion and Analysis Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility Kredit yang diberikan dimonitor secara periodik dan penetapan kebijakan monitoring kredit yang dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang digunakan dalam proses persetujuan kredit. Selain itu, Bank juga melakukan pemantauan dan pengkajian atas aktivitas rekening nasabah, kondisi keuangan, kepatuhan terhadap perjanjian kredit, pemenuhan syarat-syarat yang dipersyaratkan oleh Komite Kredit, kondisi agunan, pembayaran angsuran pokok maupun bunga, kunjungan usaha serta penyelesaian permasalahan kredit non-performing yang terjadi. Restrukturisasi kredit dilakukan atas kredit dalam kategori Non Performing Loan NPL dan atas kredit yang diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran di kemudian hari. Penyehatan atau penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan antara lain berupa restrukturisasi kedit, reschedulling atau reconditioning kredit yang dilakukan oleh Divisi Remedial berkoordinasi dengan Divisi Kredit dan diatur dalam pedoman internal Bank. Tagihan yang telah jatuh tempo adalah seluruh tagihan yaitu tagihan kepada pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional, Tagihan kepada Bank, kredit beragun rumah tinggal, kredit beragun properti komersial, kredit pegawaipensiun, tagihan kepada usaha mikro, usaha kecil dan portofolio ritel dan tagihan kepada korporasi, yang telah jatuh tempo lebih dari 90 sembilan puluh hari, baik atas pembayaran pokok danatau pembayaran bunga. Tagihan yang mengalami penurunan nilaiimpairment terjadi jika bukti obyektif dan management’s expert judgement mengindikasikan bahwa entitas tidak akan memperoleh kembali aset keuangan yang diberikan sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak perjanjian. - Bukti obyektif meliputi satu atau lebih peristiwa yang merugikan yang berdampak pada estimasi future cash flow atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan - Untuk memastikan bahwa kerugian penurunan nilai diakui secara tepat waktu, aset keuangan atau kelompok aset keuangan harus direview secara periodik. Evaluasi penurunan dilakukan secara periodik. Pendekatan yang digunakan untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN individual dan kolektif, serta metode statistik yang digunakan dalam perhitungan CKPN. Lending is monitored on regular basis and the establishment of credit monitoring policy is carried out based on the factors used in the credit approval process. In addition, the Bank also conducts monitoring of and review on customer account activity, financial condition, compliance with the credit agreement, compliance of conditions required by the Credit Committee, the conditions of the collateral, payment of principal installment and interest, business visit, as well as settlement of non-performing loans occurred. Credit restructuring is carried out on the credit deemed as non-performing loans NPL and on credit estimated to experience payment difficulties in the future. Restructuring or rescuing Non performing loans can be performed one of which by credit restructuring, rescheduling or reconditioning performed by Remedial Division in coordination with the Credit Division and it is regulated in the Bank’s internal guidelines. The maturing invoice is all invoices namely invoice to the government, invoice to a public sector entity, invoice to the Multilateral Development Bank and International Institutions, invoice to the Bank, Residential Mortgage-Backed credit, commercial property-backed credit, employeeretirement credit, invoice to micro businesses, small business and retail portfolio and invoice to the corporation, maturing for more than 90 ninety days, either for payment of principal and or interest. The impairment of account receiveable is happened if objective evidence and management’s expert judgment indicates that the entity is not going to regain financial assets in accordance with amount of time specified in the agreement contract. - Objective evidence includes one or more adverse events which affect the estimated future cash flows on the financial asset or group of financial assets - To ensure that an impairment loss is recognized in a timely manner, a financial asset or group of financial assets should be reviewed periodically. Evaluation on impairment is carried out on regular basis. The approach used for the formation of individual and collective Allowance for Impairment Losses CKPN, as well as the statistical methods used in the calculation of Allowance for Impairment Losses. 388 Annual Report PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Informasi Bagi Pemegang Saham dan Investor Shareholders and Investors Information Report to Shareholders and Stakeholders Company Profile Laporan Kepada Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan Bank menentukan penyisihan secara individual untuk masing-masing aset keuangan kredit diberikan individu secara signifikan. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam menentukan jumlah penyisihan antara lain mencakup: 1 Kemungkinan rencana bisnis debitur; 2 Kemampuan untuk memperbaiki kinerja setelah adanya kesulitan keuangan; 3 Proyeksi penerimaan dan pembayaran apabila terjadi kebangkrutan; 4 Kemungkinan adanya sumber pembayaran lainnya; 5 Jumlah yang dapat direalisasikan atas jaminan dan ekspektasi waktu arus kas. Penyisihan penurunan nilai dievaluasi secara periodik, kecuali bila terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan adanya pemantauan yang lebih berhati-hati. Dalam melakukan penilaian secara kolektif, kredit dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit dengan mempertimbangkan jenis kredit, industri, lokasi geografis, jenis agunan, status tunggakan dan faktor relevan lainnya. Penentuan penilaian kolektif didasarkan antara lain pada: 1 Pengalaman kerugian secara historis dan kondisi ekonomi saat ini. 2 Perubahan dalam kebijakan perkreditan. 3 Karakteristik dan volume portofolio kredit. 4 Konsentrasi kredit. Pengungkapan risiko kredit dengan pendekatan Standar: 1 Kebijakan penggunaan peringkat dalam perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk risiko kredit. Dalam perhitungan ATMR risiko kredit, Bank menggunakan perhitungan dengan Pendekatan Standar Standardized Approach, dimana kualitas debitur diperingkat oleh eksternal pemeringkat yang telah diakui oleh Bank Indonesia. 2 Kategori portofolio yang menggunakan peringkat ekternal adalah tagihan kepada Pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional, tagihan kepada Bank, tagihan kepada Korporasi dan surat berharga yang memiliki peringkat jangka pendek. Bank determines the allowance individually for each credit financial assets granted to individual significantly. Several matters considered in determining the amount of the allowance among others include: 1 Possibility of debtor’s business plan; 2 The ability to improve performance after the financial difficulties; 3 Projected revenue and payments in the event of bankruptcy; 4 The possibility of other financing sources; 5 The amount that can be realized over guarantees and cash flow time expectations. Allowance for impairment is evaluated on a regular basis, unless there are some conditions that require more cautious monitoring . In conducting collective assessment, credit is categorized based on similar credit risk characteristics considering the types of credit, industry, geographic location, type of collateral, delinquency status and other relevant factors. The determination of collective assessment is based on among others: 1 Historical loss experience and current economic conditions. 2 Changes in credit policies. 3 Characteristics and volume of credit portfolio. 4 Credit concentration Disclosure of credit risk using Standard approach: 1 Policy on the use of ratings in the calculation of Risk Weighted Assets RWA for credit risk. In the calculation of risk weighted asset for credit risk, the Bank applies the calculation of Standardized Approach, where the quality of debtor is rated by an external rating agency recognized by Bank Indonesia. 2 Portfolio category used external rating is invoice to the government, invoice to a public sector entity, invoice to the Multilateral Development Bank and International Institutions, invoice to the Bank, invoice to Corporation and securities that have short term rating. 389 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Tinjauan Pendukung Bisnis Overview Business Support Management Discussion and Analysis Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility 3 Pengungkapan risiko kredit pihak lawan counterparty credit risk sebesar eksposur tagihankredit yang diterima oleh pihak ketigadebitur dengan memperhitungkan jenis agunan yang diserahkan kepada Bank sebagai mitigasi risiko kredit Bank. Jenis instrumen mitigasi yang lazim diterimadiserahkan oleh Bank adalah tanah dan bangunan, agunan tunai berupa deposito, tagihanpiutang, mesin dan peralatan, kendaraan bermotor, corporate guarantee, dan personal guarantee. Pengungkapan mitigasi risiko kredit dengan menggunakan metode standar: 1 Informasi mengenai kebijakan Bank untuk jenis agunan utama yang diterima Dalam kebijakan perkreditan Bank jenis agunan utama yang diterima terbagi menjadi 2 dua yaitu material dan tidak material. Material terdiri dari : a. Benda bergerak dan berwujud, seperti : kendaraan bermotorkendaraan alat berat, barang dagangan inventory, emas, logam mulia, berlian, mesinalat- alat berat, kapal laut, pesawat terbang. b. Benda bergerak dan tidak berwujud, antara lain : sertifikat deposito, deposito berjangka, tagihan piutang, saham, obligasi, standby LC, dan lain-lain. c. Benda tidak bergerak antara lain : Sertifikat Hak Milik SHM, Sertifikat Hak Guna Usaha SHGU, Sertifikat Hak Guna Bangunan SHGB, Sertifikat Hak Milik atas Rumah Susun SHMRS, Sertifikat Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan serta dibebani hak tanggungan berikut segala sesuatu yang berada, ditanam, dan dibangun di atas bidang tanah tersebut maupun di bawah permukaan tanahnya seperti ruang bawah tanah yang ada hubungannya dengan bagian permukaan tanah tersebut. d. Perjanjian Pengikatan Jual Beli PPJB atas objek yang dibiayai dapat diterima sebagai jaminan apabila ada perjanjian kerjasama antara bank dengan pengembang developer, atau jika tidak ada perjanjian kerjasama antara bank dengan pihak pengembang developer maka harus mendapat persetujuan dari Komite Kredit Kantor Pusat tingkat Direksi dan objek yang dijaminkan mempunyai nilai tambah seperti lokasinya cukup strategis dan marketable. Namun harus ada cover note dari notaris yang menyatakan bahwa sertifikat sedang ditingkatkan statusnya dan terdapat jangka waktu penyelesaiannya. 3 Disclosure of counterparty credit risk amounted to exposure invoicecredits received by a third party debtor by considering type of collateral submitted to the Bank as the Bank’s credit risk mitigation. Type of mitigation instruments that are generally accepted submitted by the Bank are land and buildings, cash collateral in the form of deposits, invoiceaccounts receivable, machinery and equipment, motor vehicles, corporate guarantees and personal guarantees. Disclosure of credit risk mitigation using standard method: 1 Information on Bank’s policy for the type of main collateral accepted In the Bank’s credit policy, the main types of collateral accepted is divided into two 2 namely material and non-material. The material consists of: a. Movable and tangible goods, such as: motor vehicleheavy equipment vehicle, inventory, gold, precious metals, diamonds, machineryheavy equipment, ships, aircraft. b. Movable and intangible goods, including: certificates of deposit, time deposits, invoice accounts receivable, stocks, bonds, standby LC, and others. c. Immovable goods. among others: Land Ownership Title SHM, Certificate of Utilization Permit HGB, Building Use Title HGB, Strata Title Certificate SHMRS, Right to use of government land certificate that under the applicable legislation must be registered and by its nature is transferable and encumbered by encumbrance along with everything that was planted, and built on the ground and below the land surface such as a basement related to such land surface. d. Sales and Purchase Agreement on the object financed can be accepted as collateral if there is a cooperation agreement between the bank and the developer, or if there is no cooperation agreement between the bank and the developer then it must be approved by the Credit Committee of Head Office of Board of Directors level and objects used as collateral has added value such as strategic location and marketable. However, there must be a cover note from the notary stating that the certificate status is being upgraded and there is period of completion. 390 Annual Report PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk Informasi Bagi Pemegang Saham dan Investor Shareholders and Investors Information Report to Shareholders and Stakeholders Company Profile Laporan Kepada Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan e. PPJB juga dapat diterima sebagai jaminan apabila sertifikat tersebut dalam proses pemecahan; Namun harus ada cover note dari notaris yang menyatakan sedang ditingkatkan status sertifikatnya dan terdapat jangka waktu penyelesaiannya. f. PPJB masih dapat diterima apabila jaminan tersebut akan dijual. g. Jaminan pribadiperorangan dan jaminan perusahaan. Tidak Material : Seperti Hak Sewa atas kios, Garansi Bank, Letter of Indemnity, dan lain-lain. 2 Kebijakan, prosedur dan proses untuk menilai dan mengelola agunan. Pada prinsipnya pemberian pinjaman harus disesuaikan dengan kemampuan pembayarannya, tetapi analisa jaminan tetap dibutuhkan sebagai alternatif penyelesaian apabila pinjaman menjadi bermasalah. Jaminan yang diterima merupakan jaminan yang materiil dan memiliki nilai pasar yang tinggi dan diutamakan atas nama calon debitur. Agunan dilakukan penilaian oleh internal atau eksternal appraisal, dimana pinjaman Rp. 2 miliar ke atas, maka agunan harus dilakukan penilaian oleh independen appraisal sedangkan pinjaman dibawah Rp. 2 miliar dilakukan oleh Bagian Penilaian Jaminan internal Bank. 3 Pihak-pihak utama pemberi jaminangaransi dan kelayakan kredit dari pihak-pihak tersebut. Pihak-pihak utama pemberi jaminangaransi dan kelayakan kredit dari pihak-pihak tersebut telah diatur dan ditetapkan dalam Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank.

2. Risiko Pasar