3.3.3 Tahap penilaian risiko risk assessment kadar histamin
Penilaian risiko risk assessment kadar histamin dalam penelitian ini menggunakan konsep semi-quantitative risk assessment sesuai dengan metode
yang dipaparkan oleh Sumner et al. 2004. Dalam aplikasinya, risk assessment terdiri atas empat komponen, yaitu: hazard identification identifikasi bahaya,
exposure assessment penilaian paparan, hazard characterization karakterisasi bahaya, dan risk characterization karakterisasi risiko. Diagram alir hubungan
empat komponen dalam risk assessment diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram alir hubungan empat komponen dalam risk assessment
Sumner et al. 2004
3.3.3.1 Hazard identification identifikasi bahaya
Hazard identification
merupakan proses pencarian atau identifikasi bahaya histamin dalam hubungannya sebagai penyebab keracunan pada manusia.
Pada penelitian ini, hazard identification dilakukan terhadap bahaya peningkatan kadar histamin selama proses pembongkaran ikan tuna dan pengolahan
tuna loin beku. Dasar penetapan masalah histamin ini adalah adanya isu global mengenai peningkatan kadar histamin selama proses penanganan ikan tuna dan
selama proses pengolahan tuna loin beku. Hazard identification meliputi identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan histamin, peningkatan
jumlah bakteri pembentuk histamin serta risiko histamin terhadap tubuh manusia. Identifikasi bahaya dilakukan dengan studi pustaka dari berbagai sumber literatur
yang berkaitan dengan histamin dan bahayanya bagi tubuh serta faktor-faktor
H
azard Identification Identifikasi Bahaya
Hazard Characterization
Karakterisasi Bahaya
Exposure Assessment
Penilaian Paparan
R
isk Characterization Karaktersasi Risiko
yang mempengaruhi pembentukan histamin pada ikan tuna seperti faktor suhu dan lamanya waktu untuk melakukan proses penanganan dan pengolahan.
3.3.3.2 Exposure assessment penilaian paparan
Exposure assessment merupakan informasi mengenai level dari bahaya histamin pada tahap penanganan ikan tuna pasca penangkapan, tahapan
pengolahan produk tuna loin beku, serta frekuensi dan durasi dari konsumsi produk tersebut. Exposure assessment bertujuan untuk mengevaluasi
level kadar histamin pada ikan tuna dari berbagai kualitas mutu selama proses pembongkaran di transit dan mengetahui level peningkatan kadar histamin
selama proses pengolahan tuna loin beku di perusahaan. Exposure assessment yang akurat memerlukan tiga tipe informasi yaitu: 1. adanya bakteri pembentuk
histamin dalam bahan baku, 2. efek dari proses penangkapan, penanganan, pengolahan, distribusi, dan preparasi terhadap patogen, 3. pola konsumsi,
misalnya ukuran porsi yang dikonsumsi, disamping memerlukan frekuensi dan besarnya kontaminasi.
Informasi mengenai level kadar histamin, TVB, TPC, dan jumlah bakteri pembentuk histamin diperoleh dengan cara melakukan pengambilan sampel
daging ikan tuna dari berbagai kualitas mutu yaitu mutu A, B, C, dan D pada proses pembongkaran di transit 14 dan pada proses pengolahan produk
tuna loin beku di PT Makmur Jaya Sejahtera, yaitu pada tahap pembentukan loin dan pada produk akhir tuna loin beku. Sampel daging ikan tuna tersebut
selanjutnya di analisis di Balai Pengujian Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta BPMPHPK DKI Jakarta.
Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi analisis kadar histamin, kadar Total Volatile Base TVB, Total Plate Count TPC, dan jumlah bakteri
pembentuk histamin. Sampel daging ikan tuna pada proses pembongkaran di transit diambil dari hasil kumpulan checker perusahaan yang melakukan
checker di bagian belakang sirip dada dan di bagian ekor ikan tuna. Sampel daging ikan tuna tersebut dipisahkan berdasarkan grade ikan tuna, yang
meliputi grade A, B, C, dan D. Tabel data mentah dan hasil analisis kadar histamin, TVB, TPC, dan jumlah bakteri pembentuk histamin pada sampel ikan
tuna dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24.
Rancangan yang
digunakan untuk
mengetahui perkembangan
kadar histamin, TVB, dan TPC selama proses pembongkaran ikan tuna di transit 14 dan proses pengolahan tuna loin beku di PT Makmur Jaya Sejahtera
adalah Rancangan Acak Lengkap RAL. Pada proses pembongkaran ikan tuna di transit 14, perlakuan yang digunakan adalah perbedaan grade ikan tuna, yaitu
tuna grade A, B, C, dan D. Sedangkan pada proses pengolahan tuna loin beku di PT Makmur Jaya Sejahtera, perlakuan yang digunakan adalah tahapan proses
pengolahan yaitu tahap pembentukan loin dan produk akhir tuna loin beku. Data pada penelitian ini diambil sebanyak 3 kali ulangan dan ulangan yang digunakan
adalah minggu pengambilan sampel. Hasil analisis statistik data kadar histamin, TVB, TPC, dan jumlah bakteri pembentuk histamin pada sampel ikan tuna dapat
dilihat pada Lampiran 27. Data hasil pengujian histamin ikan tuna yang dilakukan di Balai Pengujian
Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan Kelautan DKI Jakarta BPMPHPK DKI Jakarta dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Februari 2009 serta
Frekuensi dan tingkat konsumsi ikan tuna di negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat dan Jepang digunakan sebagai data sekunder dalam penelitian.
Data tersebut diperoleh dari studi literatur mengenai data jumlah penduduk Amerika Serikat U.S. Cencus Bureau 2009 dan data jumlah penduduk
Jepang Statistics Bureau 2009 serta dibandingkan dengan tingkat konsumsi ikan di Amerika Serikat NOAA 2007 dan tingkat konsumsi ikan di Jepang
FAO 2008. Keadaan masyarakat atau populasi penduduk yang mengkonsumsi makanan tersebut dapat diketahui dari studi literatur mengenai kejadian-kejadian
keracunan histamin di negara tersebut, untuk memperkirakan kondisi masyarakatnya.
Berbagai sumber
literatur tersebut
antara lain:
Food and Drug Administration FDA, Food and Agriculture Organization FAO, National Offshore Aquaculture Act NOAA, dan sumber-sumber
penelitian mengenai histamin yang selalu di-update.
3.3.3.3 Hazard characterization karakterisasi bahaya