sehingga diperoleh persentase jumlah bakteri pembentuk histamin terhadap nilai TPC.
3.5 Analisis Data
Dalam penelitian ini, data hasil analisis kadar histamin, TVB, TPC, dan jumlah bakteri pembentuk histamin yang diperoleh selanjutnya dianalisis
menggunakan program microsoft excel 2007 dan SAS. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
faktor tunggal yaitu pada proses pembongkaran ikan tuna di transit, faktor yang digunakan adalah perbedaan grade ikan tuna, yaitu grade A, B, C, dan D,
sedangkan pada proses pengolahan tuna loin beku di perusahaan, faktor yang digunakan adalah tahapan proses pengolahan tuna loin beku, yaitu tahap
pembentukan loin dan produk akhir tuna loin beku. Ulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 kali ulangan. Model rancangan acak lengkap
faktor tunggal adalah sebagai berikut Steel and Torrie 1991:
Keterangan: Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke i, ulangan ke j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan ke i εij = Galat pengamatan pada perlakuan ke i, ulangan ke j
Apabila hasil analisis data menunjukkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut tukey atau uji Beda Nyata Jujur BNJ yang bertujuan untuk
mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter yang dianalisis. Rumus uji lanjut tukey atau uji
Beda Nyata Jujur BNJ adalah sebagai berikut: BNJ =
Keterangan: p =
Perlakuan q
= Nilai pada tabel q dbs = Derajat bebas sisa
α = 0,05 r
= Ulangan kts = Kuadrat tengah sisa
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Pengamatan Proses Pembongkaran Ikan Tuna di Transit dan
Pengolahan Produk Tuna Loin Beku
Pengamatan proses pembongkaran ikan tuna dilakukan di transit 14 PT Mulia Sejahtera Mandiri, sedangkan pengamatan proses pengolahan produk
tuna loin beku dilakukan di PT Makmur Jaya Sejahtera.
4.1.1 Proses pembongkaran ikan tuna di transit
Ikan tuna yang didaratkan di transit 14 PT Mulia Sejahtera Mandiri adalah ikan tuna jenis yellowfin Thunnus albacares dan big eye
Thunnus obesus. Ikan tuna tersebut didaratkan dalam bentuk utuh disiangi dibuang insang dan isi perutnya dan merupakan hasil tangkapan
di perairan Indonesia meliputi perairan Samudera Hindia, pantai utara Jawa, dan perairan selatan Jawa.
Ikan tuna ditangkap dari perairan menggunakan long line kemudian dimatikan dan dicuci serta dibersihkan insang serta isi perutnya, untuk mencegah
terjadinya kontaminasi bakteri. Teknik penangkapan ini harus menjamin tidak ada ikan tuna yang mati saat diangkat ke atas kapal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Anak Buah Kapal ABK, diketahui bahwa alat long line yang digunakan memiliki mata pancing antara 1000-1500 buah, dengan umpan berupa
ikan bandeng, ikan lemuru, atau cumi-cumi. Kapal penangkap dan kapal collecting pengumpul yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan
ikan tuna memiliki kapasitas 80-180 gross ton GT yang umumnya dilengkapi dengan sistem pendinginan RSW refrigerated sea water dengan suhu
dipertahankan ≤ 4,4
o
C untuk mencegah peningkatan kadar histamin. Waktu yang digunakan oleh kapal penangkap tuna untuk melaut adalah sekitar 30-40 hari,
sedangkan waktu yang digunakan oleh kapal collecting pengumpul untuk melaut adalah sekitar 7-14 hari. Laporan penangkapan ikan tuna dilaporkan dalam
harvest vessel receiving log Lampiran 10. Setelah kapal merapat ke tempat pembongkaran transit kemudian
ikan tuna dibongkar dari palka kapal. Pada proses pembongkaran, ikan tuna diangkat ke geladak dari palka kapal menggunakan katrol, kemudian ikan tuna