pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus pertama, siswa cenderung memiliki keterampilan sosial dengan kategori baik yaitu 50,00.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus II berdasarkan Penilaian Acuan Patokan PAP I sebagai
berikut:
Tabel 5.28 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
No Interval Skor
Frekuensi Presentase
Kategori 1
90 - 100 5
17,24 Sangat baik
2 80 - 89
20 68,97
Baik 3
65 - 79 4
13,79 Cukup
4 55 - 64
Kurang baik 5
0 - 54 Sangat kurang baik
Jumlah 29
100 Dari data di atas, tampak bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan
sosial yang sangat baik ada 5 siswa 17,24, keterampilan sosial baik ada 20 siswa 68,97, keterampilan sosial cukup ada 4 siswa 13,79,
keterampilan sosial kurang baik ada 0 siswa 0, dan yang memiliki keterampilan sosial sangat kurang baik ada 0 siswa 0. Dapat disimpulkan
bahwa pada proses pembelajaran saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus kedua, siswa cenderung memiliki keterampilan
sosial dengan kategori baik yaitu 68,97.
C. Pembahasan 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Akibat Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hasil rata-rata
motivasi belajar siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan keadaan awal mengalami peningkatan. Sebelum
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata motivasi belajar adalah 70,98; sedangkan pada saat dilakukan tindakan di siklus
pertama rata-rata motivasi belajar yang dihasilkan yaitu 80,05 dan target telah dapat dicapai.
Hasil rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada siklus kedua
rata-rata motivasi belajar yang dicapai yaitu 83,45 selisih 3,40 dari siklus pertama. Peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus kedua sebagai
akibat dari perbaikan tindakan siklus pertama. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan juga telah tercapai. Oleh karena rata-rata motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta.
Peningkatan motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini didukung oleh pendapat Slavin 2009:316 yang
menyatakan bahwa: Nonsimulation games can also increase motivation to learn a given
subject. TGT uses games that can be adapted to any subject. Team games are usually better than individual games; team games provide
an opportunity for teammates to help one another and avoid one problem of individual games.
Berdasarkan teoritikus motivasional Huda, 2012:36 yang menyatakan bahwa penghargaan kelompok group reward dalam pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin dan teori yang dinyatakan oleh Huda bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdahulu oleh Van Sikle
Solihatin dan Raharjo, 2007:13 yang menyatakan bahwa dalam cooperative learning
mendorong peningkatan serta kegairahan belajar siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Schuck, Pintrich, dan Meece
Eggen dan Don Kauchak, 2012:170 menemukan bahwa pengerjaan dari tugas-tugas yang secara potensi membosankan bisa ditingkatkan dengan
mengerjakannya secara berkelompok. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan motivasi belajar siswa mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Van Sikle, Schuck, Pintrich, dan Meece.
2. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa Akibat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Hasil rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus pertama dibandingkan dengan keadaan awal mengalami peningkatan. Sebelum
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT rata-rata keterampilan sosial siswa adalah 71,96; sedangkan pada saat dilakukan tindakan di
siklus pertama rata-rata keterampilan sosial yang dihasilkan yaitu 80,00 dan target telah dapat dicapai.
Hasil rata-rata keterampilan sosial
siswa pada siklus kedua dibandingkan dengan siklus pertama juga mengalami peningkatan. Pada
siklus kedua rata-rata keterampilan sosial yang dicapai yaitu 84,11. Peningkatan ini terjadi karena siswa telah mengalami pembelajaran secara
berkelompok dan mereka berusaha untuk menjalin kerja sama yang baik antar anggota kelompok. Pada siklus kedua target yang telah ditetapkan
juga telah tercapai. Oleh karena rata-rata keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diharapkan, maka
dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas XI IPS 4
SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. Penelitian ini mendukung teori Vygotsky Suprijono, 2009:55 yang
menyatakan bahwa pembelajaraan kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi
mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Menurut Rusman 2011:210
menyatakan bahwa tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan teori Vygotsky dan tujuan pembelajaran kooperatif yang disampaikan oleh
Rusman bahwa pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan aspek keterampilan sosial siswa melalui interaksi dengan siswa yang lain dalam
kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu oleh Van Sikle Solihatin dan Raharjo, 2007:13 menyatakan bahwa dalam model
cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan
berkembangnya sikap kertergantungan positif. Penelitian lain dilakukan oleh Webb Solihatin dan Raharjo, 2007:13 mengatakan bahwa
penggunaan model cooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana yang demokratis dalam kelas. Selanjutnya
pada penelitian yang dilakukan oleh Slavin Rusman, 2011:205 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan keterampilan sosial siswa mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Van Sikle, Webb, dan Slavin.
142
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan