REKLASIFIKASI AKUN Perubahan nilai wajar aset program untuk program pasca kerja

489 489 Laporan Tahunan 2014 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT Bank Central Asia Tbk dan Entitas Anak 137

44. PERATURAN-PERATURAN BARU YANG TELAH DITERBITKAN Lanjutan

 PBI No. 1512PBI2013 tanggal 12 Desember 2013 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum lanjutan. 2019 ‐ Rasio modal inti utama paling rendah sebesar 4,50 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. ‐ Rasio modal inti paling rendah sebesar 6,00 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. ‐ Rasio Capital Conservation Buffer sebesar 2,50 dari ATMR. ‐ Rasio Countercyclical Buffer ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam kisaran 0 - 2,50 dari ATMR . ‐ Rasio Capital Surcharge untuk Domestic Systematically Important Bank D-SIB ditetapkan oleh otoritas yang berwenang dalam kisaran 1 - 2,50 dari ATMR bagi bank yang ditetapkan berdampak sistemik . PBI No. 1512PBI2013 tanggal 12 Desember 2013 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum lanjutan. Penyediaan modal minimum diatas adalah sesuai dengan profil risiko, yaitu ditetapkan paling rendah sebagai berikut: ‐ 8 dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1 satu. ‐ 9 sampai dengan kurang dari 10 dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 dua. ‐ 10 sampai dengan kurang dari 11 dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3 tiga. ‐ 11 - 14 dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 empat atau peringkat 5 lima.  POJK No. 16POJK.032014 tanggal 18 Nopember 2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. ‐ Bank wajib menghitung dan membentuk Penyisihan Penghapusan Aset “PPA” terhadap Aset Produktif dan Aset Non-Produktif. PPA tersebut berupa cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aset Produktif dan cadangan khusus untuk Aset Non-Produktif. Dalam perhitungannya, agunan dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam perhitungan PPA. Agunan yang akan digunakan sebagai faktor pengurang PPA paling kurang harus dinilai oleh penilai independen atau penilai internal bank. Nilai agunan tersebut dilarang melebihi nilai pengikatan agunan. ‐ Bank wajib menghitung dan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai “CKPN” sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku. Berdasarkan perkembangan kondisi makroekonomi Indonesia dan penilaian Bank Indonesia terhadap kondisi tersebut, Bank Indonesia dapat menetapkan: 1. besarnya kisaran persentase Countercyclical Buffer yang berbeda dari kisaran 0 - 2,5; 2. pemberlakuan Countercyclical Buffer lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Otoritas yang berwenang dapat menetapkan persentase Capital Surcharge untuk Domestic Systematically Important Bank D- SIB yang lebih besar dari kisaran 1 - 2,5. 490 490 PT Bank Central Asia Tbk PT BANK CENTRAL ASIA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain

44. PERATURAN-PERATURAN BARU YANG TELAH DITERBITKAN Lanjutan

 POJK No. 16POJK.032014 tanggal 18 Nopember 2014 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah lanjutan. ‐ Dalam menghitung rasio KPMM, Bank wajib memperhitungkan PPA atas Aset Produktif dan CKPN yang dibentuk. Dalam hal hasil perhitungan PPA wajib dibentuk atas Aset Produktif lebih besar dari CKPN yang telah dibentuk, Bank wajib memperhitungkan selisih perhitungan PPA dengan CKPN sebagai pengurang modal dalam perhitungan rasio KPMM. Dalam hal hasil perhitungan PPA wajib dibentuk terhadap Aset Produktif sama dengan atau lebih kecil dari CKPN yang telah dibentuk, Bank tidak perlu memperhitungkan selisih lebih PPA dalam perhitungan rasio KPMM. ‐ Bank wajib menerapkan perlakuan akuntansi Restrukturisasi Pembiayaan sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku. ‐ POJK ini mulai berlaku pada tangga 1 Januari 2015.  POJK No. 17POJK.032014 tanggal 18 Nopember 2014 tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan. ‐ Konglomerasi Keuangan terdiri dari Lembaga Jasa Keuangan “LJK” yang berada dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan kepemilikan danatau pengendali, wajib menerapkan Manajemen Risiko Terintegrasi secara komprehensif dan efektif. Dalam rangka menerapkan Manajemen Risiko Terintegrasi, Konglomerasi Keuangan memiliki struktur yang terdiri dari Entitas Utama dan perusahaan anak danatau perusahaan terelasi beserta perusahaan anaknya. ‐ Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi mencakup paling sedikit: a. Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris Entitas Utama; b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen Risiko Terintegrasi; c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian risiko secara terintegrasi, dan sistem informasi Manajemen Risiko Terintegrasi; dan d. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh terhadap penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi. ‐ Entitas utama wajib membentuk Komite Manajemen Risiko Terintegrasi dan Satuan Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi dan menyusun laporan profil risiko terintegrasi setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember. Laporan tersebut disampaikan kepada OJK paling lambat pada tanggal 15 lima belas bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan yang bersangkutan. ‐ Kewajiban penyampaian laporan profil risiko terintegrasi pertama kali dilakukan untuk posisi laporan sebagai berikut : a. Juni 2015, untuk Entitas Utama yang merupakan Bank Umum Berdasarkan Kegiatan Usaha “BUKU” 4; b. Desember 2015, untuk Entitas Utama berupa bank selain BUKU 4 dan bukan bank.