I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang peternakan di Indonesia merupakan bagian yang erat kaitannya dengan pembangunan pertanian yang mengacu pada pembangunan
perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan perekonomian tersebut dapat memberikan dampak eksternalitas yang positif bagi
masyarakat. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar lapangan pekerjaan,
meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat, dan mengaitkan hubungan ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa setiap kegiatan usaha peternakan memiliki
tanggung jawab untuk menyertakan tujuan kemanusiaan, kesejahteraan rakyat dan kelestarian sumber daya alam bersama dengan tujuan usaha itu sendiri dalam
mengejar keuntungan dan perkembangan. Perkembangan dunia peternakan di suatu daerah tentunya dapat memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan
perekonomian di daerah tersebut, seperti yang terjadi di Kabupaten Bekasi.
Tabel 1 . Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Pertanian di Kabupaten Bekasi Rp Tahun 2006- 2009
Lapangan usaha 2006
2007 2008
2009 Tanaman bahan
makanan 853.497,27
1.021.190,20 1.150.580,28 1.270.892,39
Tanaman perkebunan
13.390,30 9.519,48
10.721,34 11.654,09 Peternakan dan
hasil-hasilnya 363.619,67
387.441,31 434.352,47 482.131,24
Kehutanan 506,00 542,00
583,78 618,80
Perikanan 76.695,54 87.128,70
104.722,06 117.634,28
Total 1.307.708,79 1.505.821,69
1.700.959,92 1.882.930,81
Sumber: BAPEDA Kabupaten Bekasi 2010
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi yang berasal dari sektor pertanian secara luas cenderung
mengalami peningkatan, kecuali yang terjadi pada subsektor tanaman perkebunan yang disebabkan oleh semakin menyempitnya lahan perkebunan untuk
dimanfaatkan sebagai area pemukiman. Salah satu subsektor yang mengalami
2 peningkatan terhadap kontribusi perekonomian Kabupaten Bekasi yaitu subsektor
peternakan. Peternakan dan hasil-hasilnya menempati urutan kedua untuk kontribusi PDRB bagi Kabupaten Bekasi setelah tanaman bahan makanan karena
jenis dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan subsektor peternakan. Peningkatan terjadi secara signifikan yaitu dari tahun 2008 ke 2009, yang
mengindikasikan bahwa upaya-upaya perbaikan pada subsektor peternakan di Kabupaten Bekasi dilakukan dengan lebih serius. Selain itu, hal ini juga
membuktikan bahwa pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bekasi memiliki potensi yang cukup baik dari tahun ke tahun.
Meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi merupakan salah satu hal yang membuat prospek dunia peternakan semakin baik. Peningkatan
jumlah penduduk akan semakin meningkatkan konsumsi terhadap ternak. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk peternakan akan meningkat setiap
tahunnya. Peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral sangat dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan
gizi guna meningkatkan kualitas hidup. Salah satu produk yang dihasilkan dari peternakan yaitu daging. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging secara
umum meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2 yang menunjukan peningkatan konsumsi daging per kapita per tahun dari tahun 2005-
2007.
Tabel 2 . Perkembangan Konsumsi Daging per Kapita per Tahun di Indonesia
Tahun 2005-2007
Jenis Konsumsi kgkapitatahun
2005 2006
2007 R 2005-2007
Sapi 1,08 1,13
1,20 10
Hewan lain 2,07
2,28 2,30
10 Ayam ras
1,90 2,10
2,20 20
Unggas lain 0,74
0,84 0,90
20 Sumber : Deptan 2008
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa dalam waktu dua tahun terjadi peningkatan konsumsi daging antara sepuluh hingga dua puluh persen.
Peningkatan secara signifikan terjadi pada konsumsi hewan unggas yaitu dua kali
3 lipat dibandingkan dengan hewan bukan unggas. Kenaikan jumlah konsumsi
masih akan terus meningkat setiap tahun mengingat jumlah populasi masyarakat setiap tahun juga akan meningkat.
Untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi ini, maka usaha meningkatkan produksi daging menjadi hal yang perlu diperhatikan bagi semua
pihak khususnya pemerintah, disamping hal ini juga menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat yang ingin mengembangkan sektor peternakan. Produksi daging
di Kabupaten Bekasi masih mengalami fluktuasi pada beberapa komoditas Tabel 3.
Tabel 3 . Produksi Daging di Kabupaten Bekasi ton Tahun 2007-2010
No. Komoditas 2007 2008
2009 2010
1 Daging sapi
2.957,60 3.454
1.427,13 1.993,25
2 Daging kerbau
45,23 39,80
58,93 63,06
3 Daging kambing
229,13 270,50
209,13 257,12
4 Daging domba
282,73 273
245,77 255,01
5 Daging ayam buras
407,51 441,6
780,35 568,33 6
Daging ayam ras Pedaging
2.423,53 6.628
11.713,84 6.985,73 7
Daging ayam Ras Petelur
109,21 93,5
165,24 112,75 8 Daging
itik 161,22
181,8 310,66
189,63 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bekasi 2010
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa komoditas yang dihasilkan dari subsektor peternakan besar seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba,
jumlahnya cukup berfluktuatif terutama pada tahun 2009 yang cenderung mengalami penurunan dimana salah satunya disebabkan oleh faktor krisis global
yang terjadi pada tahun tersebut. Sementara itu pada komoditas yang dihasilkan dari subsektor peternakan unggas seperti ayam, fluktuasi produksi tetap terjadi
bahkan cenderung lebih ekstrim. Namun pada komoditas unggas lainnya, khususnya komoditas yang dihasilkan dari usaha peternakan itik, jumlah produksi
yang dicapai lebih stabil dan tidak mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan yang terlalu signifikan.
Salah satu peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi pada bidang peternakan adalah terjadinya pertumbuhan populasi ternak. Adanya
4 pertumbuhan populasi ternak akan meningkatkan produksi daging sebagai salah
satu sumber pendapatan utamanya selain susu dan telur. Kontribusi bidang peternakan terhadap perekonomian di Kabupaten Bekasi telah mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan populasi ternak selama dua tahun terakhir di Kabupaten Bekasi.
Tabel 4. Populasi Ternak di Kabupaten Bekasi ekor Tahun 2009
Komoditi Populasi
Lahir Mati
Potong Impor
Ekspor Sapi
perah 100 31
3 -
- -
Sapi potong
15.039 3.963 456
13.069 32.862 18.780
Kerbau 2.149 293
64 1.043
5.301 3.067
Kuda 73 4
3 -
- -
Kambing 103.118 33.080
5.321 21.753
17.445 17.336 Domba 174.573
70.562 6.739
24.653 21.391 16.288
Babi 1.668 1.820
167 1.051
1.001 786
Ayam buras
842.988 758.689 67.439
449.397 246.843
273.149 A.ras
petelur 307.123 64.219
12.285 5.129
7.390 -
A.ras pdgng
2.083.942 - 41.679
4.630.519 17.510.500
12.779.500 Itik 495.986
839.952 24.799
882.855 231.775
155.474 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bekasi 2010
Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh informasi bahwa dari jumlah populasi komoditi ternak yang ada di Kabupaten Bekasi pada awal tahun 2009,
angka kelahiran yang terjadi masih tetap lebih besar dari angka kematian pada semua jenis komoditi ternak yang ada sepanjang tahun tersebut. Sehingga secara
keseluruhan faktor yang dapat meningkatkan jumlah populasi komoditi ternak seperti kelahiran dan impor, hasilnya masih lebih besar jika dibandingkan dengan
faktor yang dapat menurunkan jumlah populasi komoditi ternak seperti kematian, pemotongan dan ekspor.
5
Tabel 5 . Populasi Ternak di Kabupaten Bekasi ekor Tahun 2009 – 2010
Komoditi 2009 2010
Sapi Perah 100
128 Sapi Potong
15.039 19.559
Kerbau 2.149 3.569
Kuda 73 74
Kambing 103.118 109.233
Domba 174.573 218.847
Babi 1.668 2.485
Ayam Buras 842.988
1.058.535 Ayam Ras Petelur
307.123 361.319
Ayam Ras Pedaging 2.083.942
2.142.744 Itik 495.986
504.585 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bekasi 2010
Bersumber dari keterangan yang terdapat pada Tabel 4, maka pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa seluruh komoditi ternak yang ada di Kabupaten Bekasi
jumlah populasinya mengalami peningkatan dari tahun 2009-2010. Hal ini semakin memperkuat bahwa subsektor peternakan di Kabupaten Bekasi memang
memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap perekonomian daerah tersebut. Salah satu subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai
penghasil daging adalah subsektor peternakan itik. Populasi itik di Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai sekarang. Populasi itik
mengalami peningkatan yang cukup baik karena memiliki angka kelahiran yang paling tinggi dibandingkan komoditi ternak lainnya Tabel 4.
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan usaha peternakan itik, didukung oleh sumberdaya ekonomi
sebagai daerah industri yang memiliki pabrik-pabrik dimana sisa dari makanan yang berasal dari catering pabrik tersebut dapat dijadikan sebagai sumber
alternatif pakan baru bagi usaha peternakan itik. Secara geografis Kabupaten Bekasi juga memiliki kedekatan dengan pasar tujuan utama bagi usaha peternakan
itik yang ada di wilayah DKI Jakarta. Dalam hal politik Kabupaten Bekasi memiliki pemerintahan yang peduli akan dunia peternakan khususnya pada
6 komoditi itik melalui binaan dan bantuan bagi masyarakat yang ingin
mengembangkan usaha peternakan itik tersebut. Salah satu organisasi usaha yang bergerak pada subsektor peternakan itik
di Kabupaten Bekasi adalah Kelompok Tani Sumber Mukti yang berlokasi di Desa Kebalen, Kecamatan Babelan. Pengembangan usaha peternakan itik pada
Kelompok Tani Sumber Mukti dapat dikatakan berpotensi karena mereka sudah memililki arah untuk mengembangkan usaha peternakan itik secara intensif. Pada
umumnya, masyarakat di Kabupaten Bekasi melakukan usaha peternakan itik sebagai usaha sampingan yang tidak diimbangi dengan permodalan dan
pengelolaan yang memadai. Sementara pada Kelompok Tani Sumber Mukti, usaha peternakan itik dilakukan melalui pengelolaan yang dilakukan secara
khusus dan aktivitas budidaya yang lebih baik. Tujuan dari setiap usaha adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal dengan memenangkan persaingan. Pengkajian strategi pengembangan usaha yang tepat bagi organisasi usaha merupakan salah satu cara untuk
menghadapi situasi lingkungan internal dan eksternal yang selalu berubah. Dengan demikian pelaku usaha dapat memposisikan dirinya dengan tepat untuk
dapat bertahan dan mampu memenuhi keinginan pasar dengan lebih baik.
1.2 Perumusan Masalah