10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Ternak Itik
Saragih 1998 berpendapat bahwa dilihat dari pengusahaan, kegiatan ekonomi berbasis peternakan dapat diselenggarakan oleh dua golongan
kepenguasaan, yaitu : 1 peternakan rakyat, dan 2 perusahaan peternakan. Kemudian dari tingkat komersialisasinya usaha peternakan dapat juga
dikelompokkan menjadi empat pola usaha yaitu : 1 usaha sampingan, 2 cabang usaha, 3 usaha pokok, dan 4 industri peternakan.
Menurut Samosir 1983, dengan kebutuhan modal yang reatif kecil, adanya pendapatan setiap hari, dan tidak adanya hambatan sosial budaya dalam
pemeliharaannya, merupakan beberapa hal yang menguntungkan ternak itik dibandingkan dengan ternak besar. Sebagai sumber penghasil daging, itik
sebenarnya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan hewan ternak lainnya. Menurut Williamson dan Payne 1993 itik memiliki sifat lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan karena tidak terpengaruh iklim, lebih mudah dalam perawatan karena tidak rentan terhadap penyakit, pemeliharaannya lebih
organik, tidak memerlukan pakan khusus dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan itik pun relatif kecil. Dalam kaitannya sebagai usaha
ternak, berdasarkan hasil penelitian Purwanti 1999 tentang peternakan itik di Karawang, tenaga kerja yang terlibat dalam pemeliharaan ternak itik lebih banyak
menggunakan tenaga kerja keluarga 96,67 dan non-keluarga 3,03 , namun demikian efisiensi produksi usaha ternak itik masih relatif rendah dikarenakan
kepemilikan yang relatif masih kecil dan kualitas bibit yang belum baik Prasetyo dan Susanti 1997.
2.2 Praktek Budidaya dan Produktivitas Ternak Itik
2.2.1 Perkandangan
Menurut Rasyaf 1986, kandang merupakan tempat kediaman ternak, dan dan dari kandang tersebut ternak memperoleh manfaat. Unttuk mengetahui
kandang tersebut memberikan manfaat yang optimal dan menguntungkan, hendaknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1 harus memberikan
kenyamanan terhadap ternak itik, 2 memberikan kesehatan terhadap itik yang
11 ada di dalamnya, 3 harus memberikan hasil bagi peternak, 4 tidak menggangu
peternak, dan 5 memenuhi syarat ekonomis. Selanjuntnya Rasyaf 1986, menambahkan bahwa pemilihan tempat peternakan menjadi hal yang utama dalam
usaha. Tempat yang dipilih hendaknya memiliki persyaratan sebagai berikut : 1 dekat dengan sumber air, 2 dekat dengan daerah pemasaran, 3 dekat dengan
sumber bahan baku, 4 tidak menggangu lingkungan sekitar, dan 5 tidak menggangu peternak. Samosir 1983 menjelaskan bahwa pada peternakan itik,
kandang yang umum digunakan adalah tipe sheed. Lantai kandang yang terbaik adalah yang terbuat dari semen atau papan, karena untuk mempermudah
membersihkannya. Menurut Suharno dan Amri 2002, luas kandang hendaknya disesuaikan
dengan jumlah dan umur itik yang dipelihara. Untuk itik dewasa 6 bulan kepadatannya 4-5 ekorm
2
, itik dara 2-6 bulan kepadatannya 5-10 ekorm
2
, dan anak itik 1 hari-2 bulan kepadatannya 8-10 m
2
untuk 100 ekor anak itik.
2.2.2 Pakan
Makanan itik yang dipelihara secara konvensional tidak diperhatikan secara benar, sebab itik dilepas saja untuk mencari makanan sendiri. Itik mendapat
makan dari sisa panen yang didapatnya di sawah, dan protein hewani diperoleh dari remis, cacing, belalang Harahap et.al 1978.
Rasyaf 1986 menjelaskan bahwa bahan-bahan makanan yang bisa dipakai sebagai campuran ransum adalah jagung kuning, dedak lunteh, bungkil-
bungkilan, ubi kayu, daun lamtoro, daun petai cina, kulit kerang, garam dapur, minyak atau lemak, dan tepung darah. Batas maksimum pemakaian bahan makan
tersebut dipengaruhi oleh kualitas bahan dan harga bahan makanan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian Harahap et.al 1978 pada peternak
itik di Sumatera Barat, jumlah induk yang dipelihara mempengaruhi biaya makanan, makin banyak itik yang dipelihara peternak akan lebih banyak
memperhatikan ternaknya terutama tentang pakannya. Samosir 1983 menyatakan bahwa patokan-patokan kebutuhan protein,
lemak, energi metabolis, asam-asam amino vitamin, atau mineral untuk itik pedaging di Indonesia, masih jauh dari jangkauan. Baik kebutuhan untuk anak
itik, itik remaja, itik petelur dewasa maupun untuk ternak itik pembibitan. Untuk
12 itik-itik yang dipelihara secara intensif, kebutuhan akan nutrisi tersebut
sepenuhnya harus dapat disediakan. Suharno dan Amri 2002 menyarankan untuk pakan yang dibeli dari
pabrik ransum komersial hanya digunakan pada saat pemeliharaan itik periode awal, sementara untuk itik dara mulai dari umur tujuh minggu dan seterusnya
menggunakan makanan yang diramu sendiri dengan bahan-bahan yang diperoleh disekitar lokasi usaha.
2.2.3 Bibit
Penyediaan bibit bagi para peternak itik di Indonesia diperoleh melalui perkawinan terhadap itik penghasil bibit breeder antar kelompok ternaknya
sendiri. Perbandingan pejantan dan kelompok betina yang dianjurkan adalah satu banding enam sampai delapan Samosir, 1983.
Menurtu Suharno dan Amri 1995, perusahaan pembibitan ternak itik belum sebesar ayam ras. Bahkan biasanya peternak sendiri yang melakukan
pembibitan. Lebih lanjut dikatakan bahwa beberapa cara memperoleh bibit yang lebih baik adalah : 1 membeli telur tetas, 2 memelihara ternak itik, dan 3
membeli DOD.
2.2.4 Karakteristik Itik Tegal
Berbagai jenis itik lokal telah dikenal di Indonesia, dengan penyebaran yang cukup luas di berbagai provinsi. Itik asli Indoensia yang terkenal diantaranya
Itik Tegal. Dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, Itik Tegal atau Indian Runer mempunyai kapasitas produkasi telur yang cukup tinggi, yaitu sebesar 140-250
butir per tahun. Bobot badan dewasa itik ini pada jantan mencapai 2,043 Kg, sedangkan pada betina mencapai 1,816 Kg Samosir, 1983. Dengan melakukan
sistem pemeliharaan yang modern dan pemberian pakan secara intensif, maka Itik Tegal ini akan semakin cepat mencapai bobot idealnya.
Itik Tegal banyak dibudidayakan di seluruh daerah yang beriklim tropis, tetapi mereka banyak ditemukan pula di daerah-daerah dengan curah hujan yang
tinggi, di daerah-daerah aliran sungai, dan di daerah-daerah pantai. Itik Tegal juga secara khusus ditemukan di daerah persawahan yang ada di wilayah Asia
Tenggara Williamson dan Payne 1993.
13
2.3 Kelompok Tani
Sesuai dengan Permentan Nomor: 273KptsOT.16042007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, pengertian yang berkaitan tentang
petani dan kelompoknya adalah : 1
Pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani,
agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
2 Usaha tani, adalah usaha dibidang pertanian, peternakan dan perkebunan. 3 Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha dibidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture
, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa
penunjang. 4 Pekebun, adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha perkebunan. 5 Peternak, adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha peternakan. 6 Kelompok tani adalah kumpulan petanipeternakpekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Pada dasarnya kelompok tani adalah organisasi non formal di perdesaan
yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani “, memiliki karakteristik
sebagai berikut: 1 Ciri Kelompok Tani
a Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.
b Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani.
14 c
Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha. jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan
ekologi. d
Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
2 Unsur Pengikat Kelompok Tani a
Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya. b
Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya.
c Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya. d
Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang- kurangnya sebagian besar anggotanya.
e Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan. 3 Fungsi Kelompok Tani
a Kelas Belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap PKS serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
b Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini
diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
c Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Berdasarkan Permentan Nomor: 273KptsOT.16042007 tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, pengembangan kelompok tani
15 diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan
fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan
mandiri yang dicirikan antara lain : 1
Adanya pertemuanrapat anggotarapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.
2 Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan
oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi.
3 Memiliki aturannorma yang disepakati dan ditaati bersama. 4 Memiliki pencatatanpengadministrasian organisasi yang rapi.
5 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir. 6 Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar.
7 Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.
8 Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain. 9 Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan
hasil usahakegiatan kelompok. Dalam upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah
terwujudnya kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai disiplin, tanggung jawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan
usahataninya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat komersial.
2.4 Kelompok Tani