Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kegiatan dengan men gucapkan “ aku tidak bisa” dan mudah menyerah. Oleh
karena itu peneliti melakukan tindakan dalam beberapa siklus guna meningkatkan keterampilan motorik halus.
Tindakan pada siklus I pertemuan pertama yaitu peserta didik memebentuk huruf 4, 5, dan 6. Peneliti dan guru lebih memberikan motivasi
kepada peserta didik sehingga mereka dapat lebih percaya diri dalam proses membentuk. Tindakan pada siklus I pertemuan pertama, peserta didik mulai
antusias dalam proses membentuk walau masih terdapat kesulitan-kesulitan pada kelenturan jari jemari dan kecermatannya. Tingkat kesulitan yang digunakan pada
pra tindakan dan siklus I pertemuan pertama berbeda yaitu dari teknik lempeng slab menjadi teknik pilin coilling dimana peserta didik harus lebih teliti dalam
membentuk. Tindakan pada siklus I pertemuan kedua peserta didik ditugaskan
membentuk kata “Rumah”. Dari hasil observasi pada siklus I pertemuan pertama dan siklus I pertemuan kedua telah menunjukan peningkatan keterampilan
motorik halus. Hal ini dikarenakan sebagian peserta didik mulai terlatih dalam mengkoordinasikan tangan dan jari jemari, selain itu antusias anak semakin
berkembang dengan berkurangnya peserta didik yang meminta tolong dalam proses membentuk. Teknik yang digunakan pada siklus I pertemuan kedua sama
dengan siklus I pertemuan pertama yaitu menggunakan teknik pilin. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, seluruh aspek telah mengalami
peningkatan akan tetapi belum tercapai secara maksimal. Kecermatan dalam proses membentuk masih kurang, hal ini disebabkan karena peserta didik terburu-
buru dalam proses membentuk. Peserta didik antusias dalam mengikuti proses membentuk, akan tetapi mereka masih meminta bantuan kepada orang lain untuk
ikut membantunya dalam membentuk baik kepada temannya atau kepada guru. Hasil pengamatan peneliti, bahwa peserta didik masih membutuhkan latihan
dalam koordinasi tangan dan jari jemari sehingga tidak kaku dalam proses membentuk.
Tindakan siklus II pertemuan pertama yaitu membentuk tempat lilin. Keterampilan motorik halus pada siklus II pertemuan pertama mengalami
penurunan disetiap aspek. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan keterampilan motorok halus anak yaitu tingkat kesulitan yang
digunakan pada siklus I dan siklus II pertemuan pertama. Pada siklus I peserta didik membentuk angka dan huruf. Teknik yang digunakan sama yaitu
menggunakan teknik pilin dan hanya menggunakan 1 warna dalam proses membentuk. Pada siklus II pertemuan pertama peserta didik membentuk benda
fungsional yaitu berupa tempat lilin. Teknik yang digunakan dalam proses membentuk pada siklus II pertemuan
pertama menggunakan penggabungan dua teknik yaitu teknik lempeng slab dan teknik pijit coilling. Penggunaan warna pada siklus II pertemuan pertama
menggunakan dua warna yang berbeda sehingga peserta didik harus teliti dalam menggabungkan dua buah warna tersebut sehingga dapat terlihat rapih dan sesuai
harapan. Tindakan siklus II pertemuan kedua yaitu peserta didik ditugaskan
membentuk buah jeruk, semangka, dan anggur. Dari hasil observasi pada siklus II
telah menunjukan peningkatan keterampilan motorik halus. Hal ini dikarenakan sebagian peserta didik mulai terlatih dalam mengkoordinasikan tangan dan jari
jemari sehingga mereka melakukan tindakan dengan asyik. Perkembangan motorik peserta didik terlihat saat mereka mulai membentuk dan melakukan
berbagai tindakan seperti meraba, meremas adonan, memukul, memotong, dan membentuk. Ditinjau dari kerumitan membentuk buah-buahan ini cukup
membutuhkan kecermatan karena adanya penambahan warna dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II telah mengalami peningkatan dalam setiap aspeknya yaitu kelenturan jari jemari mencapai 68,41, kecermatan
mencapai 62,16, dan antusias mencapai 74,58 akan tetapi ketiga aspek belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80 sehingga perlu diadakan perbaikan
yang akan dilakukan pada tindakan siklus III. Tindakan pada siklus III yaitu peserta didik ditugaskan untuk membentuk
wortel beserta bunga berornamen bingkai. Berdasarkan hasil observasi, pada siklus III telah menunjukan peningkatan keterampilan motorik halus pada setiap
aspek. Peningkatan ini terjadi karena kegiatan membentuk yang dilakukan mulai dari membentuk benda sederhana dan hanya menggunakan satu teknik kemudian
bertahap untuk menggabungkan beberapa teknik dan membentuk benda dari yang sederhana menjadi yang lebih kompleks sehingga peserta didik merasa tertantang
dalam proses membentuk dan semakin penasaran. Selain itu, pemakaian warna yang semakin bervariasi dalam membentuk menambah semangat dan antusias
peserta didik dalam membentuk. Berdasarkan hasil observasi pada siklus III,
peningkatan keterampilan motorik halus telah sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adonan serbuk kayu dapat dijadikan media alternatif untuk meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu digunakan
dalam proses membentuk. Sumantri 2005: 121 menyatakan bahwa keterampilan motorik halus di TK dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti
membentuk tanah liatlilin, memalu, mencocok, menggambar, mewarnai, meronce, dan menggunting. Dari berbagai stimulus yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus adalah membentuk. Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan maka, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa membentuk menggunakan adonan serbuk kayu dapat digunakan sebagai media alternatif dalam meningkatkan keterampilan motorik
halus yang melibatkan peningkatan keterampilan motorik halus pada aspek kelenturan jari jemari, kecermatan, dan antusias.
118