Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

(1)

SUPLEMEN ASAM AMINO PADA ANGGOTA FITNESS CENTRE SYAHIDA INN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH : TIKA WIDYA SARI NIM : 109101000088

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013 M/ 1434 H


(2)

(3)

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 27 Agustus 2013

Tika Widya Sari, NIM: 109101000088

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

xxiii + 128 halaman, 3 bagan, 24 tabel, 7 lampiran + 14 singkatan

ABSTRAK

Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Suplemen asam amino dapat membentuk atau membesarkan sel-sel otot (penebalan otot) untuk orang yang memiliki aktivitas fisik berat setiap harinya, dapat meningkatkan berat badan dengan disertai olahraga fitness, memberikan energi dan meningkatkan daya tahan tubuh. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota

fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian berjumlah 76 anggota fitness. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara kepada responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anggota fitness lebih banyak yang tidak mengkonsumsi suplemen asam amino yaitu sebesar 51,3%. Kemudian dari hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh 4 faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino yakni jenis kelamin dengan P

value 0,027, keterpaparan media promosi dengan P value 0,020, status merokok

dengan P value 0,034, dan asupan protein dengan P value 0,000.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan kepada anggota fitness sebaiknya membiasakan diri berperilaku makan seimbang setiap hari. Jika hendak mengkonsumsi suplemen maka sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan ahli gizi. Untuk kalangan peneliti penulis menyarankan dilakukan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar dan dengan desain studi yang berbeda. Kata Kunci :suplemen makanan, asam amino, fitness


(4)

iii

SPECIALISATION OF NUTRITION COMMUNITY Undergraduated, 27 August 2013

TikaWidya Sari, NIM: 109101000088

Factors Associated with the Consumption of Amino Acid Supplements in Member of Fitness Centre Syahida Inn State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta in 2013.

xxiii + 128 pages, 3 charts, 24 tables, 7 attachments + 14abbreviation ABSTRACT

Dietary supplements is a product that intended to complete the nutrition of food needs, containing one or more ingredients such as vitamins, minerals, amino acids or other materials (derived from plant or not plant) that has nutrition and or physiological effects in concentrated amounts. Amino acid supplement may establish or raise muscle cells (muscle thickening) for daily hard physical activity of people that could be improve weight with fitness exercise, provide energy and increase endurance. This study aims to know the related factors with amino acid supplements consumption of the members fitness centerSyahida Inn UIN SyarifHidayatullah Jakarta in 2013.

This research is a quantitative analytical with a cross-sectional study. Design among 76 fitness members. The data were colected using secondary data from the relevant agencies and primary data obtained through questionnaires and interviews. The analysis using univariate and bivariate analysis.

The result of the research it shown that most of fitness members 51,3% did not take amino acids supplements.The results of the bivariate analysis with level significant 5 %, obtained 4 factors related to amino acid supplements consumption that sex with P value 0.027, promotional media exposure with P value 0.020, smoking status with P value 0.034, and protein intake with P value 0.000.

Based on these results, the researchers suggest the fitness members should familiarize themselves to balance theirdaily meal as their habitually. Should consult with a nutritionist before consume the supplement. The author advises for all the researchers to conduct further research on a larger scale and with different designsstudy.

Keywords : dietary supplements, amino acids, fitness Reading List : 69 (1980 - 2013)


(5)

(6)

(7)

vi A. Data Pribadi

Nama : Tika Widya Sari

Tempat/Tgl Lahir : Talang Kemang, 31 Januari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Desa Tanjung Bulan, Kec. Rambang Kuang, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan

Tlp/Hp : 087884486914

Email : tikawidyasari@rocketmail.com

B. Riwayat Pendidikan

 Tahun 1997-1999 : TK Darul Falah Tanjung Bulan

 Tahun 1999-2003 : Madrasah Ibtidaiyah Darul Falah Tanjung Bulan

 Tahun 1997–2003 : SD Negeri Tanjung Bulan

 Tahun 2003–2006 : MTs Pondok Pesantren Darun Najah Bangun Jaya

 Tahun 2006–2009 : MAN Sakatiga Ogan Ilir

 Tahun 2009–2013 : S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

vii

Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan langkah, tangis keputusasaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang

pernah menghiasi hari-hari kini menjadi tangisan penuh kesyukuran dan kebahagiaan yang tumpah dalam sujud panjang. Alhamdulillah maha besar

Allah, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak.

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa apabila semuanya terlalui dengan

baik, meski harus memerlukan pengorbanan.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan agar hidup jauh lebih bermakna, karena

tragedi terbesar dalam hidup bukanlah kematian tapi hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan tidak hanya menjadi

sebuah bayangan semu.

Dengan hanya mengharap ridha-Mu semata, ku persembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi saat ku lemah tak berdaya, untuk yang terkasih Ibu

Mugiyati, Bapak Jumiono, adikku Rama dan Ridho, nenek, kakek, dan semua keluargaku yang selalau memanjatkan doa dalam setiap sujudnya yang senantiasa mengiringi setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan. Terima kasih Keluargaku Tercinta. Mohon dimaafkan bila ikhtiar ku ini tidak maksimal sesuai yang diharapkan, semoga Allah senantiasa menjadikan kita

keluarga sakinah hingga ke syurga.

“Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu dan Amal ku sebagai lentera jalan hidupku,

keluarga dan saudara seimanku”


(9)

viii

Bismillahirrohmaannirrohiim

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam, sumber dari segala sumber yang ada di dunia ini karena atas izin dan jalan-Nya lah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul: “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat dan salam selalu untuk Rasulullah SAW, Rasul mulia dan penutup para Nabi.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuan pihak-pihak terkait serta penulis juga mendapatkan banyak masukan, ilmu, spirit dan doa. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati dan cinta, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang tiada henti-hentinya mendo’akan di setiap waktunya, memberikan kasih sayang yang tak terhingga, semangat, motivasi, moril, dan materil, serta senantiasa memberikan dukungan untuk pantang menyerah dan selalu sabar dalam menyelesaikan semua tugas yang diemban oleh penulis. Bapak Jumiono dan Ibu Mugiyati, semoga Allah SWT memuliakan Bapak dan Ibu serta mengangkat derajat Bapak dan Ibu, karena tanpa Bapak dan Ibu penulis tidaklah memiliki arti apa-apa. Adik-adikku tersayang dan termanis Rama Adi Surya dan M. Ridho Prayoga, kakek, nenek, serta keluarga besarku. Love U So Much all.. My Lovely Fams...


(10)

ix

semoga Allah senantiasa memberkahi bapak-bapak dan ibu-ibu semua. Amin...

3. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat sekaligus penanggungjawab peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM, selaku pebimbing 1 dan 2 skripsi terimakasih atas segala bimbingan, arahan, kesabaran dalam membimbing hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah membalas amal baik ibu.

6. Bu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku penguji seminar proposal, terimakasih atas saran, masukan dan bimbingannya.

7. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si, Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Ibu Hj. Farihah Sulasiah, MKM selaku penguji sidang skripsi, terimakasih telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran serta saran dan bimbingannya.

8. Seluruh dosen dan staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Zulfikar (Bang Thoger) selaku Coach Fitness Centre dan bang Aan selaku administrasi Fitness Centre Syahida Inn yang telah membantu peneliti, serta para anggota Fitness Centre yang telah bersedia mengisi kuesioner.


(11)

x

10. Buat abang Tohirin yang selalu memberikan do’a, semangat, motivasi agar cepat lulus, makasih juga atas perhatian dan kesetiannya abang. ILU...

11. Teman-teman beasiswa Santri Jadi Dokter (SJD-Sumsel) angkatan 2009, vita, etika, rani, rafita, nurul, ira, kiki, susi, maya, maharani, seila, ani, inti, zil, rudi, rifqy, aan, desly, midun, putra, yang selalu memberikan do’a, dukungan dan motivasi untuk bisa lulus bareng, serta terimakasih juga pada semua adik-adik beasiswa SJD-Sumsel atas do’a dan dukungannya.

12. Teman-teman Peminatan Gizi (keluarga Gidza Holic 2009), yang selalu memberikan support, semangat perjuangan serta pengalaman kebersamaan yang tidak ternilai, anak-anak K3, Kesling dan MPK teman seperjuangan. Buat mbak Lilik, buluk mila, nursyam, mbak heni, ana, telok fitri, dkk makasih udah bantu turun lapangan dan menemani penulis sampai saat ini, kita pasang toga bareng yah. Heheh^_^. Serta makasih juga buat adik kosan Nayla dan Dona yang selalu mendo’akan dan membantu penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mendapat balasan terindah dari Allah SWT. Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari penulis selaku manusia biasa, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi kita semua.

Jakarta, September 2013


(12)

xi HALAMAN JUDUL

Hal

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v

RIWAYAT HIDUP... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR BAGAN... xviii

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xxii

DAFTAR SINGKATAN... xxiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian... 11

1.4 Tujuan Penelitian... 12


(13)

xii

1.4.2 Tujuan Khusus... 13

1.5 Manfaat Penelitian... 14

1.5.1 Bagi Peneliti... 14

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan... 15

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat... 15

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 16

2.1 Suplemen Makanan... 16

2.1.1 Definisi Suplemen Makanan... 16

2.1.2 Bentuk Sediaan Suplemen Makanan... 18

2.1.3 Penggolongan Suplemen Makanan... 21

2.1.4 Kelompok yang Membutuhkan Suplemen Makanan... 22

2.1.5 Bahaya Suplemen Makanan... 25

2.1.6 Cara Benar Mengkonsumsi Suplemen Makanan... 27

2.2 Asam Amino... 28

2.2.1 Definisi Asam Amino... 28

2.2.2 Fungsi dan Sumber Asam Amino... 30

2.2.3 Akibat Kelebihan dan Kekurangan Asam Amino... 35

2.2.4 Angka Kecukupan Asam Amino………... 36

2.2.5 Mutu Protein... 37

2.2.5.1 Penilaian Mutu Protein... 37

2.3 Fitness...... 40


(14)

xiii

2.3.1.3 Istirahat Teratur... 44

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Makanan... 45

2.4.1 Umur... 45

2.4.2 Jenis Kelamin... 46

2.4.3 Tingkat Pendidikan... 47

2.4.4 Pendapatan... 48

2.4.5 Riwayata Penyakit... 49

2.4.6 Pengetahuan Gizi tentang Suplemen... 49

2.4.7 Keterpaparan terhadap Media Promosi Suplemen... 50

2.4.8 Aktivitas Fisik... 53

2.4.9 Status Merokok... 55

2.4.10 Asupan Makanan... 56

2.5 Kerangka Teori... 56

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS... 58

3.1 Kerangka Konsep... 58

3.2 Definisi Operasional... 60


(15)

xiv

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 67

4.1 Desain Penelitian... 67

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 67

4.3 Populasi dan Sampel... 67

4.3.1 Populasi... 67

4.3.2 Sampel... 67

4.4 Alat dan Cara Pengumpulan Data... 71

4.5 Pengukuran Data... 72

4.6 Pengolahan Data... 76

4.7 Analisis Data... 79

4.6.1 Analisis Univariat... 79

4.6.2 Analisis Bivariat... 79

BAB V HASIL... 81

5.1 Gambaran Umum Fitness Center Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 81

5.1.1 Tugas dan Fungsi... 82

5.1.2 Anggota Fitness Centre Syahida Inn... 82

5.2 Analisis Univariat... 82

5.2.1 Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino... 83

5.2.2 Gambaran Umur Anggota Fitness... 83

5.2.3 Gambaran Jenis Kelamin Anggota Fitness... 84

5.2.4 Gambaran Pendidikan Anggota Fitness... 85


(16)

xv

5.2.7 Gambaran Keterpaparan Media Promosi Anggota Fitness... 87

5.2.8 Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Fitness... 88

5.2.9 Gambaran Status Merokok Anggota Fitness... 89

5.2.10 Gambaran Asupan Protein Anggota Fitness... 90

5.3 Analisis Bivariat... 90

5.3.1 Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino.... 91

5.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 92

5.3.3 Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 93

5.3.4 Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 94

5.3.5 Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 95

5.3.6 Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 96

5.3.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 97

5.3.8 Hubungan Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 98


(17)

xvi

5.3.9 Hubungan Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino... 99

BAB VI PEMBAHASAN... 100

6.1 Keterbatasan Penelitian... 100

6.2 Gambaran Konsumsi Suplemen Asam Amino... 101

6.3 Faktor Internal... 104

6.3.1 Hubungan antara Umur dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 104

6.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 105

6.3.3 Hubungan antara Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 107

6.3.4 Hubungan antara Pendapatan dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 108

6.4 Faktor Eksternal... 110

6.4.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi tentang Suplemen dengan Konsumsi Suplemen Asama Amino... 110

6.4.2 Hubungan antara Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 113

6.4.3 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 116

6.4.4 Hubungan antara Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino... 118


(18)

xvii

BAB VII PENUTUP... 125 7.1 Kesimpulan... 125 7.2 Saran... 126

7.2.1 Bagi Anggota Fitness Center Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 126 7.2.2 Bagi Penyelenggara Fitness... 126

7.2.3 Bagi pemerintah, khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)... 126 7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya... 127

DAFTAR PUSTAKA... 129 LAMPIRAN


(19)

xviii

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

2.1 Gambaran Umum mengenai Fitness... 41 2.2 Kerangka Teori... 57 3.1 Kerangka Konsep... 59


(20)

xix

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

2.1 Tabel Fungsi dan Sumber Asam Amino... 30

2.2 Angka Kecukupan Asam Amino Pada Orang Dewasa Berdasarkan RDA... 36

2.3 Nilai Mutu Protein Bahan Makanan... 39

3.1 Definisi Operasional Variabel... 60

4.1 Perhitungan Sampel... 69

5.1 Distribusi Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 83

5.2 Distribusi Umur pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 84

5.3 Distribusi Jenis Kelamin pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 84

5.4 Distribusi Tingkat Pendidikan pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 85

5.5 Distribusi Pendapatan pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 86

5.6 Distribusi Pengetahuan Gizi tentang Suplemen pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 87


(21)

xx

5.7 Distribusi Keterpaparan Media Promosi pada Anggota

Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013... 88 5.8 Distribusi Aktivitas Fisik pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 89 5.9 Distribusi Status Merokok pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 89 5.10 Distribusi Asupan Protein pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 90 5.11 Analisis Hubungan antara Umur dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 91 5.12 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 92 5.13 Analisis Hubungan Pendidikan dengan Konsumsi Suplemen

Asam Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 93 5.14 Analisis Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre


(22)

xxi

Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013... 95 5.16 Analisis Hubungan Keterpaparan Media Promosi dengan

Konsumsi Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness

Centre Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2013... 96 5.17 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino pada Anggota Fitness Centre

Syahida Iin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 97 5.18 Analisis Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013... 98 5.19 Analisis Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino pada Anggota Fitness Centre Syahida Iin UIN Syarif


(23)

xxii

Nomor Lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Lembar food recall 2x24 jam Lampiran 5 Uji Normalitas

Lampiran 6 Analisis Univariat Lampiran 7 Analisis Bivariat


(24)

xxiii

AKG : Angka Kecukupan Gizi

BPOM : Badan Pengawas Obat Dan Makanan

CHD : Cronic Heart Disease

FDA : Food Standars Agency

GABA : Gama Amino Butyric Acid

GMP : Good Manufacturing Process

MLM : Multi Level Marketing

NB : Nilai Biologik

NPU : Net Protein Utilization

PER : Protein Efficiency Ratio

PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi

RDA : Recommended Dietary Allowance

SDM : Sumber Daya Manusia


(25)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, suplemen makanan merupakan salah satu trend yang sedang berkembang, terutama pada kalangan masyarakat menengah ke atas. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang sadar pentingnya kesehatan dan gencarnya iklan suplemen makanan tersebut. Pergeseran gaya hidup di masyarakat telah berdampak pada pola makan sehingga dapat mempengaruhi status gizi. Seiring dengan perkembangan teknologi, masyarakat semakin dihadapkan pada gaya hidup yang kurang sehat, masyarakat cenderung lebih memilih dan menyukai jenis-jenis makanan yang praktis dan siap saji (fast food), minuman bersoda yang banyak beredar di pasaran, kurangnya olahraga, pola makan yang tidak seimbang, dan masih banyak lagi (Gsianturi, 2003).

Meningkatnya perkembangan teknologi, terutama dibidang makanan semakin memberi keleluasaan bagi kita untuk memilih cara yang lebih praktis dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan makanan dan zat gizi. Berbagai bahan makanan dan zat gizi diolah kemudian dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana dan praktis. Salah satu produk kemajuan teknologi makanan yang kini sedang popular adalah suplemen makanan. Faktor inilah yang melatarbelakangi seseorang untuk mengkonsumsi suplemen makanan, yaitu suatu produk makanan yang praktis dan dapat digunakan untuk melengkapi kebutuhan gizi yang belum seimbang (Ramadani, 2005).


(26)

Industri nutraceuticals terus berkembang di tengah era globalisasi yang semakin maju. Pabrik-pabrik suplemen makanan yang telah memenuhi syarat

Good Manufacturing Process (GMP) meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2009, secara keseluruhan diperkirakan penjualan suplemen makanan mencapai $ 25.000.000.000. Berdasarkan laporan Nielsen Co tahun 2009, secara keseluruhan penggunaan suplemen makanan meningkat secara pesat yakni dari 6% hingga 10% dan diperkirakan pada tahun yang sama angka tersebut meningkat dari 10% menjadi 15%. Menurut survey yang dilakukan oleh Ipsos-Public Affairs for The

Council for Responsible Nutrition (CRN), Washington, D.C tahun 2009 pada

orang dewasa di Amerika mencapai 65% (sekitar 150 juta) telah menjadi konsumer suplemen makanan (Dennis, 2010).

Penggunaan suplemen makanan cenderung meningkat. Berdasarkan laporan Food Standars Agency (FDA), di Amerika Serikat 40% kaum perempuan dewasa dan 305 laki-laki diketahui mengkonsumsi suplemen makanan. Pada tahun 2000, puslitbang Farmasi Depkes RI telah melakukan survey konsumen di tiga kota besar (Jakarta, Surabaya dan Bandung) tentang konsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi suplemen makanan terbanyak adalah pada perempuan sebesar 78,1%. Kebanyakan mereka mengkonsumsi untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan stamina (59,4%), sebagian hanya untuk mengatasi kegemukan, mencegah keriput (proses penuaan) serta menghaluskan kulit yang kasar. Lama pemakaian suplemen makanan untuk menjaga kesehatan berkisar 1-3 tahun (40,6%). (Depkes RI, 2000).


(27)

3

Menurut SK Kepala BPPOM RI Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (BPOM, 2004).

Di Indonesia, suplemen makanan dimasukkan dalam kategori makanan atau didaftar sebagai obat tradisional. Produk-produk suplemen makanan, sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) No. HK 00.063.02360, semula dikenal sebagai produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Menurut Soedijani (2007) dalam Yunaeni (2009) hingga Desember 2006 setidaknya 5851 merek suplemen terdaftar di Badan POM, rincianya 2346 produk lokal, 3491 produk impor dan 14 produk lisensi. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 30% dari tahun 2003 dimana hanya tercatat 3742 merek suplemen yang terdiri dari 1087 produk lokal, 2653 produk impor dan 2 produk lisensi. Tidak sembarang produk suplemen boleh beredar di Indonesia, hanya produk suplemen yang diproduksi oleh perusahaan farmasi yang memenuhi syarat Good Manufacturing Process (GMP) saja yang dibolehkan untuk beredar (BPOM, 2004).

Gaya hidup mengkonsumsi suplemen makanan tidak hanya terbatas di negara maju. Globalisasi membuat kalangan tertentu di negara berkembang mulai mengadopsi kecenderungan itu termasuk Indonesia. Pesatnya


(28)

perkembangan tersebut tidak terlepas dari gencarnya promosi oleh produsen, baik melalui media cetak ataupun elektronik.

Menurut (Lyle et.al, 1998 dan Greger, 2001) Konsumsi suplemen makanan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, kebiasaan makan, merokok, aktivitas fisik, gencarnya promosi suplemen, dan pengetahuan gizi serta adanya suatu penyakit dalam tubuh.

Berbagai penelitian mengenai konsumsi suplemen pada orang dewasa juga menunjukkan tingkat konsumsi yang tinggi, salah satunya yang terjadi di AS. Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2000 menunjukkan sebanyak 52% orang dewasa mengkonsumsi suplemen makanan. Menurut hasil penelitian Eldridge et.al (1994) dalam Ramadani (2005) pada mahasiswa di Arizona menyebutkan bahwa sebanyak 62,1% mahasiswa mengkonsusmsi suplemen makanan.

Lebih dari 50% orang dewasa mengkonsumsi minimal satu jenis suplemen makanan (Henderson et.al, 2002 dalam Harrison et.al, 2003), di Inggris sebanyak 40% perempuan dan 29% laki-laki mengonsumsi suplemen makanan, sedangkan 15 tahun yang lalu tercatat hanya sebanyak 17% perempuan dan 9% laki-laki yang mengkonsumsi suplemen makanan (Gregory et.al, 1990; Henderson et.al, 2002 dalam Harrison et.al, 2003).

Di Indonesia penelitian yang dilakukan oleh Anggondawati (2002) juga menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebanyak 70,9% mahasiswa FKM UI mengkonsumsi suplemen makanan. Penelitian pada karyawan BNI Tbk. KCU Senayan yang dilakukan Indriana tahun 2003 menunjukkan sebanyak 63,3%


(29)

5

karyawan mengkonsumsi suplemen makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ramadani, 2009) pada pelajar SMUN 79 Jakarta, terdapat 75% pelajar SMUN mengkonsumsi suplemen makanan. Sedangkan berdasarkan penelitian Sarjono (2010) pada mahasiswa FKM dan FIK UI terdapat 72,4% mengkonsumsi suplemen makanan berupa vitamin dan mineral.

Berdasarkan hasil penelitian Yunaeni (2009) yang dilakukan pada siswa-siswi Ragunan (khusus olahragawan) bahwa 67,9% mengkonsumsi suplemen makanan berupa vitamin dan mineral. Sedangkan berdasarkan hasil studi kasus di Cilandak Sport Centre Jakarta Selatan tahun 2004 yang dilakukan oleh Putri didapatkan bahwa 70,4% olahragawan mengkonsumsi suplemen makanan vitamin dan mineral.

Menurut Goston dan Correia (2009) Suplemen makanan secara fisik bertujuan untuk meningkatkan komposisi tubuh dan kinerja otot. Atlet atau olahragawan telah menjadi konsumen terbanyak dalam mengkonsumsi suplemen makanan, kemudian kebiasaan mereka diikuti oleh kelompok individu lainnya, terutama bagi para anggota fitness yang melakukan fitness secara teratur. Keinginan untuk mencapai hasil yang cepat telah membuat penggunaan zat-zat tersebut sangat diminati. Terutama suplemen asam amino yang dipercaya dapat membentuk otot dan meningkatkan massa otot bagi para anggota fitness. Namun, diketahui bahwa pada umumnya, orang yang aktif secara fisik tidak perlu nutrisi tambahan selain yang diperoleh dari diet yang seimbang.

Suplemen asam amino saat ini merupakan salah satu penggunaan diet yang paling populer untuk para atlet dan individu yang mempunyai aktivitas fisik berat. Suplemen protein atau suplemen asam amino telah dianjurkan untuk


(30)

para atlet dan individu yang mempunyai aktivitas fisik berat yang berguna untuk meningkatkan retensi nitrogen dan meningkatkan massa otot, untuk mencegah katabolisme protein selama latihan berkepanjangan, dan untuk mengencangkan otot, dan mencegah anemia (Williams, 2005).

Dari beberapa sumber menyatakan bahwa orang yang aktif atau banyak melakukan aktivitas olahraga membutuhkan suplemen makanan, karena dengan meningkatnya aktivitas maka metabolisme tubuh meningkat. Salah satu olahraga yang membutuhkan gizi yang baik yaitu olahraga untuk meningkatkan massa otot seperti binaraga, instruktur-instruktur kebugaran (fitness) ataupun anggotanya. Menurut penelitian Ishihara et.al (2003), menunjukkan bahwa semakin sering seseorang melakukan olahraga maka kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen akan semakin besar. Hal ini menurut Zeisel (2000), karena aktivitas olahraga yang tinggi dapat menyebabkan reactive oxygen

derivatives yang dapat merusak sel, oleh karena itu diperlukan suplemen

makanan.

Vitahealth (2004) menjelaskan defisiensi/kekurangan asam amino secara keseluruhan mungkin dikarenakan malnutrisi protein. Defisiensi ini pada umumnya diasosiasikan dengan pola makan yang kurang baik, pencernaan yang terganggu atau masalah penyerapan makanan, kondisi stress, infeksi, trauma, penggunaan obat-obatan, defisiensi nutrien yang lain seperti vitamin dan mineral, dan disfungsi yang berkaitan dengan proses penuaan. Karena asam amino berperan sedemikian besar dalam struktur dan fungsi tubuh, serta untuk mempertahankan kesehatan dan melawan penyakit, kondisi defisiensi asam


(31)

7

amino sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas bisa diperbaiki dengan suplementasi asam amino yang tepat.

Asam amino diperoleh dari pemecahan protein dari makanan. Kelebihan protein maka dapat menyebabkan kelebihan asam amino didalam tubuh. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Kelebihan asam amino dapat memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan nitrogen (Almatsier, 2009).

Menurut Goston dan Correia (2010) mengkonsumsi suplemen asam amino lebih dari 3 bulan dapat membahayakan kesehatan meskipun belum terlihat dampaknya, dosis yang aman penggunaan supelemen asam amino juga belum teridentifikasi. Namun, mengkonsumsi suplemen asam amino dengan jumlah yang tinggi, seperti pada atlet atau anggota fitness yang ingin meningkatkan masa otot, mengkonsumsi suplemen asam amino ini dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, penyakit paru, peningkatan tekanan darah, merusak kerja insulin, dan beberapa suplemen diduga mengandung bahan beracun.

Bagi para anggota fitness atau orang yang sering melakukan aktivitas fisik berat, mengharuskan mereka untuk memiliki kondisi tubuh yang prima. Salah satu cara yang dipilih untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan mengkonsumsi suplemen makanan terutama suplemen asam amino yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja otot dan membentuk otot saat melakukan latihan mengangkat beban berat (Williams, 2005).

Beberapa tahun terakhir jumlah fitness centre cenderung meningkat, seperti yang dilaporkan dalam media massa yakni sekitar 600-3000 tempat


(32)

fitness (tidak termasuk fitnes centre yang besar) dan anggota atau pengguna

fitness centre mencapai sekitar 3 juta orang di Sao Paulo tahun 1998.

Peningkatan jumlah fitness centre ini bersamaan dengan peningkatan pasokan suplemen yang beredar di pasaran. Secara umum, rata-rata orang yang mengunjungi fitness centre adalah individu dengan tingkat pendidikan tinggi, memiliki motivasi yang tinggi untuk berlatih fitness dan menerapkan diet makanan seimbang atau mengkonsumsi makanan bergizi serta selalu mengetahui informasi terbaru tentang gizi dan aktivitas fisik (Pereira et.al, 2003). Latihan yang berat dan ketidakseimbangan asupan energi dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin, mineral dan protein. Hal ini kemudian menjadi alasan atlet atau olahragawan identik dan gemar mengkonsumsi suplemen untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang tidak dapat dipenuhi dari makanan dan untuk meningkatkan atau memperbaiki performanya (Efyu, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pereira et.al (2003) di Sao Paulo, Brazil, dengan sampel 309 di 7 tempat fitness centre di Sao Paulo terdapat 23,9% menggunakan beberapa jenis suplemen, 77% laki-laki dan 23% perempuan yang mengkonsumsi suplemen. Rata-rata jenis suplemen yang dikonsumsi oleh anggota fitness adalah suplemen asam amino atau jenis protein lainnya (38,9%). Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat efek terhadap kesehatan jika mengkonsumsi suplemen jangka panjang dan dalam batas yang tidak aman (Pereira et.al, 2003). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Goston et.al dan Correia (2010) pada anggota fitness centre di Kota Belo Horizonte, Brazil didapatkan bahwa 58% anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino.


(33)

9

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 30 anggota fitness di fitness centre Syahida Inn, didapatkan sebanyak 19 (63,3%) anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino dan 11 (36,7%) anggota tidak mengkonsumsi suplemen asam amino, serta 16 (84,21%) dari 19 anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino lebih dari 3 bulan. Hal ini menunjukkan konsumsi suplemen makanan pada anggota fitness cukup tinggi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness

centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Suplemen, sesuai dengan namanya, hanya bersifat menambahkan atau melengkapi. Maka, jelas, suplemen dirancang bukan untuk menggantikan makanan (Yuliarti, 2009). Mengkonsumsi suplemen asam amino dengan jumlah yang tinggi, seperti pada atlet atau anggota fitness yang ingin meningkatkan masa otot, dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, penyakit paru, peningkatan tekanan darah, merusak kerja insulin, dan beberapa suplemen diduga mengandung bahan beracun (Goston dan Correia, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 30 anggota fitness, diperoleh sebanyak 19 (63,3%) anggota fitness mengkonsumsi suplemen asam amino, dan 11 (36,7%) anggota tidak mengkonsumsi suplemen asam amino. Alasan dasar mengapa responden menggunakan suplemen asam amino tersebut, salah satunya adalah suplemen asam amino diyakini dapat mengubah prestasi mereka secara langsung, dapat


(34)

membentuk otot, keinginan untuk mencapai status fisik yang lebih baik, dan perawatan sendiri terhadap penyakit serta responden merasa makanan yang mereka makan masih kurang atau belum mencukupi.

Penentuan lokasi penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan, yakni karena lokasi fitness tersebut merupakan daerah perbatasan dengan Jakarta sehingga masih dipengaruhi oleh gaya hidup yang serba praktis dan modern, lokasi penelitian masih dalam ruang lingkup UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau lingkungan kampus sehingga bisa menjadi bahan masukan tentang konsumsi suplemen. Selain itu, mayoritas dari anggota fitness atau 80% adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat diketahui proporsi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino, serta belum pernah diadakan penelitian terkait konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness.

Pemilihan suplemen asam amino juga berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada studi pendahuluan terdapat 3 suplemen yaitu suplemen vitamin, mineral dan asam amino. Berdasarkan hal tersebut didapatkan hasil bahwa suplemen yang banyak dikonsumsi para anggota

fitness adalah suplemen asam amino. Sehingga peneliti tertarik untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada pada anggota Fitness centre Sayhida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.


(35)

11

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness

centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

2. Bagaimana gambaran faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

3. Bagaimana gambaran faktor eksternal (pengetahuan gizi tentang suplemen, keterpaparan media promosi, aktivitas fisik, status merokok, dan asupan protein) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

4. Apakah ada hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

5. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

6. Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

7. Apakah ada hubungan antara pendapatan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.


(36)

8. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi tentang suplemen dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

9. Apakah ada hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

10. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

11. Apakah ada hubungan antara status merokok dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

12. Apakah ada hubungan antara asupan protein dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.


(37)

13

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuainya gambaran konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

3. Diketahuinya gambaran faktor eksternal (pengetahuan gizi tentang suplemen, keterpaparan media promosi, aktivitas fisik, status merokok, dan asupan protein) pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

4. Diketahuinya hubungan antara umur dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

6. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

7. Diketahuinya hubungan antara pendapatan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.


(38)

8. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi tentang suplemen dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

9. Diketahuinya hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

10. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

11. Diketahuinya hubungan antara status merokok dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

12. Diketahuinya hubungan antara asupan protein dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang terkait dengan gizi masyarakat dan dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat kuliah sehingga dapat meningkatkan pengetahuan langsung dilapangan.


(39)

15

1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013, serta sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya.

1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi (akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat) dalam bidang gizi masyarakat dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi referensi ilmu yang dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen asam amino amino pada anggota fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner pada responden. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota fitness centre. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus di fitness centre Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(40)

16

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas tentang definisi suplemen makanan, bentuk sediaan suplemen makanan, penggolongan suplemen makanan, kelompok yang membutuhkan suplemen makanan, bahaya suplemen makanan, cara benar mengkonsumsi suplemen makanan, definisi asam amino, fungsi dan sumber asam amino, akibat kelebihan dan kekurangan asam amino, angka kecukupan asam amino, mutu protein, definisi fitness, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan.

2.1. Suplemen Makanan

2.1.1. Definisi Suplemen Makanan

Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung salah satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asama amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Pada keputusan tersebut dalam pasal 4 menyatakan persyaratan bahwa suplemen makanan harus memiliki kriteria sebagai berikut:


(41)

17

1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan kemasan serta standar dan persyaratan lain yang ditetapkan.

2. Kemanfaatan yang dinilai dari komposisi dan atau didukung oleh data pembuktian.

3. Diproduksi dengan menerapkan cara pembuatan yang baik.

4. Penandaan yang harus mencantumkan informasi yang lengkap, obyektif, benar, dan tidak menyesatkan.

5. Dalam bentuk sediaan pil, tablet, kapsul, serbuk, granul, dan cairan yang tidak dimaksud untuk pangan.

Menurut Vitahealth (2004) dan McDowall (2007) Suplemen makanan atau disebut juga dietary supplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Suplemen yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam-asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat sebagai obat dan pada umumnya suplemen makanan kesehatan berasal dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan makanan (konsentrat).

Menurut Almuhtaram (2011) yang mengacu pada Vitahealth (2004) Suplemen makanan atau yang biasa dikenal dengan istilah food

supplement/dietary supplement merupakan produk kesehatan yang

mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Nutrisi yang terkandung dalam suplemen makanan biasanya terdiri dari vitamin, mineral dan asam amino yang merupakan bagian dari pembangun protein.


(42)

Selain itu ada juga produk suplemen yang diformulasikan untuk pengobatan biasanya bahan-bahannya diambil dari tanaman atau bagian-bagian tertentu pada organ tubuh hewan yang berkhasiat sebagai obat untuk penyakit tertentu.

Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi. Fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Suplemen makanan umumnya berasal dari bahan-bahan alami tanpa tambahan zat-zat kimia walaupun pada vitamin tertentu ada yang sintetis. Suplemen vitamin seperti asam folat dalam bentuk sintetis memang lebih mudah terserap oleh tubuh, walaupun vitamin E dari bahan alami jauh lebih baik penyerapannya daripada yang sintetis. Suplemen makanan digolongkan sebagai nitraceutical, sedangkan obat-obatan masuk golongan

pharmaceutical (Yuliarti, 2009).

2.1.2. Bentuk Sediaan Suplemen Makanan

Bentuk sediaan suplemen makanan adalah sesuai dengan proses pembuatan makanan tersebut dalam bentuk seperti digunakan BPOM RI tahun 2004. Bentuk sediaan ini antara lain:

1. Tablet

Merupakan sediaan padat yang mengandung bahan suplemen makanan dengan atau tanpa bahan pengisi. Terdapat 4 jenis tablet, yaitu:


(43)

19

a. Tablet Bersalut

Merupkan tablet yang disalit untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembapan atau cahaya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan yang lebih baik dan mengatur tempat pelepasan suplemen makanan dalam saluran cerna.

b. Tablet Eferen/tablet buih

Merupakan tablet yang dibuang dengan cara dikempa. Selain zat aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat yang dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida.

c. Tablet Hisap

Merupakan sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

d. Tablet Kunyah

Merupakan tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelas dan tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa tidak enak.

2. Pil

Yaitu sediaan obat berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan.


(44)

3. Kapsul

Yaitu sediaan padat yang terdiri dari suplemen makanan dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

4. Granul

Merupakan sediaan padat berupa massa bulat seperti pil dengan ukuran yang sangat kecil, mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan.

5. Serbuk

Merupakan campuran kering bahan suplemen makanan atau zat kimia dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada sediaan yang dipadatkan.

6. Pasta

Merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan yang ditujukan untuk pemakaian oral. 7. Larutan Oral

Merupakan sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih bahan suplemen makanan atau zat kimia dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.

8. Suspensi Oral

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk pemakaian oral.


(45)

21

9. Emulsi

Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

10. Gel/Jelly

Merupakan sediaan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel non organik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

2.1.3. Penggolongan Suplemen Makanan

Suplemen makanan digolongkan sebagai bahan nitraceutikal. Suplemen makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis. Sampai saat ini pun jenis nitraceutikal boleh dijual secara bebas tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit (Vitahealth, 2004).

Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik dimana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat sel-sel bekerja secara optimal. Pada umumnya, enzim terdiri atas protein khusus yang dinamakan apoenzim, dan memerlukan suatu kofaktor tertentu yang biasanya adalah suatu vitamin dan mineral. Karena itu, pada konsep lama mikronutrient tersebut (vitamin dan mineral) disebut sebagai zat esensial yang dibutuhkan tubuh. Jika dari makanan saja tidak cukup, maka untuk memenuhi kekurangannya bisa ditambah dari suplemen makanan. Namun berikutnya, penggunaan suplemen tidak lagi terbatas


(46)

pada vitamin dan mineral saja sekarang batasan suplemen nutrisi semakin melebar sampai mencakup zat-zat nutrisi dan penyembuh yang terdapat pada herbal dan bahan obat alami lainnya (Vitahealth, 2004).

Worthington (2000), membagi suplemen menjadi tiga kategori utama, yaitu suplemen protein/asam amino, suplemen vitamin/mineral, suplemen hormonal. Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995) menggolongkan suplemen menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral, suplemen asal tumbuhan atau jamu, dan suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti beepollen, sirip ikan paus, dan cula badak. Sedangkan berdasarkan kandungannya Hendler (1984) dalam (Yunaeni, 2009), membedakan suplemen makanan sebagai vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat, asam lemak, serta kelompok lainnya meliputi L-Carnitine, serat makanan, garlic, gingseng, asam pangamik,

Superoxiside Dismitase, beepollen, royal jelly, dll. Sedangkan menurut

Vitahealth (2004) suplemen makanan adalah vitamin, mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, dan probiotik.

2.1.4. Kelompok yang Membutuhkan Suplemen Makanan

Suplemen, sesuai dengan namanya, hanya bersifat menambahkan atau melengkapi. Maka, jelas, suplemen dirancang bukan untuk menggantikan makanan. Bagaimanapun sebutir pil tidak akan dapat memberikan semua nutrient yang kita perlukan untuk hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buah-buahan dan sayuran terdapat antioksidan yang berkhasiat melindungi tubuh terhadap penyakit, tetapi antioksidan tersebut


(47)

23

termasuk ke dalam jenis yang belum berhasil diidentifikasi. Oleh karena itu antioksidan ini tidak terdapat dalam pil (Yuliarti, 2009).

Tidak setiap orang perlu mengonsumsi suplemen makanan, Soekatri dari PERSAGI dalam seminar profesi Kesehatan Masyarakat pada tanggal 22 Desember 2008, menyampaikan bahwa Suplemen diajurkan pada situasi/keadaan:

a. Ibu sedang hamil dan ibu sedang menyusui karena mereka membutuhkan gizi yang lebih dari orang biasa terutama vitamin dan mineral. Dokter umumnya menganjurkan asam folat dan zat besi untuk memenuhi fisiologisnya.

b. Individu dengan penyakit tertentu atau gangguan tertentu membutuhkan kebutuhan gizi yang juga lebih dari AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan terutama vitamin tertentu. Misalnya mereka yang beresiko berpenyakit Cronic Heart Disease (CHD) dan stroke yang dianjurkan menggunakan suplemen yang mengandung vitamin B dan asam folat. Juga pada mereka yang mempunyai gangguan penyerapan lemak akan menurunkan kemampuan menyerap vitamin larut lemak.

c. Individu yang harus minum obat untuk mencegah beberapa penyakit dapat kekurangan vitamin tertentu. Misalnya minum antibiotik dapat mematikan bakteri usus dan menurunkan produksi vitamin K. Pada keadaan demikian, kebutuhan vitamin tersebut harus dibeli dengan resep dari dokter. Merokok dan minum alkohol juga meningkatkan kebutuhan akan vitamin khususnya vitamin B.


(48)

d. Lansia yang umumnya tidak terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan AKG, khususnya kekurangan vitamin B6 dan vitamin D juga vitamin B12 karena keterbatasan dalam gigi, lidah yang menurun kemampuan mengecapnya, jenis makanan yang harus lebih lembut dari orang yang berusia muda.

e. Orang yang tidak makan daging (vegan) perlu mengkonsumsi suplemen vitamin B12.

f. Individu yang harus berdiit dibawah 1200 Kalori agar turun berat badannya (terutama atlet), memerlukan tambahan suplemen tertentu untuk memenuhi AKG nya.

g. Individu yang secara fisik sangat aktif dan tidak cukup asupan gizinya dibandingkan dengan kebutuhannya sehingga memerlukan suplemen. h. Individu yang intoleran atau secara sengaja memang menghindari

beberapa jenis makanan/bahan makanan, seperti susu dan hasil olahnya, dapat kekurangan vitamin khususnya B2 dan vitamin D. i. Individu yang makan cukup energinya tetapi rendah akan zat gizi

mikro atau cara pemasakan yang dapat merusak vitamin, akan baik kalau mendapatkan suplemen vitamin dan mineral.

j. Individu yang terpapar matahari dan kontaminan akan menimbulkan oksidasi tubuh yang terjadi yang kemudian menghasilkan radikal bebas di dalam tubuh. Hal ini akan dapat merusak sel terutama karena adanya oksidasi pada asam lemak tak jenuh di tingkat sel dan membran sub sel. Suplemen vitamin C dan vitamin E, betha carotene dapat mengurangi keadaan ini.


(49)

25

k. Individu yang banyak kehilangan darah termasuk besi, misalnya pada wanita saat melahirkan atau haid, memerlukan suplemen karena mereka umumnya sulit mendapatkan zat gizi dari makanan. Karena itu mereka perlu suplemen khususnya zat besi.

2.1.5. Bahaya Supelemen Makanan

Berikut merupakan beberapa dampak negatif penggunaan suplemen menurut Yuliarti (2008) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan vitamin C mungkin bisa dibuang lewat urin. Tetapi vitamin jenis lain (A, D, E dan K) umumnya mengendap di dalam tubuh dan dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi organ terutama hati dan ginjal. b. Protein yang biasanya terdapat di suplemen bila dikonsumsi orang

tertentu bisa menimbulkan alergi.

c. Konsumsi zat besi berlebihan tidak baik untuk para penderita kelainan darah seperti thalassemia.

d. Konsumsi suplemen vitamin K pada orang yang tengah minum obat tertentu kadang-kadang justru memperburuk keadaan.

e. Suplemen yang mengandung hormon tambahan dikhawatirkan malah bisa memicu gigantisme (tubuh menjadi sangat besar) dan gangguan seksual.

f. Konsumsi berlebihan suplemen antioksidan seperti vitamin A, E dan betakaroten justru meningkatkan risiko kematian.


(50)

h. Mengkonsumsi suplemen berupa minuman berenergi dapat meningkatkan tekanan darah.

i. Suplemen herbal dan natural pengganti viagra yang diklaim lebih aman juga mengandung bahaya, seperti meningkatkan tekanan darah, bahkan mengakibatkan stroke.

j. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, namun penting untuk mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh. k. Terlalu banyak suplemen mengandung fosfor akan menghambat

penyerapan kalsium.

l. Kelebihan vitamin A, D, K dan zat besi yang tidak dapat dibuang tubuh terbalik menjadi racun.

Menurut Claudio dan Lagua (1991) dalam Yunaeni (2009), meskipun vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi sangat esensial. Beberapa diantara zat gizi mikro ada hubungan yang bersifat mutualistik dan ada yang bersifat kontradiktif. Hubungan tersebut berpengaruh terhadap proses absorpsi, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan dan pengeluran oleh tubuh. Beberapa zat gizi mikro tidak dapat diukur kecukupannya secara sendiri-sendiri. Bender (1993) menyebutkan komposisi zat gizi yang esensial dalam jumlah kecil bukan berarti bahwa intake zat gizi yang tinggi aman dilakukan. Berbagai jenis vitamin diketahui dapat mengakibatkan keracunan bila dikonsumsi berlebihan.


(51)

27

Vitamin C misalnya, kebutuhan manusia dewasa akan vitamin C sebenarnya hanya 50-60 mg/hari, yang bisa tercukupi dari konsumsi rutin buah-buahan. Tetapi di pasaran sering kita jumpai suplemen vitamin C dalam dosis 500 mg bahkan 1.000 mg, yang dipromosikan bisa meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan penyakit, sebagai antioksidan pengikat radikal bebas, dan sebagainya. Kita sendiri setelah hadirnya suplemen vitamin C megadosis itu menjadi tidak percaya diri untuk merasa cukup dengan hanya mengkonsumsi buah, atau mengkonsumsi vitamin C dosis 50 mg. Padahal dosis setinggi itu hanya dibutuhkan pada kondisi tubuh tertentu, atas saran dokter tentunya.

Hasil sebuah kajian riset menunjukkan bahwa tidak semua suplemen vitamin menguntungkan bagi kesehatan. Tinjauan dari berbagai riset menunjukkan, beberapa suplemen vitamin tertentu tidak bermanfaat bagi kesehatan, namun justru dapat meningkatkan risiko kematian. Peneliti Denmark seperti diberitakan BBC, Rabu (16-4-2008) dalam (Yuliarti, 2008) melaporkan bahwa hasil tinjauan riset mereka tidak berhasil menemukan satu pun bukti meyakinkan bahwa suplemen antioksidan dapat menekan risiko kematian. Para ahli dari Universitas Kopenhagen ini menyatakan bahwa vitamin A dan E memiliki potensi mengganggu pertahanan alami yang dimiliki tubuh. Bahkan beta-karoten, vitamin A dan E tampaknya dapat meningkatkan risiko kematian.

2.1.6. Cara Benar Mengkonsumsi Suplemen Makanan

Vitahealth (2004) mengungkapkan bahwa cara benar mengkonsumsi suplemen makanan adalah sebagai berikut:


(52)

1) Memperhatikan teks yang ada pada kemasan. Hal ini berkaitan dengan komposisi produk, dosis yang menunjukkan aturan pakai yang benar dalam sehari, indikasi dan cara penyimpanan.

2) Komitmen pada aturan. Mengikuti aturan pakai misalnya mengkonsumsi satu tablet dalam sehari sesuai petunjuk.

3) Memastikan bahwa suplemen yang akan dikonsumsi aman, meminta referensi merek suplemen yang aman dikonsumsi dari dokter atau atau ahli nutrisi jika tidak memiliki pengetahuan yang luas seputar suplemen.

4) Disiplin pada dosis.

Selain itu Vitahealth (2004) mengatakan bahwa jangan mengkonsumsi suplemen dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini menimbulkan efek yang tidak baik untuk tubuh, misalnya vitamin A jika digunakan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang, niasin dalam jumlah yang besar dapat merusak liver dan kebanyakan mengonsumsi vitamin B6 yang oleh sebagian perempuan digunakan untuk mencegah sindroma premenstruasi ternyata dapat menyebabkan kerusakan saraf.

2.2.Asam Amino

2.2.1. Definisi Asam Amino

Asam amino didefinisikan sebagai kumpulan besar atau satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein. Semua protein dari asam amino. Tidak ada kehidupan tanpa protein. Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada


(53)

29

protein, dan protein tergantung pada tersedianya asam amino dalam jumlah yang tepat. Pada waktu tubuh menerima protein, protein tersebut harus dipecah terlebih dahulu menjadi asam amino kemudian baru bisa diserap tubuh. proses ini terjadi dalam perut kecil. Setelah itu, fragmen atau pecahan-pecahan protein dibawah aliran darah ke hati, kemudian disimpan untuk candangan. Ketika dibutuhkan oleh tubuh, fragmen tersebut akhirnya menggabungkan kembali menjadi tipe protein yang dibutuhkan oleh setiap jenis sel yang khusus (Vitahealth, 2004).

Beberapa asam amino termasuk esensial karena tidak diproduksi oleh tubuh, misalnya arginin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin,

triptophan, valin, leusin, isoleusin, dan histidin. Sedangkan asam amino

penting dari kelompok non esensial adalah taurin, karnitin, sistein, sistin,

asam I. Glutamat, GABA (Gama Amino Butyric Acid), dan glutation. Ada

pula yang disebut asam amino detoksifikasi yang bekerja mengikat dan menetralkan xenobiotik (istilah umum untuk semua jenis toksin) yaitu

arginin, glisin, taurin, glutamin, dan ornitin. Beberapa asam amino lainnya

bekerja pada pengendalian sistem syaraf pusat, misalnya I Glutamat dan GABA (Yuliarti, 2009).

Menurut Goston dan Correia (2009) suplemen asam amino dapat membentuk atau membesarkan sel-sel otot (penebalan otot) untuk orang yang memiliki aktivitas fisik berat setiap harinya, dapat meningkatkan berat badan dengan disertai olahraga fitness, memberikan energi dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kebanyakan suplemen asam amino mengandung asam amino esensial lengkap (histidin, isoleusin, lisin, leusin,


(54)

metionin, fenilalanin, triptofan, dan valin serta branched-chain amino

acid (BCAA).

2.2.2. Fungsi dan Sumber Asam Amino Tabel 2.1

Fungsi dan Sumber Asam Amino

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

1 Arginin Asam amino esensial yang diperlukan tubuh untuk pembuatan cairan seminal (air mani) dan memperkuat sistem imun.

Daging, buah, cokelat, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sebagai suplemen biasanya digunakan bersama asam amino lain, misalnya lisin.

2 Lisin Asam amino ini meghambat

pertumbuhan virus. Bersama dengan vitamin C, A dan seng membantu mencegah infeksi. Pembentukan cairan pencernaan. Sebagai bahan pembentuk neurotransmiter serotonin, triptophan berfungsi dalam pengendoran saraf dan membantu proses tidur.

Kedelai, daging, susu, dan sayur-sayuran.

3 Metionin Metionin adalah suatu asam amino dengan gugusan sulfur yang diperlukan tubuh dalam pembentukan asam nukleat dan jaringan serta sintesa protein, juga menjadi bahan pembentuk asam amino lain (sistein) dan vitamin (kolin). Metionin bekerjasama dengan vitamin B12 dan asam folat dalam membantu tubuh mengatur pasokan protein berlebih dalam diet tinggi protein.

Padi-padian, daging, susu, anggur, dan sayur-sayuran.


(55)

31

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

4 Fenilalanin Asam amino ini bertugas mengontrol berat badan, karena efeknya dalam mengatur sekresi kelenjar tiroid dan menekan nafsu makan (control of appetite).

Beras utuh, almond, susu, polong-polongan, dan sayur daun-daunan.

5 Treonin Manfaat treonin untuk mencegah dan mengobati penyakit gangguan mental. Sebenarnya asam amino ini bekerja pada sistem pencernaan dan melindungi hati.

Daging (ayam/sapi), beras utuh, kacang-kacangan, apel, dan sayur daun-daunan 6 Triptophan Asam amino ini menjadi bahan untuk

sintesa niasin dalam tubuh. Fungsinya dalam proses pembekuan darah dan pembentukan cairan pencernaan. Sebagai bahan pembentuk neurotransmitter serotonin, triptophan berfungsi dalam pengendoran saraf dan membantu proses tidur.

Pepaya, susu, biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran.

7 Valin Diperlukan dalam pertumbuhan dan penampilan, terutama berfungsi dalam sistem saraf dan pencernaan. Valin juga membantu mengatasi gangguan saraf otot, mental dan emosional, insomnia, dan keadaan gugup. Defisiensi valin membuat mudah tersinggung.

Sayuran daun-daunan, beras, sereal, polong-polongan, dan susu.

8 Leusin Asam amino yang berperan penting dalam proses produksi energi tubuh terutama dalam mengontrol proses sintesa protein. Sebagai senyawa turunan, isoleusin juga bekerja dalam pengaturan protein bersama asama amino lain (valin).

Beras utuh, susu, telur, daging, dan kedelai.


(56)

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

9 Isoleusin Asam amino ini diperlukan dalam produksi dan penyimpanan protein dalam tubuh dan pembentukan hemoglobin. Juga berperan dalam metabolisme dan fungsi kelenjar timus dan kelenjar pituitari.

Telur, daging, susu, kedelai, kacang-kacangan, dan sereal.

10 Histidin Asam amino ini diperlukan pada saat pertumbuhan untuk memperbaiki jaringan tubuh dan mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang diproses dalam hati. Histidin dikonversi tubuh menjadi histamin yang merangsang pengeluaran asam lambung. Namun, pada usia lanjut suplementasi histidin juga sering diperlukan karena terjadi gangguan sintesa dan penyerapannya oleh tubuh. Defisiensi histidin dapat berakibat rasa nyeri pada sendi dan urin yang mengandung histidin menunjukkan adanya gejala arthritis reumatoid.

Pisang, anggur, daging (ayam/sapi), susu, dan sayuran hijau.

11 Taurin Taurin adalah asam amino detoksifikasi yang memberikan efek seperti glisin dalam menetralkan semua jenis toksin (xenobiotik) berbahaya. Manfaat lain taurin adalah sebagai pengendali neurotransmitter yang dapat mencegah kejang.

Suplementasi taurin bersama dengan multivitamin dapat membantu

meningkatkan daya tahan tubuh dan memulihkan stamina setelah sembuh dari sakit. Dalam produk minuman

pembangkit tenaga

(Energy drink),

taurin digunakan sebagai unsur utama.


(57)

33

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

12 L karnitin Karnitin yang sering disebut vitamin BT, adalah senyawa mirip vitamin dengan fungsi utama melindungi hati dari toksin, terutama alkohol. Kadar karnitin yang tinggi dalam hati diperlukan untuk mengatasi peningkatan asam lemak yang terjadi karena konsumsi alkohol, diet tinggi lemak dan pemaparan zat kimia beracun. Suplementasi karnitin ditujukan untuk menghambar terjadinya pembentukan lemak dihati akibat konsumsi alkohol dan kegiatan fisik yang berlebihan sehingga tubuh kekurangan karnitin. Dalam keadaan normal, karnitin mempermudah koversi asam lemak menjadi energi, yaitu dari hidrolisa ATP menjai ADP. Karenanya karnitin digunakan pula sebagai suplemen kebugaran tubuh yang memberikan energi ekstra pada atlet supaya terjadi kontraksi otot yang lebih kuat.

Daging

13 Sistein Sistein merupakan asam amino yang mengandung sulfur, diperlukan tubuh untuk pembentukan sel darah putih yang berfungsi sebagai salah satu fungsi imun. Asam amino ini termasuk tidak esensial, karena di dalam tubuh diproduksi dari metionin. Namun menjadi esensial bila tubuh membutuhkannya dalam jumlah besar, misalnya pada mereka yang baru menjalani operasi.

Beras utuh, kedelai, sayur daun-daunan, pisang, kurma, daging, telur, dan susu.

14 GABA

(Gamma Amino Butylic Acid)

GABA adalah asam amino nonesensial, tetapi karena kerjanya pengatur trasmisi zat kimia pengantar rangsang (neurotransmitter) disusunan saraf pusat, maka asam amino ini termasuk penting bagi metabolisme otak.


(58)

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

15 Asam L-Glutamat

Adalah asam amino non esensial. Namun dalam kondisi tertentu asam amino ini berfungsi sebagai/kontingensi nutrien, sehingga menjadi esensial. Asam L-Glutamat berperan sebagai pengendali neurotransmitter yang berpengaruh pada kemempuan kognisi (pengenalan mengenai sesuatu hal), dan bermanfaat untuk mencegah demensia (pikun) dan meningkatkan daya ingat. 16 Glutathion

(GSH)

Adalah antioksidan yang diproduksi tubuh dan berperan dalam detoksifikasi di hati, dengan mengikat senyawa toksik untuk membentuk senyawa baru (konjugat) yang larut air agar mudah dibuang dari tubuh. Glutathion juga berperan sangat penting untuk kesehatan syaraf dan otak, mencegah segala penyakit syaraf termasuk alzheimer, parkinson dan sklerosis ganda. Selain itu glutathion menjadi komponen glutathion S tranferase suatu enzim antioksidan yang dihasilkan hati untuk mendetok alkohol.

Selain dari sumber makanan,

gluthathion disentesa di dalam tubuh dari asam aminoglisin, sistein, L-glutamin, dan asam Glutamat serta dapat pula ditingkatkan dengan suplementasi

selenium dan vitamin C.

17 Lesitin Lesitin adalah asam amino yang berperan mengontrol kadar kolesterol HDL. Dengan perbaikan aliran darah, lesitin dapat membantu meningkatkan daya ingat pada lansia yang mengalami penyempitan pembuluh darah akibat kolesterol.

Kedelai, daging, dan sumber hewani lainnya.

18 Glisin Glisin adalah salah satu asam amino esensial, banyak digunakan untuk detoksifikasi senyawa racun dari dalam tubuh. Glisin diperlukan sebagai bahan pembentuk senyawa antioksidan gluthation, yang akan mengikat senyawa toksik supaya larut air dan bisa dibuang dari tubuh.


(59)

35

No Asam Amino

Esensial Fungsi Sumber

19 Glutamin Glutamin adalah asam amino yang banyak beredar di dalam darah berfungsi mencegah kerusakan mukosa dan memperbaiki kebocoran usus (leaky gut). Walaupun glutamin mudah di dapat dari makanan dan disentesa oleh tubuh, tetapi pada kasus tertentu, masih dibutuhkan sumplementasi. Misalnya pada penyembuhan kerusakan usus yang serius, setelah pembedahan besar, dan luka bakar parah.

Sumber: Yuliarti, 2008

2.2.3. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Asam Amino

Vitahealth (2004) menjelaskan defisiensi/kekurangan asam amino secara keseluruhan mungkin dikarenakan malnutrisi protein. Defisiensi ini pada umumnya diasosiasikan dengan pola makan yang kurang baik, pencernaan yang terganggu atau masalah penyerapan makanan, kondisi stress, infeksi, trauma, penggunaan obat-obatan, defisiensi nutrien yang lain seperti vitamin dan mineral, dan disfungsi yang berkaitan dengan proses penuaan. Karena asam amino berperan sedemikian besar dalam struktur dan fungsi tubuh, serta untuk mempertahankan kesehatan dan melawan penyakit, kondisi defisiensi asam amino sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas bisa diperbaiki dengan suplementasi asam amino yang tepat.

Asam amino diperoleh dari pemecahan protein dari makanan. Kelebihan protein maka dapat menyebabkan kelebihan asam amino didalam tubuh. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh.


(60)

Kelebihan asam amino dapat memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan nitrogen (Almatsier, 2009).

2.2.4. Angka Kecukupan Asam Amino Tabel 2.2

Angka Kecukupan Asam Amino yang Dianjurkan Berdasarkan RDA Asam Amino

(mg/g protein kasar)

Pola Kecukupan yang dianjurkan Bayi

(3-4 bln)

Anak

Dewasa 2 thn 10-12 thn

Histidin 16 (19) (19) 11

Isoleusin 40 28 28 13

Leusin 93 66 44 19

Lisin 60 58 44 16

Metionin+Sistin 33 25 22 17

Fenilalanin+tirosin 72 63 22 19

Treonin 50 34 28 9

Triftofan 10 11 (9) 5

Valin 54 35 25 13

Total tanpa histidin 412 320 222 111

Sumber: National Research Council. Recommended Dietary Allowances, Washingthon DC: National Academy Press, 1989, hlm. 67 dalam Almatsier (2009) hlm. 91

Keterangan:

Pola kebutuhan dihitung dari kebutuhan asam amino dibagi angka kecukupan protein rujukan yang dianjurkan.


(61)

37

2.2.5. Mutu Protein

Mutu protein dihitung berdasarkan bahan makanan yang ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang di kandungnya. Protein komplit atau protein dengan nilai biologi tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan, yaitu semua protein hewani kecuali gelatin, merupakan protein komplit. Protein tidak komplit atau protein bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung dalam jumlah yang kurang satu atau lebih asam amino esensial, yaitu sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacang lain merupakan protein tidak komplit.

Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas untuk memungkinkan pertumbuhan dinamakan “asam amino pembatas” (limiting

amino acid). Metionin merupakan asam amino pembatas kacang-kacangan

dan lisin dari beras. Campuran dua jenis protein nabati atau penambahan sedikit protein hewani ke protein nabati akan menghasilkan protein bermutu tinggi dengan harga relative rendah (Almatsier, 2009).

2.2.5.1. Penilaian Mutu Protein

Mutu protein dalam berbagai bahan makanan dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai biologik (NB)

Nilai biologik (NB) makanan adalah jumlah nitrogen yang ditahan tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh yang


(62)

berasal dari jumlah nitrogen yang di absorpsi. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa nitrogen akan lebih banyak ditahan tubuh bila asam amino esensial hadir dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Nilai biologik dinyatakan sebagai persen nitrogen yang diabsorpsi dan yang ditahan tubuh.

NB =

=

Makanan yang mempunyai nilai NB 70 atau lebih dianggap mampu memberi pertumbuhan jika dimakan dalam jumlah cukup dan konsumsi energi mencukupi.

2. Net Protein Utilization (NPU)

Net protein utilization (NPU) adalah indeks mutu yang

tidak saja memperhatikan jumlah protein yang ditahan akan tetapi juga jumlah yang dicernakan.

NPU = NB koefisien kecernaan

NPU merupakan perbandingan antara nitrogen yang ditahan dan nitrogen yang dikonsumsi.

3. Protein Efficiency Ratio (PER)

Protein efficiency ratio (PER) merupakan pengukuran mutu

protein makanan yang di tetapkan oleh kemampuan protein menghasilkan pertumbuhan pada tikus muda.


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.858a 1 .173

Continuity Correctionb 1.283 1 .257

Likelihood Ratio 1.865 1 .172

Fisher's Exact Test .250 .129

Linear-by-Linear Association 1.834 1 .176

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,04.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

katpengetahuan (rendah / tinggi)

1.882 .755 4.692

For cohort konsumsuplmen =

ya 1.378 .867 2.190

For cohort konsumsuplmen =

tidak .732 .462 1.161

N of Valid Cases 76

6.

Hubungan Keterpaparan Media Promosi dengan Konsumsi

Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ktepaparanres *


(2)

ktepaparanres * konsumsuplmen Crosstabulation konsumsuplmen

Total ya tidak

ktepaparanres tdk terpapar Count 11 23 34

% within ktepaparanres 32.4% 67.6% 100.0%

Terpapar Count 26 16 42

% within ktepaparanres 61.9% 38.1% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within ktepaparanres 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.568a 1 .010

Continuity Correctionb 5.439 1 .020

Likelihood Ratio 6.679 1 .010

Fisher's Exact Test .012 .010

Linear-by-Linear Association 6.482 1 .011

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

ktepaparanres (tdk terpapar / terpapar)

.294 .114 .762

For cohort konsumsuplmen =

ya .523 .304 .898

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.776 1.132 2.785


(3)

7.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

aktivbaru2 * konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

aktivbaru2 * konsumsuplmen Crosstabulation konsumsuplmen

Total ya tidak

aktivbaru2 ringan Count 3 6 9

% within aktivbaru2 33.3% 66.7% 100.0%

berat Count 34 33 67

% within aktivbaru2 50.7% 49.3% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within aktivbaru2 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .963a 1 .326

Continuity Correctionb .392 1 .531

Likelihood Ratio .982 1 .322

Fisher's Exact Test .481 .267

Linear-by-Linear Association .950 1 .330

N of Valid Casesb 76

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,38.


(4)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for aktivbaru2

(ringan / berat) .485 .112 2.103

For cohort konsumsuplmen =

ya .657 .253 1.705

For cohort konsumsuplmen =

tidak 1.354 .803 2.281

N of Valid Cases 76

8.

Hubungan Status Merokok dengan Konsumsi Suplemen Asam

Amino

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

statusmrokokres *

konsumsuplmen 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

statusmrokokres * konsumsuplmen Crosstabulation konsumsuplmen

Total ya tidak

statusmrokokres merokok Count 17 8 25

% within statusmrokokres 68.0% 32.0% 100.0%

tdk merokok Count 20 31 51

% within statusmrokokres 39.2% 60.8% 100.0%

Total Count 37 39 76


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.564a 1 .018

Continuity Correctionb 4.471 1 .034

Likelihood Ratio 5.653 1 .017

Fisher's Exact Test .028 .017

Linear-by-Linear Association 5.491 1 .019

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,17.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

statusmrokokres (merokok / tdk merokok)

3.294 1.198 9.052

For cohort konsumsuplmen =

ya 1.734 1.123 2.678

For cohort konsumsuplmen =

tidak .526 .285 .971

N of Valid Cases 76

9.

Hubungan Asupan Protein dengan Konsumsi Suplemen Asam Amino

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

asupnprotein *


(6)

asupnprotein * konsumsuplmen Crosstabulation konsumsuplmen

Total ya tidak

asupnprotein cukup Count 35 14 49

% within asupnprotein 71.4% 28.6% 100.0%

kurang Count 2 25 27

% within asupnprotein 7.4% 92.6% 100.0%

Total Count 37 39 76

% within asupnprotein 48.7% 51.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 28.560a 1 .000

Continuity Correctionb 26.055 1 .000

Likelihood Ratio 32.417 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 28.184 1 .000

N of Valid Casesb 76

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,14.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for asupnprotein

(cukup / kurang) 31.250 6.515 149.903 For cohort konsumsuplmen =

ya 9.643 2.512 37.022

For cohort konsumsuplmen =

tidak .309 .196 .487


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 20 174

Faktor Risiko Penggunaan Jibab Dengan Kejadian Ketombe pada Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

18 103 83

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

13 89 171

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Analisis Kualitatif Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Berhenti Merokok

6 23 129

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa Program StudiKesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

1 11 185

85 1 165 1 10 20161107

0 0 14