d. Mampu Meguasai Kelas
Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya dengan berpenampilan menarik, penuh optimisme, antusias, dan menguasai
bahan ajar dengan baik. Namun, guru harus memiliki berbagai kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan pemaksaan atau
berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya. Guru harus menggunakan pendekatan pedagogis yang mampu menciptakan suasana tenang, penuh
keceriaan, dan penuh motivasi untuk belajar. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki keberanian untuk
menghadapi peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda-beda, serta menghadapi berbagai masalah yang muncul saat KBM berlangsung. Guru
harus berani memunculkan kepercayaan diri sendiri sehingga guru dapat berwibawa di depan kelas maupun di luar sekolah.
27
Hal tersebut dilakukan supaya cita-cita yang ditanamkan ke peserta didik benar-benar diterapkan dan
resapi oleh peserta didik yang bersangkutan. Salah satu langkah pengelolaan kelas yang baik adalah membuat
persiapan yang cermat. Guru harus mengenali benar kemampuan dan karakteristik peserta didiknya. Mengidentifikasi anak yang kemampuan daya
tangkapnya lebih lambat dan yang daya tangkapnya cepat, bahkan sangat cepat. Seringkali kekacauan kelas berawal dari kekurangsiapan guru
mengatasi keragaman kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan guru kurang mempersiapkan antisipasinya. Seperti pemilihan strategi
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Agar pembelajaran menjadi efektif maka guru harus mengkombinasikan cara penyampaian
materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya. Selain itu, terkait juga dengan media pembelajaran yang hendak
digunakan untuk membantu performa pengajaran, media yang akan digunakan tersebut juga harus dipertimbangkan efektivitasnya di kelas, serta
disesuaikan dengan metode yang akan digunakan, sehingga pengelolaan kelas
27
Ibid., h. 93.
26
menjadi benar-benar efektif. Guru tidak hanya sekedar memberikan materi ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menghadirkan media
pembelajaran untuk mengisi kelas, tapi juga memaksimalkan performanya supaya peserta didik benar-benar mendapatkan efeknya terhadap pemahaman
mereka.
e. Melakukan Evaluasi Secara Benar
Dalam rangka pengembangan kelas efekif, langkah yang tidak kalah penting dilakukan guru adalah mampu mengukur kompetensi yang telah
dicapai peserta didik dari setiap tatap muka terhadap kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga bisa menentukan perlakuan
terhadap mereka. Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan adalah memilih jenis tes
yang baik. Ciri-ciri tes yang baik harus memperhatikan alat evaluasi yang objektif, valid, reliabel, detil, dan praktis. Semua itu dilakukan juga dengan
mempertimbangkan sejauh mana materi yang telah diajarkan dan dikuasai peserta didik, sehingga tes yang dilakukan untuk mengukur pemahaman
peserta didik benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang tepat. Selain
itu, jika
pengajaran melibatkan
penggunaan media
pembelajaran, maka evaluasi terhadap media pembelajaran pun perlu dilakukan. Evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran dimaksudkan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
28
Jadi, dalam pembelajaran bukan hanya peserta didiknya saja yang perlu dievaluasi, melainkan media yang disertakan ke dalam KBM juga perlu
dievaluasi untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini telah dilakukan sudah berjalan secara efektif atau belum. Jika belum, maka hasil evaluasi
digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki. Namun jika sudah, maka hasil evaluasi digunakan sebagai tolak ukur efektivitas
pembelajaran.
28
Asep Henry Hermawan, dkk., Media Pembelajaran Sekolah Dasar,Bandung: UPI Press, 2007, h. 250.
27
3. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” , yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.
29
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara wasilah atau pengantar pesan pengirim ke penerima pesan.
30
Bahkan, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Association of Education and Communication Techology AECT
di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesaninformasi.
31
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang bisa digunakan untuk menyalurkan pengajaran dan
membantu memfasilitasi peserta didik dalam memahami suatu materi ajar. Media pembelajaran mencakup bahan-bahan tradisional, seperti papan tulis,
buku pegangan, bagan, slide, OHPOHT, objek-objek nyata, dan rekaman video atau film. Selain itu, juga bisa berupa bahan-bahan yang lahir dari
metode mutakhir, seperti komputer, DVD, CD-Room, internet, dan penggunaan fasilitas konferensi video secara interaktif video call.
Media pembelajaran diperlukan untuk membantu komunikasi guru dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap pesan atau inti
pembelajaran dengan baik. Namun, adakalanya pesan tersebut tidak diserap dengan baik oleh peserta didik sebagai komunikan, dan ini disebabkan oleh
adanya gangguan dan hambatan. Hal tersebut terjadi pada komunikasi, pesan, dan saluran. Misalnya,
peserta didik tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru disebabkan peserta didik tersebut sejak awal tidak menyimak dangan baik karena
mengantuk, sehingga peserta didik mengalami gangguan. Jika seorang guru mengajar dengan cara yang tidak antusias, tidak bersemangat, atau dalam
29
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 120.
30
Azhar Arsyad, Media pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 3.
31
Association of Education and Communication Techology dalam Arif S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 6.
28