Kolaborasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas

4352 kurang lengkap; b Membantu mengingatlmenghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan yang ja pahami dari cerita tersebut. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembaca ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan. C. Kelebthan model pembelajaran cooperative script: 1 Melatih pendengaran, ketelitian I kecennatan. 2 Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan berbahasanya. 3 Melatth siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama D. Kekurangan model pembelajaran cooperative script: 1 Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu 2 Membutuhkan waktu yang relatif lama

2.5. Kolaborasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas

Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri Burns, 1999. Beberapa butirpenting tentang PTK kolaboratif Kemmis dan MeTaggart 1988: 5; Hill Kerber, 1967, disitir oleh Cohen Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31: 1 penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, 2 penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialggis; 3 optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait; 4 pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada. Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusanlsekolahulembaga yang sama; sejawat dan lembagalsekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer; sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu; dan sejawat di negara lain Wallace, 1998. Kelebihan kolaboratif dalam PTK seperti dikatakan Burns 1999: 13 sebagai berikut. Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Penelitian tindakan kolaboratif secam potensial lebih memberdayakan dan pada penelitian tindakan yang dilakukan secara individu. Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda. Hal ini dapat dipecahkan dengan membicarakan aturan-aturan dasar Wallace, 1998: 210. 4353

IV. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penerapan model pembelajaran coopertive script selama kegiatan belajar mengajar pada materi pokok teks tulis fungsional dan essai sederhana dikelas IX-4 SMP Negeri 15 Medan sebagai berikut: 1. Keterampilan membaca siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran coopertive script pada Formatif I dan Formatif II menunjukkan ketuntasan klasikal SIklus I sebesar 52 dan Siklus II 86 dari data tersebut menunjukkan tuntas sesuai dengan KKM bahasa Inggris dan mengalamai peningkatan 34 secara klasikal. 2. a. Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis 40, membaca34, bertanya sesame teman 18, bertanya kepada guru8,dan yang tidak relevan dengan KBM 2. b. Data aktivitas siswa rata-rata menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis36, membaca38, bertanya sesame teman 18, bertanya kepada guru6 dan yang tidak relevan dengan KBM2. Sehingga terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. --------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Joyce, B. dan Weil, M. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon Djamarah, S. B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, S. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Lie. A. 2005. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Ngalim, P. M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, M.U. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 4354 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR CERITA PENDEK Dra. Yusmaniar, M.Pd 19 Abstak Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk melihat peningkatan aktifitas belajar bahasa Indonesia dengan menerapkan Model Pembelajaran STAD di Kelas IX -3 SMP negeri 15 Medan. STAD Student Team Achivement Division merupakan salah satu tipe pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sangat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam tipe STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4-5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota keiompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IX-3 SMP Negeri 15 Medan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan pada Siklus I dengan rata rata 67 dan akhir Siklus II dengan rata-rata 84, dan ketuntasan klasikal 50 pada Siklus I menjadi 89 pada Siklus II sehingga mengalami peningkatan 39

I. Pendahuluan 1.1.

Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita sepertinya perlu melihat kembali praktik pembelajaran yang berlangsung di sekolah- sekolah. Sudah sewajarnya pembelajaran saat ini lebih mempertimbangkan siswa. Pembelajaran tidak lagi dapat dianggap seperti memindahkan air dan satu botol ke botol lain. Siswa bukanlah botol kosong yang dapat diisi apa saja materi yang dianggap penting oleh guru. Karena pada kenyataannya cara lama seperti ini tidak berjalan efektif dalam memberikan kompetensi sesuai tuntutan KTSP saat ini. Pembelajaran seharusnya lebih mempertimbangkan posisi siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Biar bagaimanapun pembelajaran yang terbaik adalah yang melibatkan siswa dalam pengalaman-pengalaman langsung. Sehingga pembelajaran membentuk makna dibenak siswa. Alur kegiatan pembelajaran juga tidak harus selalu berasal dan guru menuju siswa secara monoton. Siswa juga dapat saling bertukar informasi dengan sesamanya. Bahkan mungkin lebih efektif bahasa yang disampaikan orang yang sebaya dan pada bahasa yang disampaikan oleh guru. Banyak penelitian membuktikan bahwa pembelajaran koperatif lebih baik dalam memberikan kompetensi. Sebenarnya, bagi peneliti sendiri sebagai guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 15 Medan model koperatif tidak terlampau asing dan cukup sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Sayangnya, pengalaman guru menerapkan model seperti ini tenyata tidak mudah. Metode kerja kelompok sering kali kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative bermunculan dalam pelaksaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saing menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. Berkali-kali menerapkan metode ini hasilnya biasa saja belum mencapai ketuntasan yang diharapkan. Bahkan aktivitas belajar siswa cenderung mengalami penurunan akibat dampak negatif pembelajaran kelompok ini. Kesulitan peneliti menerapakan metode mi dengan benar mungkin adalah penyebab tidak efektiffiya 19 Guru SMP Negeri 15 Medan 4355 pembelajaran. Peneliti menyadari keterbatasan dalam penguasaan model baik secara teoritis apalagi secara praktis penerapannya dalam pembelajaran. Jika muncul masalah seperti diatas maka kesulitan menemukan pemecahannya. Akhirnya menyerah dan tidak melakukan apa-apa. Merujuk pada keadaan ini maka peneliti melakukan kolaborasi dengan guru sejawat, pembimbing, dan nara sumber dan LPMP SUMUT dan UNIMED. Beberapa kali pertemuan diperoleh pemahaman menerapkan metode kerja kelompok yang seharusnya sesuai dengan teori pembelajaran yang melandasinya. Yang diperkanalkan dalam pembelajaran koperatif bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerjalbelajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur mi adalah lima unsur pokok Johnson Johnson, 1993, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dengan lima unsur mi diharapkan dampak negatifkerja kelompok dapat ditekan. Salah satu varian model pembelajaran koperatif yang paling sederhana adalah model pembelajaran kopertif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan untuk mengelompokkan kemampuan yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa seth antara siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai akan membantu siswa yang kurang pandai karena dalam STAD siswa hams mempunyai tanggung jawab secara individu dan secara kelompok sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya. Tanggun jawab individu muncul akibat penilaian terhadap dirinya adalah peneilaian kelompok dan sebaliknya. Merujuk path keunggulan model pembelajaran koperatif tipe STAD, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran KooperaIf Tipe STAD Dalam Memperbaiki Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IX-3 SMP Negeri 15 Medan ―

1.2. Identifakasi Masalah