Latar Belakang Perkawinan Yang Baik dan Dilarang dalam Adat Batak

4209 PENCEGAHAN TINDAK TERORISME MELALUI SURAT TUMBAGA HOLING PADA MASYARAKAT ADAT BATAK DI SUMATERA UTARA Ahmad Mahdi Siregar, SH, MH 3 Abstrak Pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat adat adalah tidak kalah pentingnya dengan memberikan tindakan berupa penjatuhan sanksi yang seberat- beratnya terhadap pelaku tindak teror, karena dengan memberdayakan masyarakat adat setempat, selain akan menutup dan mempersempit ruang gerak para pelaku tindak teror, juga dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab masyarakat dalam bidang pencegahan tindak terorisme itu sendiri. Jauh sebelum lahirnya Undang-undang yang mengatur tentang pemberantasan terorisme di Indonesia, pranata Surat Tumbaga Holing yang terdapat dalam Masyarakat Adat Batak telah memiliki aturan dan perangkat hukum tersendiri dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme, sekalipun materi hukum adatnya tidak spesifik, rinci dan tegas menyebutkan kata dan istilah terorisme, namun arah, maksud dan tujuannya juga memiliki maksud, tujuan dan fungsi yang sama dalam mencegah timbulnya tindakan yang bersifat teror di tengah masyarakat adatnya. Tindakan terror ini timbul dikarenakan selain kurang adil, arif dan bijaksananya materi pengaturan tentang pencegahan tindak terorisme yang dirasakan masyarakat, juga dikarenakan oleh kurang dilibatkannya masyarakat adat dalam melakukan pencegahan tindak terorisme.

A. Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini sering sekali terjadi tindakan teror di berbagai tempat di Indonesia, seperti: Bom Bali, 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 jiwa. Kemudian, 5 Agustus 2003, terjadi ledakan di Hotel JW Marriott yang menewaskan 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami luka-luka. Bom Kedubes Australia, 9 September 2004, mengakibatkan 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Terulang kembali Bom Bali pada tanggal 1 Oktober 2005 di R.AJAs Bar dan Restaurant, Kuta Square, dan di Nyoman Cafe Jimbaran dengan menewaskan 22 orang dan 102 lainnya luka-luka dan beberapa kejadian lainnya. Deretan kejahatan di atas timbul, karena selain berpangkal pada kurang tegas, adil dan manfaatnya materi pengaturan hukum tentang pemberantasan tindak terorisme yang ada, juga diakibatkan oleh kurang diberdayakannya potensi masyarakat adat setempat dalam bidang pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme. Sesungguhnya, dari sekian banyak suku dan masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia, ternyata ada masyarakat adat yang memiliki model atau tata nilai tradisional tersendiri dalam melakukan pencegahan tindakan yang bersifat teror, seperti masyarakat adat Batak melalui pranta Surat Tumbaga Holing yang mereka miliki. Masyarakat Adat Batak ternyata telah memiliki aturan dan perangkat hukum tersendiri dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme, sekalipun materi hukum adatnya tidak spesifik, rinci dan tegas menyebutkan kata terorisme, namun arah, maksud dan tujuannya memiliki maksud, tujuan dan fungsi yang sama dalam mencegah timbulnya tindakan yang bersifat teror di tengah-tengah masyarakat. Potensi masyarakat adat yang begitu besar haruslah dikelola dengan benar, arif dan bijaksana, supaya pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme tidak hanya bertumpu pada aparat penegak hukum dan 3 Dosen Yayasan UMN Al Washliyah Medan 4210 pemerintah, namun harus tetap melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat adat dengan berbagai perangkat hukum adat dan kearifan lokal yang dimilikinya. Pencegahan tindak terorisme secara arif dan bijaksana bukanlah barang jadi yang datang begitu saja, tetapi ia merupakan proyek sosial yang mesti dibina dan diarahkan sehingga tindak terorisme dapat dicegah, setidaknya dapat diminimalisir jumlahnya di tengah-tengah masyarakat. Para pengambil keputusan atau pejabat yang berwenang harus berani membuat terobosan-terobosan baru dalam upaya penciptaan dan pembaharuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan model pencegahan tindak terorisme melalui Surat Tumbaga Holing pada masyarakat adat Batak. Upaya pencegahan tindak terorisme tidak bisa lagi disandarkan pada konsep monoton dan perencanaan yang konvensional semata, tetapi lebih dari itu harus memiliki visi yang tepat untuk mengantisipasi gerakan terorisme di masa mendatang.

B. Rumusan Masalah