4212 menyayangi dan selalu meninggikan martabat orang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya beberapa aturan
hukum yang terkandung secara kontektual atau tersirat dalam Hukum masyarakat adat Batak.
a. Aturan Tersirat dalam Filosofi Masyarakat Adat Batak
Ada sebuah filosofi yang berlaku di tengah-tengah masyarakat adat Batak yang menjadi pedoman utama dalam bersikap, berkata dan bertingkahlaku, termasuk dalam mencegah timbulnya tindakan pelanggaran dan
kejahatan di tengah-tengah masyarakat. Adapun filosofi yang dimaksud adalah:‖
Somba mar Mora, Elek mar Anak Boru, Manat-manat mar Kahanggi
‖. Pengertian
Somba mar Mora
adalah menghormati
Mora
dan menjunjung tinggi martabatnya, menjaga kehormatan, sopan santun dalam berbicara, bersikap dan bertindak di hadapan
Mora
dan mendukung segala cita-citanya yang bersifat mulia. Sedangkan pengertian
Elek mar Anak Boru
adalah mengambil hatinya agar
tetap semangat dan selalu dalam keadaan bahagia, merayu dan membujuknya dalam setiap melaksanakan pekerjaan, menjaga hatinya agar tidak tersinggung dan menyayangi. Dan pengertian
Manat-Manat mar Kahanggi
adalah hati-hati, tidak sembarangan, dan menjaga perasaan. Semua poin penting yang disebutkan di atas merupakan aturan yang terkandung dalam pranata
Surat Tumbaga Holing
yang dapat dipedomani sebagai aturan tersirat dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak teror yang terjadi dalam masyarakat.
Mora
dalam masyarakat adat
Dalihan na Tolu
mempunyai kedudukan tertinggi. Mereka selalu dihormati, ucapan mereka selalu berisikan doa dan nasehat-nasehat untuk
anak boru
nya dan mereka didukkan selalu di tempat terhormat dalam setiap acara adat, termasuk dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dan sengketa di tengah-tengah masyarakat.
b. Aturan Tersirat dalam Pranata
Marga
Keberadaan
marga
ini sangat penting bagi Masyarakat Adat Batak, karena dalam pranata
marga
mengandung aturan yang sangat dihormati dan dipatuhi. Menurut aturan pranata
marga
, orang tidak akan mungkin bisa sembarangan bicara, apalagi bertindak sembrono di hadapan orang lain. Karena masing-masing
mengerti tentang hubungan kekerabatan dan keturunan mereka satu dengan lainnya. Orang
semarga
adalah dianggap sebagai satu keturunan, kekerabatan dan pertalian darah yang sangat dekat, walaupun terkadang
mereka bisa berbeda agama dan keyakinan. Setiap orang yang
semarga
beserta orang lain yang ada hubungan kekerabatan dengan
marga
nya, harus dianggap sebagai saudara kandung atau saudara dekat yang tidak boleh dihina, disakiti, dimusuhi, apalagi
membunuhnya. Keberadaanya dan kehormatannya harus dijaga dan dimuliakan. Menurut aturan pranata
marga
, setiap orang dalam menjalankan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat harus dibangun dengan landasan:
1.
Marsihaholongan
saling mengasihi; 2.
Marsipagodakkon
saling membesarkansaling mengangkat; 3.
Marsihapadean
saling berbuat baik antara satu dengan lainnya; 4.
Marsibegean
saling mendengarkan,
Marsilehenan
saling memberi;
4213 5.
Marsipagabean
saling membahagiakan,
Marsipangiboan
saling memberi belas kasihan; 6.
Marsitolongan
saling menolong,
Marsilehenan
saling memberi; 7.
Marsihargaan
saling menghargai; 8.
Marsipaingotan
saling mengingatkan. Kedelapan prinsip di atas merupakan alat yang sangat ampuh dalam menciptakan kerukunan di tengah-
tengah masyarakat. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis tindak pelanggaran dan kejahatan dapat dihindari melalui pesan moral yang terkandung dalam prinsip di atas.
c. Aturan yang Tersirat dalam