Sistem Musyawarah Menurut Pranata

4213 5. Marsipagabean saling membahagiakan, Marsipangiboan saling memberi belas kasihan; 6. Marsitolongan saling menolong, Marsilehenan saling memberi; 7. Marsihargaan saling menghargai; 8. Marsipaingotan saling mengingatkan. Kedelapan prinsip di atas merupakan alat yang sangat ampuh dalam menciptakan kerukunan di tengah- tengah masyarakat. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis tindak pelanggaran dan kejahatan dapat dihindari melalui pesan moral yang terkandung dalam prinsip di atas.

c. Aturan yang Tersirat dalam

Tutur Kata Tutur mengandung pengertian panggilan keakraban atau sapaan keakraban antara seseorang dengan orang lain. Setiap Tutur mengandung nilai moral, nilai etika, dan budi pekerti yang sangat tinggi nilai spritualnya, sehingga dengan mengamalkan makna setiap Tutur , niscaya dapat memelihara keharmonisan, kerukunan dan keakraban dalam bermasyarakat. Dalam Tutur itu memiliki muatan etika yang kuat, yakni adab pergaulan hidup sehari-hari. Pemakaian Tutur dalam kekerabatan ini sangat berperanan membentuk perilaku masyarakat, sehingga melalui Tutur orang mampu mengetahui bagaimana cara menghormati orang tua, menghormati sesama, saudara dan keluarga lainnya. Dengan Tutur ini orang dapat berbicara lebih beradab dan berbudaya. Pemakaian Tutur dalam kekerabatan ini sangat berperanan membentuk perilaku masyarakat, sehingga melalui Tutur orang mampu mengetahui bagaimana cara menghormati orang tua, menghormati sesama, saudara dan keluarga lainnya. Dengan Tutur ini orang dapat berbicara lebih beradab dan berbudaya.

3. Sistem Musyawarah Menurut Pranata

Surat Tumbaga Holing Menurut pranata Surat Tumbaga Holing bahwa untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau untuk memutuskan suatu perkara dan permasalahan di tengah-tengah masyarakat, baik besar maupun kecil, apalagi yang menyangkut adat dan agama, dapat diselesaikan melalui partahian musyawarah. Musyawarah dalam Surat Tumbaga Holing memiliki beberapa tingkatan sesuai dengan orang-orang yang ikut dalam sebuah musyawarah: a. Tahi Ungut-ungut musyawarah keluarga. Dalam tingkatan ini musyawarah dilaksanakan antara suami dan istri, yang didahului dalam rumah tangga; b. Tahi Dalihan Na Tolu . Dalam tingkatan ini, musyawarah dilaksanakan antara kahanggi, anak boru dan mora . Umumnya musyawarah lebih dilaksanakan dalam posisi muyawarah Dalihan na Tolu , baik dalam tingkatan keluarga maupun dalam masyarakat; c. Tahi Godang Parsahutaon Musyawarah besar dalam sebuah perkampungan. Musyawarah dalam tingkatan ini dihadiri oleh semua kelompok Dalihan na Tolu , tokoh adat dan unsur pemerintah. Lebih rincinya adalah: Kahanggi , Anak Boru, Mora, Pisang Rahut, Hatobangon orang yang dituakan dalam kampung, Raja raja adat atau keturunannya yang masih hidup, Orang Kaya dalam kampung. d. Tahi Godang Haruaya Mardomu Bulung Musyawarah besar antara desa atau daerah. Dalam tingkatan ini hadir semua raja-raja antara desa atau daerah dan juga unsur pemerintah. Yang hadir dalam musyawarah 4214 ini: Kahanggi, Anak Boru, Mora, Pisang Rahut, Ompu Nikotuk, Hatobangon, Raja-raja antara desa, Orang Kaya. Seandainya terjadi tindak pelanggaran dan kejahatan dalam masyarakat, maka cara penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan cara berikut: a. Dilakukan musyawarah terlebih dahulu. Dalam musyawarah tersebut hadir para pihak, kemudian para hatobangon , Harajaon keturunan raja, dan sebagian anggota keluarga yang melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran; b. Para hatobangon dan Raja-raja mendengarkan permasalahan para pihak yang melakukan kejahatan dan pelanggaran; c. Para hatobangon dan Raja-raja secara bersama-sama melakukan peninjauan, penganalisaan terhadap bukti- bukti yang ada; d. Setelah itu baru dilakukan pengambilan keputusan yang benar dan adil. Putusan tersebut dilakukan dalam majelis adat oleh para hatobangon dan Raja-raja secara terbuka di hadapan masyarakat.

4. Pemberantasan Terorisme Menurut Undang-undang