Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

4360 3. Memperbaiki kehadiran 4. Saling memahami adanya perbedaan individu 5. Mengurangi perilaku yang mengganggu 6. Mengurangi konflik antara pribadi 7. Mengurangi sikap apatis 8. Meningkatkan motivasi 9. Meningkatkan hasil belajar 10. Memperbesar retensi 11. Meningkatkan kebaikan budi, kepakaan dan toleransi Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal mi akan terjadi bila dalam sam kelompok hanya mempunyai permasalahan. Kelemahan mi dapat dihindari dengan cara sebagai berikut: 1. Tiap-tiap anggota kelompok bertanggungjawab pada bagian-bagian kecil dan permasalahan kelompok. Tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal mi dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dan anggota kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok hams benar-benar mempelajani isi permasalahan secara keseluruhan.

2.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD Student Team Achivement Division merupakan salah satu tipe pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode mi sangat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam tipe STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4-5 orang. Skor kelompok diberikan berdasarkan ata.s prestasi anggota keiompoknya. Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dan lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar tim, tes atau kuis, scor peningkatan individu dan pengakuan kelompok Slavin, 1995: 1. Pengajaran Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara kiasikal dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan sistem koloid. 2. Belajar dalam tim Dalam tipe STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4-5 orang. 1-lal mi dimaksudkan untuk saling menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan. 3. Tes Setelah siswa menerima pengajaran dan guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya. Karena kegiatan pembelajaran mi terdiri dan 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir putaran. 4361 4. Skor Peningkatan Individu Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dan masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dan skor ke1rpok inilah dapat ditentukan kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah atau penghangaan yang dijanjikan. Tabel 2.4. : Kriteria Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD Sumber: Slavin, 1995: 80 Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh terdapat 3 tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu: a. Kelompok dengan skor rata-rata 15-19 sebagai kelompok balk. b. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20 — 24 sebagai kelompok hebat. c. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25 — 30 sebagai kelompok super. 2.5. Kolaborasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu Tabel 2.3. Langkah Pemberian Skor Pembelajaran Kooperatif STAD Kriteria Skor Siswa - Lebih dan 10 poin di bawab skor 5 dasar - 10 point hingga I poin di bawah 10 skor dasar Skor dasar sampai 10 point di 20 - atasnya - Lebih 10 point di atas skor dasar 30 - Nilai sempurna tidak berdasar- 30 kan skor dasar Langkah Perilaku siswa Langakah 1 Setiap siswa diberikan skor berda enetapkan skor dasar sarkan skor awal Langkah 2 - Siswa memperoleh poin untuk kuis Menghitung skor kuisterki yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Langkah 3 Menghitung skor perkembangan Hasil yang di dapat siswa dijum ahkan kemudian dibagi jumlahnya

IV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang terurai , peneliti dapat menyimpulkan bahwa. 4362 1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan; a data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada siklus I antara lain aktivitas individual 38, diskusi kelompok LKS 31, bertanya sesame teman 8, bertanya kepada guru 17 dan yang tidak relevan dengan KBM6. b Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada SiklusII antara lain aktivitas individual 33, diskusi kelompok LKS38, bertanya sesame teman 20,bertanya kepada guru7,dan yang tidak relevan dengan KBM 3 2. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IX-3 SMP Negeri 15 Medan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan pada Siklus I dengan rata rata 67 dan akhir Siklus II dengan rata-rata 84, dan ketuntasan klasikal 50 pada Siklus I menjadi 89 pada Siklus II sehingga mengalami peningkatan 39 Daftar Pustaka Ambary, A, dkk. 1999. Penuntun Terampil berBahasa Indonesia dan Petunjuk guru. Bandung: Trigenda Karya. Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Berg, E.Vd. 1991. Miskonsepsi Bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Joyce, B. dan Weil, M. 1972. Models i= of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon. Melvin. L. S. 2004. Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa dan Nusamedia. Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sutarni, S. dan Sukardi. 2008. Bahasa Indonesia SMP Kelas IX. Bogor: Quadra. Utami, S. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan. 4363 PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Dra. Hj. Deliani, MSi 20 Abstrak Penulisan maklaah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan profesionalisme guru sebagai solusi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Metode penulisan menggunakan metode library reserach. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan ICT dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra sangat penting dilakukan. Salah satu bukti pentingnya ICT adalah untuk pemerataan pendidikan dengan kondisi geografis Indonesia yang luas sangat diperlukan ICT. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk menyentuh dunia pendidikan. Karena itu, sekolah dan guru tidak dapat mengelak dari trend ini hanya karena persoalan anggaran atau pun persoalan keterbatasan akses dan wawasan. Kata kunci : profesionalisme , guru dan bahasa dan sastra Indonesia

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang