4250 db
: Derajat Kebebasan RK
: Rerata Kuadrat F
: Koefisien hubungan Sig
: Signifikansi Selain itu diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kebiasaan belajar
dengan aktivitas belajar. Hasil ini dilihat dari koefisien hubungan R = 0,408. Artinya semakin baik kebiasaan belajar, maka semakin baik aktivitas belajar. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang diajukan
dinyatakan diterima. Demikian pula halnya dengan hubungan antara motivasi belajar dengan aktivitas belajar, dimana diperoleh angka korelasi R = 0,408. Artinya semakin tinggi motivasi belajar, maka semakin
baik aktivitas belajar. Dengan demikian maka hipotesus kedua yang diajukan dinyatakan diterima. Kemudian dari perhitungan Analisis Regresi, dapat diketahui bobot sumbangan dari variabel
kebiasaan belajar terhadap vaariabel aktivitas belajar adalah sebesar 16,6. Kemudian variabel motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 16,7.
Berdasarkan hasil ini, diketahui bahwa total sumbangan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 33,3. Berarti masih terdapat 66,7 pengaruh dari variabel lain terhadap aktivitas
belajar, dimana faktor-faktor lain tersebut dalam penelitian ini tidak dikaji, diantaranya adalah faktor intern yang meliputi jasmaniah, psikologis dan kelelahan, faktor ekstern yang meliputi faktor keluarga, sekolah,
masyarakat, dan hasil belajar Slameto, 2003.
3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik
a. Mean Hipotetik
Variabel kebiasaan belajar dalam penelitian memiliki jumlah butir sebanyak 21 yang diformat dengan Skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka mean hipotetiknya adalah 21 x 1 + 21 x 4 : 2
= 52,5. Kemudian variable motivasi belajar, memiliki jumlah butir sebanyak 17 butir yang juga diformat dengan Skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka mean hipotetiknya adalah {17 x 1 + 17
x 4} : 2 = 42,5. Selanjutnya variable aktivitas belajar, memiliki jumlah butir sebanyak 20 yang diformat dengan Skala Likert dalam 4 pilihan jawaban, maka mean hipotetiknya adalah {13 x 1 + 13
x 4} : 2 = 32,5. b.
Mean Empirik Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa mean empiric kebiasaan belajar adalah 57,070,
mean empiric motivasi belajar adalah sebesar 43,330 dan mean empirik aktivitas belajar adalah sebesar 40,130.
c. Kriteria
Dalam upaya mengetahui bagaimana kondisi kebiasaan belajar, motivasi belajar dan aktivitas belajar, maka perlu dibandingkan antara meannilai rata-rata empirik dengan meannilai rata-rata
hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SD dari variable yang sedang diukur. Dalam penelitian ini bilangan SD variabel kebiasaan belajar adalah seebesar 12,493, bilangan SD variabel
motivasi belajar adalah 16,364 dan SD variabel aktivitas belajar adalah 6,287.
4251 Dari besarnya bilangan SD tersebut, maka untuk variabel kebiasaan belajar, apabila meannilai
rata-rata hipotetik meannilai rata-rata empirik, dimana selisihnya melebihi 12,493, maka dinyatakan bahwa kebiasaan belajarnya baik dan apabila meannilai rata-rata hipotetik meannilai rata-rata
empirik, dimana selisihnya melebihi 12,493, maka dinyatakan bahwa kebiasaan belajarnya bersifat buruk. Apabila meannilai rata-rata empirik dengan mean hipotetik tidak berselisih melebihi 12,493,
maka kebiasaan belajarnya bersifat normal. Selanjutnya untuk variabel motivasi belajar, apabila meannilai rata-rata hipotetik meannilai
rata-rata empirik, dimana selisihnya melebihi 16,364, maka dinyatakan bahwa motivasi belajar tergolong tinggi dan apabila meannilai rata-rata hipotetik emannilai rata-rata empirik, dimana
selisihnya melebihi 16,364, maka dinyatakan bahwa motivasi belajar tergolong rendah. Apabila mean empirik dengan mean hipotetik tidak berselisih melebihi 16,364, maka motivasi belajar dinyatakan
sedang. Kemudian untuk variabel aktivitas belajar, apabila meannilai rata-rata hipotetik meannilai
rata-rata empirik, dimana selisihnya melebihi 6,287, maka dinyatakan bahwa aktivitas belajar tergolong baik dan apabila meannilai rata-rata hipotetik meannilai rata-rata empirik, dimana selisihnya
melebihi 6,287, maka dinyatakan bahwa aktivitas belajar tergolong buruk. Apabila mean empirik dengan mean hipotetik tidak berselisih melebihi 6,287, maka aktivitas belajar dinyatakan sedang.
Gambaran selengkapnya mengenai perbandingan meannilai rata-rata hipotetik dengan meannilai rata- rata empirik dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Hipotetik dan Nilai Rata-Rata Empirik
No Variabel
Nilai Rata-rata SD
Keterangan Hipotetik
Empirik 1
Kebiasaan belajar 52,5
57,070 12,493
Kebiasaan belajar, sedang 2
Motivasi belajar 42,5
43,330 16,364
Motivasi belajar, sedang 3
Aktivitas belajar 32,5
40,130 6,287
Aktivitas belajar, baik Berdasarkan perbandingan kedua nilai rata-rata di atas mean hipotetik dan mean empirik, maka
dapat dinyatakan bahwa kebiasaan belajar dinilai sedang, sebab mean empirik 57,070 selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik 52,5 tidak melebihi bilangan SD yakni 6,287.
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan
1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kebiasaan belajar dan motivasi belajar dengan
aktivitas belajar. Hasil ini ditunjukkan dengan koefisien F
reg
= 9,701 dimana p 0,010. Ini menandakan bahwa semakin baik kebiasaan belajar dan semakin tinggi motivasi belajar, maka semakin tinggi aktivitas
belajar. Sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar dan semakin rendah motivasi belajar, maka semakin
4252 rendah aktivitas belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima. 2.
Penelitian ini membuktikan bobot sumbangan dari variabel kebiasaan belajar terhadap variabel aktivitas belajar adalah sebesar 16,6. Kemudian variabel motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 16,7.
Berdasarkan hasil ini, diketahui bahwa total sumbangan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 33,3. Berarti masih terdapat 66,7 pengaruh dari variabel lain terhadap aktivitas belajar,
dimana faktor-faktor lain etrsebut dalam penelitian ini tidak dikaji, diantaranya adalah faktor intern yang meliputi jasmaniah, psikologis dan kelelahan, faktor ekstern yang meliputi faktor keluarga, sekolah,
masyarakat dan hasil belajar. 3.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini, diketahui bahwa kebiasaan belajar dinilai sedang, sebab mean empirik 57,070 selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik 52,5 tidak melebihi bilangan SD, yakni 6,287.
Kemudian variabel motivasi belajar juga dinyatakan sedang, sebab nilai rata-rata empirik 43,330 selisihnya dengan nilai rata-rata hipotetik 42,5 tidak melebihi bilangan SD yakni 16,364. Selanjutnya untuk variabel
aktivitas belajar dinyatakan baik, sebab mean empirik 40,130 lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik 32,5 dan selisihnya melebihi bilangan SD, yakni 6,287.
Saran
1. Kepada Pihak Poltekkes
Melihat kebiasaan belajar dan motivasi belajar para mahasiswa yang tergolong sedang, maka disarankan kepada pihak Poltekkes untuk dapat membantu meningkatkan kebiasaan belajar dan motivasi belajar para
mahasiswa, misalnya dengan mengadakan perlombaan-perlombaan yang dapat memacu meningkatnya kebiasaan dan motivasi belajar para mahasiswa. Hal ini sangat penting mengingat bahwa kedua faktor ini
sangat berperan dalam meningkatkan aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang baik akan berpengaruh kepada proses penyelesaian kuliah.
2. Kepada Subjek Penelitian
Melihat kondisi kebiasaan dan motivasi belajar yang tergolong rendah, maka disarankan kepada para mahasiswa untuk dapat meningkatkan kebiasaan dan motivasi belajar seperti yang selama ini dimiliki.
Diharapkan dengan tingginya tingkat kebiasaan dan motivasi belajar para mahasiswa akan lebih mudah dalam mencapai apa yang dicita-citakan, seperti proses penyelesaian tugas akhir kuliah.
3. Saran Kepada Peneliti Berikutnya
Menyadari hasil penelitian yang menyatakan bahwa masing-masing variabel bebas, yakni kebiasaan belajar dan motivasi belajar memiliki kontribusi terhadap peningkatan aktivitas belajar, maka disarankan kepada
peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini mencari faktor-faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas belajar diantaranya mengkaji faktor intern yang meliputi jasmaniah, psikologis dan
kelelahan, faktor ekstern yang meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan hasil belajar.
4253
Daftar Pustaka
Ahmad Sudrajat, S.Pd. 2008.
Teori-teori Motivasi
. Anderson. 1959. NU. 1960.
Kebiasaan Belajar Memiliki Korelasi Angka Prestasi
. Arikunto, Suharsimi. 2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
. Jakarta. Rineka Cipta. Azwar, S. 1997.
Skala Pengukuran Validasi dan Reliabilitas Alat Ukur
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brown Holtzman. 1966.
Teknik Cara Kebiasaan Belajar
. Djamarah. 2002.
Pengertian Motivasi Belajar
. Dunkin, M. J. 1974.
The Study of Teaching
. New York: Holt. Rinehart and Winston, Inc. Elliot, S.H., Kratochwill, T.R., Littlefield, J. F. Travers, J. F. 1996.
Educational Psychology
. Madison: Brown Benchmark.
Hadi, S. 1987.
Metodologi Research
. Cetakan I. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hakubun, N. 1999.
Penelitian Tidak Diekspos
. Hall, V. C., Merkel, S., Howe, A. Lederman, N., Behavior. 1986.
Motivator and Achieevement in Desegregated Junior High School Science Classes, Journal of Educational Psychology
. Hamalik, Oemar. 2001.
Proses Belajar Mengajar
. Bumi Aksara. Jakarta. Hamzah B. Uno. 2006.
Teori Motivasi Dan Pengukuran
. Bumi Aksara. Hasan C. 1994.
Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan
. Surya Brata. IKIP Padang. ________. 1999.
Buku Pedoman IKIP Padang
. Padang: IKIP Padang. Munandir. 1973.
Penyebaran dan Arus murid Sekolah Menengah Sebagai Fungsi Prestasi Akademik dan Status Sosial Ekonomi
. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: FIP IKIP Malang. Munandir. 2001.
Ensiklopedia Pendidikan
. Malang: UM Press. Nasution, H. M. F. 2001.
Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar Dan Lingkungan Dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa
, Jurnal Ilmu Pendidikan. Nasution, S. 2000.
Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar
. Bumi Aksara. Bandung. Paraons, O. A., Schneider, J. M. 1974.
Locus Of Control in Univercity Students From Eastern and Western Societies. Journal of Conseling and Clinical Psychology
. Prayitno, dkk. 1997a.
A UM PTSDL. Format 1: Mahasiswa
. Depsikbud. Jakarta. Prayitno, dkk. 1997b.
Keterampilan Belajar
. Depdikbud. Jakarta. Prayitno. 1999.
Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling
. Rineka Cipta. Jakarta. Rimm. 1997.
Karakteristik yang Mempengaruhi Belajar
. Rumini, dkk. 1995.
Penerapan Teori Motivasi Dalam Pendidikan
. Sardiman, S. M. 1994.
Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar
. PT. Raja Grapindo Persada. Jakarta. Sardiman, A. M. 2004.
Interaksi Dan Motivasi Belajar
. PT. Raja Grapindo Cipta. Jakarta.
4254 Slameto. 2003.
Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
. Rineka Cipta. Jakarta. Surakhmad. 1994.
Hakikat Kebiasaan Belajar
. Suyatna. 2008.
Aktivitas Dalam Belajar
. Zulkarnain Lubis. 2009.
Statistika Terapan Untuk Ilmu-Ilmu Sosial Dan Ekonomi
. Cipta Pustaka. Media Perintis.
4255
PENINGKATAN PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENINGKATAN PERAN WIRASWASTA
Zainudin, SE, MSM
7
Abstrak
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dan menengah melalui peningkatan peran wiraswsasta. Metode penulisan menggunakan metode library
research. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM menjadi salah satu dari tulang punggung perekonomian Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat
angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Dengan meningkatnya dan berkembangnya UMKM di Indonesia, tentu meningkatkan penghasilan yang diperoleh oleh wiraswasta kecil
tersebut apalagi usaha kecil tersebut berkembang dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Tentu sangat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran dan tingkat ketergantungan.
Penghasilan yang meningkat tentu mempengaruhi pajak yang diperoleh pemerintah yang tentu saja berpengaruh bagi pendapatan nasional. Sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan
ekonomi Indonesia, untuk itu perlu diadakan upaya-upaya untuk meningkatkan UMKM yang ada di Indonesia dengan cara mengoptimalkan potensi-potensi ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha mikro, kecil dan
menengah UMKM justru memiliki pengaruh yang besar bagi peningkatan perekonomian negara.
Kata kunci :
UKM
dan
wiraswasta
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang