4215 Pasal 187 KUHP menyebutkan bahwa barangsiapa membuat, menerima, berusaha untuk mendapat,
mempunyai, menyembunyikan, membawa atau memasukkan ke Negara Indonesia, bahan-bahan benda atau perkakas yang diktahuinya atau yang patut harus disangkanya, bahwa gunanya atau pada suatu kesempatan akan
dipergunakan untuk mengadakan letusan yang dapat mendatangkan bahaya maut atau bahaya umum bagi barang, dihukum penjara selama-lamanya delapan tahun atau kurungan sebanyak-banyaknya satu tahun. Hal yang senada
juga disebutkan dalam Pasal 338, 438 dan 479.
D. Kesimpulan
1. Model pencegajan tindak terorisme melalui pranata
Surat Tumbaga Holing
pada masyarakat batak di Sumatera Utara adalah dengan merujuk pada 3 tiga hal yakni:
a. Pendegahan tindak terorisme dilakukan melalui aturan yang terkandung dalam filosofi:‖
Somba mar Mora, Elek mar Anak Boru, Manat-manat mar Kahanggi
‖. Pengertian
Somba mar Mora
adalah menghormati
Mora
dan menjunjung tinggi martabatnya, menjaga kehormatan, sopan santun dalam berbicara, bersikap dan bertindak di hadapan
Mora
dan mendukung segala cita-citanya yang bersifat mulia. Sedangkan pengertian
Elek mar Anak Boru
adalah mengambil hatinya agar tetap semangat dan
selalu dalam keadaan bahagia, merayu dan membujuknya dalam setiap melaksanakan pekerjaan, menjaga hatinya agar tidak tersinggung dan menyayangi. Dan pengertian
Manat-Manat mar Kahanggi
adalah hati-hati, tidak sembarangan, dan menjaga perasaan. Semua poin penting yang disebutkan di atas merupakan aturan yang terkandung dalam pranata
Surat Tumbaga Holing
yang dapat dipedomani sebagai aturan tersirat dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak
teror yang terjadi dalam masyarakat.
Mora
dalam masyarakat adat
Dalihan na Tolu
mempunyai kedudukan tertinggi. Mereka selalu dihormati, ucapan mereka selalu berisikan doa dan nasehat-nasehat untuk
anak boru
nya dan mereka didukkan selalu di tempat terhormat dalam setiap acara adat, termasuk dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dan sengketa di tengah-tengah masyarakat. Sutan Managor berpendapat bahwa sekalipun bentuk pranata
Surat Tumbaga Holing
itu tidak terkodifikasi, namun secara kenyataan terdapat kandungan dan muatan hukum, seperti larangan melakukan tindak kejahatan
terhadap manusia dan lingkungan, larangan melakukan tindakan yang menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, keamanan dan ketentraman masyarakat. G. Siregar Baumi menyebutkan bahwa
Surat Tumbaga Holing
itu mengandung berbagai jenis hukum yang bersifat mengatur dan mengikat, yaitu hubungan masyarakat dan tutur sopan santun, susunan lembaga pemerintahan adat, upacara-upacara adat, benda-benda adat, aturan
perkenalan muda-mudi, seni budaya dan fungsinya, bahasa adat,
parkalaan
ilmu bintang, hukum perdata dan pidana adat. Keberadaan pranata
Surat Tumbaga Holing
dalam masyarakat sangat dihargai, dihormati dan dipatuhi aturannya dalam kehidupan sehari-hari. Mayoritas masyarakat adat Batak tidak berani menentang
aturannya secara terang-terangan, sebab di samping isinya mengandung nilai keadilan dan kebenaran, aturannya juga dianggap sesuai dengan cita-cita hukum
rechtsidee
dan perasaan hukum
rechtsgevool
masyarakat.
4216
2. Aturan Tersirat dalam