4210 pemerintah, namun harus tetap melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat adat dengan
berbagai perangkat hukum adat dan kearifan lokal yang dimilikinya. Pencegahan tindak terorisme secara arif dan bijaksana bukanlah barang jadi yang datang begitu saja,
tetapi ia merupakan proyek sosial yang mesti dibina dan diarahkan sehingga tindak terorisme dapat dicegah, setidaknya dapat diminimalisir jumlahnya di tengah-tengah masyarakat.
Para pengambil keputusan atau pejabat yang berwenang harus berani membuat terobosan-terobosan baru dalam upaya penciptaan dan pembaharuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan model
pencegahan tindak terorisme melalui
Surat Tumbaga Holing
pada masyarakat adat Batak. Upaya pencegahan tindak terorisme tidak bisa lagi disandarkan pada konsep monoton dan perencanaan yang konvensional semata,
tetapi lebih dari itu harus memiliki visi yang tepat untuk mengantisipasi gerakan terorisme di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah penelitian berikut:
1. Bagaimana model pencegahan tindak terorisme melalui
Surat Tumbaga Holing
pada masyarakat adat Batak di Sumatera Utara
? 2.
Bagaiman prosedur dan sistem musyawarah melalui
Surat Tumbaga Holing
pada Masyarakat adat Batak dalam melakukan penjatuhan sanksi terhadap tindak terorisme ?
3. Bagaimana jenis sanksi yang dijatuhkan terhadap para pihak yang terlibat dalam tindak terorisme melalui
Surat Tumbaga Holing
pada masyarakat adat Batak di Sumatera Utara ?
C. Pembahasan
Hakekat dari pemberantasan tindak pidana terorisme adalah kemampuan melakukan pencegahan tindak pidana terorisme dengan memberikan pemahaman dan pencerahan kepada seluruh masyarakat tentang bahaya
yang timbul darinya dengan memanfaatkan peran tokoh adat, tokoh agama dan media massa dengan tidak mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan cara seperti ini akan dapat menutup
pintu tumbuh dan berkembangnya tindak pidana terorisme. Pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat
adat adalah tidak kalah pentingnya dengan memberikan tindakan berupa penjatuhan sanksi yang seberat-beratnya terhadap pelaku tindak teror, karena dengan memberdayakan masyarakat adat setempat, selain akan menutup dan
mempersempit ruang gerak para pelaku tindak teror, juga dapat menumbuhkan rasa tanggungjawab masyarakat dalam bidang pencegahan tindak terorisme itu sendiri.
Kebijakan yang terlalu bertumpu kepada pendekatan legal formal dan bersifat represif, perlu ditinjau ulang karena bukan saja tidak mampu mengatasi masalah terorisme tetapi justeru dapat menumbuhkan dan
meningkatkan tindakan kekerasan semacam itu di masa depan. Pemberantasan tindak terorisme tidak bisa semata-mata disandarkan pada keberhasilan membuat
perangkat hukum yang baik saja, namun lebih dari itu harus juga dilakukan dengan upaya pencegahan tindak terorisme dengan memanfaatkan potensi hukum adat dengan segala perangkat hukum yang ada padanya.
4211 Jauh sebelum lahirnya Undang-undang yang mengatur tentang pemberantasan terorisme di Indonesia,
pranata
Surat Tumbaga Holing
yang terdapat dalam Masyarakat Adat Batak telah memiliki aturan dan perangkat hukum tersendiri dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak terorisme, sekalipun materi hukum
adatnya tidak spesifik, rinci dan tegas menyebutkan kata dan istilah terorisme, namun arah, maksud dan tujuannya juga memiliki maksud, tujuan dan fungsi yang sama dalam mencegah timbulnya tindakan yang bersifat teror di
tengah masyarakat adatnya.
1. Pengertian