4370 e. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah mapun
non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam negeri maupun dari luar negeri f. Menciptakan
soft image
pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup
g. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam
mengembangkan potensi diri dan lingkungannya misal; penggunaan internet, multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb
4. Kesimpulan
Penggunaan ICT dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra sangat penting dilakukan. Salah satu bukti pentingnya ICT adalah untuk pemerataan pendidikan dengan kondisi geografis Indonesia yang luas sangat
diperlukan ICT. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat telah merambah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk menyentuh dunia pendidikan. Karena itu, sekolah dan guru tidak
dapat mengelak dari
trend
ini hanya karena persoalan anggaran atau pun persoalan keterbatasan akses dan wawasan.
Guru atau Dosen sejatinya memberi contoh kepada para pelajarnya bahwa teknologi merupakan suatu keniscayaan yang sedang dihadapi, sehingga penguasaan teknologi adalah sesuatu yang harus direbut oleh
pelajar. Pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran perlu diusahakan oleh guru sesuai dengan kemampuan masing-masing sekolah dan guru bersangkutan. Pelatihan internet dan aplikasi
tertentu seperti microsoft Office khususnya powerpoint atau aplikasi membuat animasi penting dilakukan untuk para guru di setiap sekolah agar para guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis ICT. Pelatihan
tersebut baiknya diadakan di setiap sekolah dengan melibatkan seluruh guru mata pelajaran sehingga akan ada pemerataan pemahaman tentang materi pelatihan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Eneste, Pamusuk. 1987.
H.B. Jassin: Paus Sastra Indonesia
. Jakarta: Djambatan. Hirsch Jr, E.D. 1979.
Validity in Interpretation
. New Haven dan London: Yale University Press. Moody, H.L.B. 1971.
The Teaching of Literature
. London: Longman. Nurgiyantoro, Burhan. 2001.
Penilaian dalam PembelajaranBahasa dan Sastra
. Yogyakarta: BPFE. Pinontoan, Aaltje Tallei
Penyunting
. 2002.
Antologi Pembelajaran sastra
. Bahan Perkuliahan pada Mata Kuliah Pembelajaran sastra PPs S-2 UNIMA.
Rusyana, Yus. 1984.
Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan
. Bandung: CV. Diponegoro Semi, M. Atar. 1993.
Rancangan PembelajaranBahasa dan Sastra Indonesia
. Bandung: Angkasa. Sumardjo, Jakob. 1995.
Sastra dan Massa
. Bandung: ITB. Tarigan, H.G. 1995.
Dasar- dasar Psikosastra
. Bandung: Angkasa.
4371
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PERTANIAN PROVINSI ACEH
Elisa Khairani, SE, MSM
21
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai pada Dinas Pertanian Provinsi Aceh.. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai Dinas
Pertanian Provinsi Aceh tahun 2011 sebanyak 102 orang. Sampel penelitian diambil sebanyak 80 orang. Data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui kuesioner dan teknik dokumentansi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis faktor. Dari hasil penelitian diperoleh angka KMO Measure of Sampling Adeguacy MSA sebesar 0,874 berada di atas 0,50, dengan signifikansi 0,000, maka variabel layak untuk
dianalisis lebih lanjut. Scree plot menampakkan grafik, di mana dari faktor 1 ke faktor 2 garis sumber component number = 1 ke 2, arah garis menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari angka 2 sampai
angka 3, garis masih menurun dengan slope yang semakin kecil. Faktor keempat sudah berada di bawah angka dari sumbu Y eigenvalues. Hal ini menunjukkan bahwa tiga faktor paling bagus untuk meringkas
keenam belas faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai pada Dinas Pertanian Provinsi Aceh. Faktor yang dominan mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai pada Dinas Pertanian Provinsi Aceh
dengan nilai korelasi lebih besar dari 0,80 terdiri dari: ketegasan 0,833, waskat 0,811, sanksi hukuman 0,805. Dari ketiga variabel tersebut yang paling dominan adalah faktor ketegasan. Saran yang diberikan
kepada Dinas Pertanian Provinsi Aceh sebagai bahan pertimbangan adalah untuk meningkatkan kedisiplinan kerja pegawai, maka sebaiknya atasan lebih tegas dalam memberikan sanksi bagi pegawai
yang tidak mentaati peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Selain itu, atasan juga perlu meningkatkan pengawasan melekat terhadap daftar kehadiran pegawai, dimana jika terdapat pegawai yang sering absen
dan pulang sebelum waktunya, maka perlu diberikan teguran.
Kata kunci :
kedisiplinan
dan
pegawai
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang