4364 ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di era
globalisasi, 2 penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendi-dikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi
di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia, 3 pengembangan kemampuan profesional berkelanjutan, profesi guru merupakan profesi yang
berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan
profil guru yang profesional di era globalisasi, yaitu; 1 memiliki kepribadian yang matang dan selalu mengikuti berkembang, 2 penguasaan ilmu yang kuat, 3 keterampilan untuk mem-bangkitkan peserta didik kepada sains
dan teknologi, dan 4 pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi
perkembangan profesi guru yang professional. Apabila syarat-syarat profesionalisme guru tersebut terpenuhi, akan melahirkan profil guru yang kreatif dan dinamis yang dibutuhkan pada era globalisasi.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan maklaah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan profesionalisme guru sebagai solusi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. Uraian Teoritis 2.1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Pembelajaran sastra pada umumnya akan berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu pembelajaranteori sastra --termasuk sejarah sastra--, dan pembelajaranapresiasi sastra. Tampaknya kedua hal itu penting, hanya saja
pada tingkat sekolah tekanannya harus pada apresiasi. Jika teori-teori termasuk pada kawasan kognitif, maka apresiasi menitikberatkan pada kawasan afektif sesuai dengan taksonomi Bloom.
Untuk menguraikan pembelajaran sastra, menurut Waluyo4, kita berhadapan dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu di antaranya: 1 Sastra; 2 Ilmu Jiwa Psikologi; 3 Metode Pembelajaran Sastra; 4 Tujuan dan
Evaluasi; dan 5 Aspek Kurikulum. Selain itu, disiplin ilmu yang juga relevan dalam menangani masalah-masalah pembelajaran sastra yaitu kebudayaan, ilmu-ilmu sosial, filsafat, semiotika, dan linguistik. Disiplin-disiplin ilmu
tersebut harus menjadi pertimbangan dalam mendisain pembelajaran sastra. Seorang guru sastra, dengan demikian harus menguasai disiplin-disiplin ilmu yang relevan dengan masalah pembelajaran sastra.
2.2. Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Dalam berhada pan dengan istilah ―metode‖ perlu diperhatikan pendapat Edward M. Anthony, yang
membedakan pendekatan, metode, dan teknik dalam proses belajar mengajar. Pendekatan adalah landasan untuk menyusun metode. Di dalamnya berisi seperangkat teori dan asumsi tentang sesuatu yang sudah tidak dapat
diubah lagi. Pendekatan dikatakan bersifat aksiomatik, karena berisi aksioma, atau dalil yang harus diikuti. Metode berisi prosedur-prosedur tentang bagaimana suatu mata pelajaran yang diajarkan. Metode dijabarkan ke
dalam teknik mengajar, yaitu langkah-langkah yang benar-benar dilakukan oleh guru di kelas. Atau mengacu
4365 pada pendapat Mackey, metode adalah keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar yang meliputi hal-hal, yakni:
a Seleksi; b Grasi; c Presentasi; d Repetisi; dan 5 Evaluasi Belajar.
2.3. Masalah dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kadang-kadang untuk menggapai kriteria baik dan benar sering terbentur oleh tata kalimat, susunan kata, atau bentuk kata tertentu yang memang sulit untuk membedakannya mana yang dianggap memenuhi kaidah
penggunaan bahasa. Mungkin untuk memecahkan permasalahnnya ada baiknya menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI atau hanya sekedar melihat pedoman pembentukan bahasa baku Indonesia.
Namun tentu saja persoalan tersebut tidak hanya datang dari unsur kesalahan kaidah, terkadang ada kaidah yang memang sudah mendarah daging dan ada kecenderungan sulit untuk menghilangkanya. Misalnya
penggunaan kata himbau, saya yakini masih banyak orang Indonesia yang menggunakan kata tersebut, bahkan saya sering melihat dalam suarat dinas, masih ada juga yang menggunakannya. Padahal jika kita lihat ke dalam
kamus, tidak ada tidak akan menemukan kata tersebut karena yang benar adalah kata imbau.
2.4. Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Era Globalisasi