RKPD Kota Bandung Tahun 2016
III - 30
Langsung. Secara rinci realisasi dan proyeksi belanja dalam kurun waktu 2013-2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.12 Realisasi Belanja Tahun 2013-2014, Penetapan APBDTahun 2015,
Serta Proyeksi Belanja Tahun 2016
No Uraian
Jumlah Rp Realisasi
2013 Realisasi
2014 Penetapan APBD
2015 Proyeksi
2016
2 BELANJA
4.027.469.180.321 4.435.668.864.594
6.601.271.445.621 6.019.326.042.000
2.1 BELANJA TIDAK
LANGSUNG 2.115.995.404.687
2.340.040.677.769 2.770.565.462.000
2.769.566.926.121 2.1.1
Belanja Pegawai 1.791.058.168.884
2.006.293.221.399 2.491.379.669.346
2.481.022.884.121 2.1.2
Belanja Bunga
2.1.3
Belanja Subsidi 95.875.317.500
95.628.422.500 122.806.000.000
145.336.000.000 2.1.4
Belanja Hibah 207.644.276.589
164.426.915.411 140.379.792.654
127.208.042.000 2.1.5
Belanja Bantuan Sosial 19.951.732.000
72.791.138.800 2.1.6
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi KabKota
dan Pem. Desa Lainnya 814.044.939
835.418.959 1.000.000.000
1.000.000.000 2.1.7
Belanja Tidak Terduga 651.864.775
65.560.700 15.000.000.000
15.000.000.000
2.2 BELANJA LANGSUNG
1.911.473.775.634 2.095.628.186.825
3.830.705.983.621 3.249.759.115.879
2.2.1
Belanja Pegawai 162.332.577.849
186.822.928.770 268.522.864.881
p.m
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa
684.295.757.477 937.364.658.724
1.520.569.213.049 p.m
2.2.3 Belanja Modal
1.064.845.440.308 971.440.599.331
2.041.613.905.690 p.m
Sumber: Data RealisasiAPBD Tahun 2013 2014, Data penetapan APBD 2015 tahun berjalan
Data Proyeksi APBD 2016
3.3.4. ARAH KEBIJAKAN BELANJA DAERAH
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2016 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan,
dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran
serta menjamin efektifitas penggunaan anggaran kedalam programkegiatan.
Kebijakan belanja daerah tahun 2016 diarahkan dengan pengaturan pola pembelajaan yang proporsional,efisien dan efektif, dengan upaya sebagai berikut:
1. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang pelayanan dasar Masyarakat meliputi
urusan Pendidikan dan urusan Kesehatan serta Peningkatan Infrastruktur Kota bagi pertumbuhan ekonomi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Masyarakat
2. Efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Bandung. 3.
Belanja dalam rangka penyelenggaran urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
bentuk peningkatan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
4. Pengelolaan pembangunan melalui penerapan belanja sistem multi-tahun untuk kegiatan yang
memerlukan dana yang sangat besar dan peruntukannya untuk kepentingan publik. 5.
Mengefisienkan pengeluaran belanja yang bersifat umum dalam kegiatan pada masing-masing SKPD, sesuai dengan kompleksitas, besaran pagu anggaran dan jumlah personilnya. Kebijakan ini
terkait terutama Efisiensi Belanja Perjalanan Dinas, menekan belanja Makanan dan Minuman kegiatan serta lebih selektif dalammengakomodir usulan pengadaan Kendaraan Dinas.
RKPD Kota Bandung Tahun 2016
III - 31
6. Mengakomodir serta mempertegas proporsi usulan masyarakat melalui media Musrenbang pada
beberapa SKPD yang dapat memfasilitasi usulan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut: 1.
Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2. Mengefisienkan alokasi belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3.
Mengefisienkan alokasi dana hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah kepada kelompok masyarakat dan perorangan dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,
baik dalam bentuk fisik dan non fisik
4. Mengalokasikan bantuan keuangan yang digunakan untuk memberikan program kewilayahan di
tingkat kelurahan dan kecamatan dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan di wilayah. 5.
Mengalokasikan belanja tidak terduga, yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya
3.3.5. REALISASI DANPROYEKSI PEMBIAYAAN DAERAH 2013-2016
Pengertian pembiayaan menurut peraturan perundangan adalah sebagai berikut: Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. UU No.232014
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus Permendagri No.132006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 Istilah pembiayaan berbeda dengan pendanaan funding. Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang
dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali. Sisi pendapatan dari pembiayaan
sebagai faktor penambah sisi penerimaanpendapatan daerah dimana pos pembiayaan digunakan untuk menutupi anggaran pendapatan dan belanja daerah yang defisit.
Jenis pembiayaan daerah dapat dibedakan sebagai berikut: Penerimaan Pembiayaan, yang meliputi: SILPA tahun anggaran sebelumnya, Pencairan dana
cadangan, Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman, Penerimaan kembali pemberian pinjaman dan Penerimaan piutang daerah;
Pengeluaran Pembiayaan yang meliputi: Pembentukan dana cadangan, Penyertaan modal pemerintah daerah, Pembayaan pokok utang dan Pemberian pinjaman.
Selanjutnya Pembiayaan Netto adalah selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan Netto harus dapat menutup defisit APBD. Berikut ini ditampilkan tabel
mengenai perkembangan pembiayaan daerah tahun 2012-2015.