RKPD Kota Bandung Tahun 2016
III - 5
Sektor sekunder pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 28,70 persen terhadap total PDRB Kota Bandung atau sebesar 37,37 Trilyun Rupiah. Tapi kontribusi sektor sekunder pun menunjukan
kecenderungan menurun seperti sektor primer. Pada tahun 2010 memberi kontribusi sebesar 31,35 persen, sementara pada tahuna 2013 menurun kontribusinya menjadi 28,70 persen terhadap total PDRB
Kota Bandung.
Sedangkan Sektor Tersiermenjadikelompok sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap total PDRB Kota Bandung, menunjukan kecenderungan kontribusi yang semakian meningkat sejak tahun
2010. Pada tahun 2010 sektor tersier memberi kontribusi sebesar 68,45 persen atau sebesar 56,13 Trilyun Rupiah, meningkat kontribusinya pada tahun 2013 menjadi 71,11 persen atau sebesar 92,59
Trilyun Rupiah terhadap Total PDRB Kota Bandung.
Tabel III.2 Kontribusi Sub Sektor Terhadap Kelompok Sektor Ekonomi Tahun 2010-2013
Sektor 2010
2011 2012
2013
[1] [3]
[4] [5]
[6]
Sektor Primer 0,20
0,20 0,21
0,20
Pertanian 0,20
0,20 0,21
0,20 Pertambangan dan Penggalian
- -
-
Sektor Sekunder 31,35
30,44 29,76
28,70
Industri Pengolahan 24,38
23,51 22,55
21,56 Listrik, Gas dan Air Bersih
2,31 2,30
2,35 2,45
Konstruksi 4,67
4,63 4,86
4,69
Sektor Tersier 68,45
69,35 70,03
71,11
Perdagangan, Hotel dan Restoran 40,61
41,25 41,67
42,40 Pengangkutan dan Komunikasi
11,97 12,38
12,47 13,31
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,23
6,37 6,64
6,57 Jasa-jasa
9,64 9,35
9,25 8,82
PDRB 100,00
100,00 100,00
100,00
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 Angka Perbaikan
Angka Sementara
Berdasarkan tren kontribusi kelompok sektor dari tahun 2010 – 2013,maka dapat diprediksikan bahwa proporsi kontribusi sektor terhadap total PDRB Kota Bandung relatif tidak mengalami perubahan yang
berarti dalam kurun waktu 2010-2016. Kelompok sektor tersier masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian Kota Bandung dan semakin mempertegas bahwa penopang utama perekonomian Kota
Bandung adalah sektor jasa. Jika dilihat lebih rinci pada sektor yang termasuk dalam kelompok sektor tersier,maka sektor perdagangan, hotel,dan restoran merupakan sektor yang memberi kontribusi paling
besar. Proporsi sektor perdagangan, hotel, dan restoranpada tahun 2016 diperkirakan masih memberikan kontribusi paling besar dengan proyeksi kontribusi kurang lebih 42 persen. Selanjutnya, sektor yang
memberikan kontributor terbesar kedua adalah sektor pengangkutan dan komunikasidengan proyeksi kontribusi kaurang lebih 12 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa diproyeksikan pada kisaran 8-9 persen.
Sementara untuk kelompok sektor sekunder,sektor industri pengolahan diprediksikan masih merupakan sektor yang memberi kontribusi paling besar.Kontribusinya diperkirakan berkisar pada 21-22persen pada
tahun 2016. Bentuk indutri pengolahannya bukan merupana industri pengolahan besar yang memerlukan lahan yang luas, tapi lebih mengarah pada industri kreatif yang relatif lebih efisien yang tidak memerluhan
RKPD Kota Bandung Tahun 2016
III - 6
lahan yang luas, mesih industri yang besar dan tenaga kerja yang banyak, tapi menghasilkan nilai tambah dan harga lebih tinggi.
Adapun sektor primer yang lebih identik dengan sektor pertanian di Kota Bandung diperkirakan kecenderungan kontribusinya akanmenurun. Seiring degan banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian di Kota Bandung. Pada tahun 2016 diproyeksikan sektor pertanian akan memberikan kontribusi berkisarkurang lebih 0,20persen.
Berdasarkan data tersebut di atas dapat terlihat sub sektor yang menjadi penopang utama perekonomian Kota Bandung dan sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bandung. Secara rinci
menurut sektor ekonomi memberi kontribusi terbesar dan sektor-sektor ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung dapat dijelaskan berikut:
a. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor pedagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi di Kota Bandung yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2010 sektor
ini memberi kontribusi sebesar 40,61 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 42,40 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.
Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel dan restoran atas harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 33,30 trilyun rupiah dan meningkat menjadi 39,44 trilyun pada tahun 2011. Pada tahun 2012 NTB sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 46,30 trilyun rupiah dan kemudian meningkat menjadi 55,21 trilyun rupiah pada tahun 2013. Kegiatan perdagangan di Kota Bandung menunjukan perkembangan yang
positif setiap tahunnya, memberikan keterkaitan ke belakang backward linkadge maupun dampak ke depan forward linkadge terhadap beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung.
Tabel III.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku
Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2010-2013 Milyar Rupiah Sub Sektor
2010 2011
2012 2013
[1] [2]
[3] [4]
[5] Perdagangan
29.642,02 35.001,95
40.977,82 48.890,12
Hotel 988,20
1.171,32 1.435,41
1.709,35 Restoran
2.671,35 3.262,82
3.891,25 4.612,63
TOTAL 33.301,56
39.436,.09 46.304,47
55.212,10
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2014 Angka Perbaikan
Angka Sementara
Keterkaitan ke depan forward lingkadge dari meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor konstruksi serta sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung maka pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan
restoran perubahan sedikit saja akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.
Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang perdagangan khususnya
RKPD Kota Bandung Tahun 2016
III - 7
yang berbasis lokal. Ketersediaan barang-barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang dari produsen ke pedagang
atau konsumen akhir. Jika dirinci menurut subsektor, maka sub sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2013
sub sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 88,55 persen, sub sektor hotel memberi kontribusi sebesar 3,10 persen dan sub sektor restoran memberi kontribusi sebesar 8,35 persen.
Berdasarkan tren kontibusi sektor perdagangan di atas,hotel dan restoran pada tahun 2016 diproyeksikan akan tetap tumbuh walaupunmengalami perlambatan. Kontribusinya diperkirakan akan tetap berkisar lebih
dari 41 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Walaupun pemulihan ekonomi global belum membaik dan pertumbuhan ekonomi nasional melambat, tapi tetap optimis kegiatan perdagangan di Kota Bandung akan
menunjukkan perkembangan yang lebih positif pada tahun 2016. Sehingga mempunyai multiplier efekkepada sektor-sektor ekonomi lainnya yang dapat meningkatkan kontribusi sektor tersebut terhadap
PDRB Kota Bandung. Keterkaitan kebelakang backward linkage dari berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang-barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami
peningkatan.Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan dampak yang
cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.
b. Sektor Industri Pengolahan
Kegiatan industri di Kota Bandung hanya mencakup industri pengolahan non minyak dan gas. Pada tahun 2013 nilai tambah bruto NTB atas harga berlaku sektor industri pengolahan memberi kontribusi sebesar
21,56 persen terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2013. Seiring dengan bergesernya struktur perekonomian Kota Bandung dari sektor industri ke sektor jasa, maka kontribusi sektor industri
pengolahan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung semakin mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Kegiatan indutri pengolahan yang memberi kontribusi paling besar adalah kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang memberi kontribusi sebesar 10,75 persen. Oleh karena itu peningkatan atau
penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi kegiatan ini akan berpengaruh secara signifikan pada angka pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan secara umum. NTB kelompok kegiatan
tekstil, barang dari kulit dan alas kaki atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai 14,00 trilyun rupiah. Sementara jika dihitung berdasarkan harga konstan maka NTB kelompok kegiatan tekstil, barang
dari kulit dan alas kaki tahun 2013 mencapai 5,07 trilyun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 2,68 persen jika dibandingkan tahun 2012.
Berkembangnya industri makanan terkait kegiatan kuliner Kota Bandung pada beberapa tahun belakangan ini juga berpengaruh pada meningkatnya produksi kelompok kegiatan industri makanan. NTB
kelompok kegiatan industri makanan pada tahun 2013 senilai 2,37 trilyun rupiah. Jika dihitung berdasarkan harga konstan maka NTB kelompok kegiatan industri makanan mencapai 0,60 trilyun rupiah
atau meningkat sebesar 8,51 persen dibandingkan 2012.