17.0 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN

RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 6

2.1.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan pergudangan, wisata buatan, ruang terbuka nonhijau, ruang sektor informal, ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukan lainnya.

2.1.1.2.1 PengembanganKawasan Perumahan

Pengembangan perumahan diklasifikasikan menjadi perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan rendah. Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen, direncanakan di Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo, Andir, Bandung Kulon, BojongLoa Kidul, Regol, Babakan Ciparay, BojongLoa Kaler, AstanaAnyar, Lengkong, Sumur Bandung, BuahBatu, Batununggal, Kiara Condong, Antapani, dan Cibeunying Kidul. Perumahan kepadatan sedang rata-rata kavling bangunan direncanakan 150 m 2 , yaitu di Kecamatan Bandung Wetan, Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, MandalaJati, Arcamanik, Rancasari, dan Cibiru . Perumahan kepadatan rendah rata-rata kavling bangunan direncanakan 200 m 2 , yaitu di Kecamatan Cidadap, UjungBerung, Gedebage, Cinambo, dan Panyileukan. Kepadatan perumahan yang direncanakan ini untuk rata-rata perwilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara horizontal yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan secara vertikal diterapkan untuk perencanaan perumahan dikawasan sekitar inti pusat kota, yang saat ini merupakan kawasan sangat padat yang sebagian besar merupakan slumarea daerah kumuh dengan KDB Koefisien Dasar Bangunan yang mendekati 80- 90, sementara nilai lahannya sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Pada daerah kumuh ini akan dilakukan urbanrenewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan cara pendekatan land consolidation konsolidasi lahan maupun land sharing sharing lahan. Urban renewal dan redevelopment direncanakan pada beberapa daerah kumuh antara lain di Kelurahan Tamansari, Andir, Braga, Cigondewah, Cicadas dan Kiara Condong diatas tanah milik pemerintah daerah.

2.1.1.2.2 Pengembangan KawasanPerdagangan dan Jasa

Berdasarkan RTRWKota Bandung Tahun 2011-2031, kawasan jasa meliputi kegiatan berikut ini: a. Jasa keuangan,meliputi bank,asuransi,keuangannon bankdan pasar modal; b. jasa pelayanan,meliputi komunikasi,konsultan dan kontraktor; c. jasa profesi,meliputi pengacara,dokter dan psikolog; d. jasa perdagangan,meliputi ekspor-impor dan perdagangan berjangka;dan e. jasa pariwisata,meliputi agen dan biro perjalanan dan penginapan Kawasan jasa direncanakan untuk dikembangkan sebagai berikut: a. pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa pariwisata, dan jasa keuangan kewilayah BandungTimur; b . pengembangan kegiatan jasa profesional, jasa perdagangan, jasa pariwisata, dan jasa keuangan di SPK wilayah Bandung Timur, SPK Sadang Serang, dan sisi jalan arteri primer dan arteri sekunder sesuai dengan peruntukannya; dan c. pembatasan konsentrasi perkantoran di wilayah Bandung Barat. Untuk kawasan perdagangan di Kota Bandung terdiri atas pasar tradisional dan pusat perbelanjaan berupa grosir, eceran aglomerasi, dan eceran tunggaltoko. Pengembangan kawasan pasar tradisional akan dilakukan di pusat kegiatan yang akan dijadikan sebagai pusat sekunder. Bentuk pasar ini bisa berupa pasar modern shoppingmall, ataupun pasar tradisional namun dengan penataan dan pengaturan RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 7 yang ketat agar terjaga lingkungannya sebaiknya berupa pasar tertutupdalam gedung. Rencana pengembangan fasilitas pasar tradisional adalah sebagai berikut: a. peningkatan Pasar Induk Gedebage yang terpadu dengan pengembangan PPK Gedebage. Sejalan dengan rencana pengembangan pusat lelang ternak, maka di Gedebage juga akan dibangun pasar pusat pelelangan ternak. Untuk itu diperlukan perencanaan yang lebih lengkap, mengingat bahwa untuk pasar hewan tentu ada prasarana dan sarana khusus yang harus disiapkan seperti tempat pemeriksaan kesehatan ternak, kandang, pool kendaraan pengangkut,dan lain-lain; b. pembangunan kembali redevelopment kawasan Pasar Andir, Pasar Kiaracondong, Pasar Ciroyom, Pasar Ujungberung, dan pasar-pasar khusus lainnya c. pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukannya dan relokasi pasar lingkungan kelurahankecamatan dan sekitarnya yang sudah tidak sesuai lagi peruntukannya di 30 kecamatan d. pengaturan kegiatan perdagangan grosir diJalan Soekarno-Hatta, termasuk Pasar Induk Caringin dan Gedebage. Arahan pengembangan kawasan pusat perbelanjaan adalah sebagai berikut: a. pengendalian pusat belanja di Wilayah Bandung Barat; b. pengembangan pusat belanja ke Wilayah Bandung Timur c. pengendalian perkembangan pusat belanja dan pertokoan yang cenderung linier sepanjang jalan arteri dan kolektor.

2.1.1.2.3 Pengembangan KawasanPerkantoran

Konteks pengembangan kawasan perkantoran yang dimaksud adalah pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan. Pengembangan kawasan perkantoran Kota Bandung dilaksanakan dengan mempertahankan perkantoran pemerintah berskala nasional, provinsi dan kota pada lokasi yang sudah berkembang dan mengembangkan perkantoran pemerintahan baru di PPK Gedebage.

2.1.1.2.4 Pengembangan Kawasan Industri dan Pergudangan

Rencana pengembangan kawasan industri dan pergudangan adalah sebagai berikut: • Relokasi industri yang tidak ramah lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap lalu lintas dan jaringan jalan ke wilayah luar kota secara bertahap; • Mempertahankan industri kecil dan menengah ramah lingkungan yang ada di lingkungan perumahan; • Pengalihfungsian industri yang tidak ramah lingkungan menjadi kegiatan jasa dan perumahan; • Pembatasan kawasan pergudangan di Wilayah Bandung Barat, dan diarahkan untuk dikembangkan ke Wilayah Bandung Timur. Sedangkan pengembangan kawasan industri rumah tangga adalah sebagai berikut: • menetapkan dan mengembangkan kawasan industri rumah tangga yang terdiri atas –sentra kaos Surapati, sentra Tekstil Cigondewah, sentra Boneka Sukamulya, sentra Rajutan Binongjati, sentra Sepatu dan Olahan Kulit Cibaduyut; serta-sentra industri potensial lainnya yang dapat dikembangkan • pengembangan fasilitas kota yang menunjang kegiatan industri rumah tangga;dan • revitalisasi bangunan tuabersejarah menjadi bagian dari industri rumah tangga.

2.1.1.2.5 Pengembangan Kawasan Wisata Buatan

Rencana pengembangan kawasan wisata buatan adalah sebagai berikut: RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 8 • Mempertahankan kawasan dan bangunan bersejarah; • Pengembangan obyek wisata di Wilayah Bandung Timur; • Mempertahankan obyek wisata pendidikan dan wisata budaya kota; • Pengembangan sarana konferensi ke arah Wilayah Bandung Timur; • Pengendalian dan pembatasan kegiatan hiburan di lokasi sekitar kegiatan peribadatan, pendidikan dan perumahan.

2.1.1.2.6 Pengembangan Kawasan RuangTerbuka NonHijau RTNH

Rencana pengembangan kawasan ruang terbuka non hijau terdiri dari RTNH Publik dan RTNH Privat. RTNH publik meliputi lapangan terbuka nonhijau yang dapat diakses oleh masyarakat secara bebas. RTNH privat adalah plaza milik swasta atau perorangan yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai ketentuan yang ditetapkan.

2.1.1.2.7 Pengembangan Ruang Kegiatan Sektor Informal

Rencana pengembangan ruang kegiatan sektor informal di Kota Bandung adalah sebagai berikut: • Pembatasan ruang publik yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk kegiatan sektor informal; • Kewajiban dan insentif bagi sektor formal dalam penyediaan ruang paling kurang 10 untuk kegiatan sektor informal; • Pemanfaatan ruang publik untuk kegiatan PKL hanya diperbolehkan pada lokasi dan waktu sesuai dengan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan;dan • Ketentuan lainnya yang harus diatur adalah batas gangguan yang diijinkan, ketentuan ketertiban, kebersihan, dan keindahan kota, perlindungan terhadap fungsi utama ruang publik, serta keamanan dan keselamatan pengguna ruang publik

2.1.1.2.8 Pengembangan Ruang Evakuasi Bencana

Rencana pengembangan ruang evakuasi bencana di Kota Bandung adalah sebagai berikut: • pengembangan ruang evakuasi bencana banjir diarahkan di Taman Tegallega di Kecamatan Regol dan Stadion Utama Sepakbola di Kecamatan Gedebage; • pengembangan ruang evakuasi bencana longsor diarahkan di Taman Gasibu dan Sasana Budaya Ganesha di Kecamatan Bandung Wetan dan Sport Centre Jawa Barat di Kecamatan Arcamanik; • pengembangan taman-taman lingkungan berupa taman skala Rukun Tetangga RT, taman skala Rukun Warga RW, lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik lainnya menjadi titik atau pos evakuasi skala lingkungan dikawasan perumahan; • pengembangan ruang evakuasi bencana gempa bumi diarahkan pemanfaatan ruang terbuka publik yang cukup besar seperti dialun-alun kota, dilapangan-lapangan olahraga, halamangedung sekolah, dan lain-lain sebagai ruang evakuasi skala kota; • pengembangan ruang evakuasi bencana kebakaran diarahkan ditaman-taman lingkungan skala rukun warga dan skala rukun tetangga, lapangan olahraga, atau ruang terbuka publik.

2.1.1.2.9 Rencana Pengembangan Kawasan Peruntukan Lainnya

Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya di Kota Bandung terdiri dari, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pertanian dan pelayanan umumpendidikan, kesehatan dan peribadatan. a. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kondisi eksisting dari kawasan kegiatan militer adalah terkonsentrasi di Kota Bandung bagian Barat, yaitu berada di SWP Cibeunying dan SWP Karees. Pengembangan kawasan kegiatan militer ini direncanakan sebagai berikut: RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 9 • Mempertahankan perkantoran dan instalasi pertahanan keamanan meliputi Kawasan Pangkalan Angkatan Udara LANUD Husein Sastranagara dan Pangkalan Angkatan Laut LANAL Bandung; • Pengamanan kawasan perkantoran dan instalasi pertahanan keamanan yangbaru sesuai dengan rencana tata ruang kawasan pertahanan keamanan.

b. Kawasan Pertanian

Rencana mempertahankan kawasan pertanian yaitu mempertahankan kawasan pertanian tanaman pangan melalui intensifikasi lahan pertanian di Kecamatan Mandalajati, Ujung Berung dan Cibiru.

2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif dan berada di antara 3 tiga daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu i sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, ii sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta iii sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada, sehingga menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Selain itu, Kota Bandung yang berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang cukup tinggi juga berisiko tinggi pada berbagai bencana. Ancaman bencana geologis bagi Kota Bandung sangat besar karena dikelilingi patahan sesarfault dari 3 tiga penjuru, setiap sesar menyimpan potensi kegempaan. Di Utara Sesar Lembang, di Barat patahan Cimandiri dan di selatan patahan dengan jalur Baleendah dan Ciparay hingga Tanjungsari. Selain itu dasar Cekungan Bandung memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi akan memberikan efek yang lebih besar apabila terkena rambat gelombang gempa. Sedimentasi tertinggi terdapat di Kawasan Cibiru, Gedebage, Soekarno-Hatta dan Tol Purbaleunyi. Beberapa wilayah rawan bencana di Kota Bandung yang terindentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Daerah Rawan Banjir, diutara jalan tol Purbaleunyidan 68 enampuluh delapan lokasi; terutama daerah-daerah yang dilewati oleh 5 lima aliran sungai yaitu aliran sungai Cipaku, Cikapundung, Cibeunying, Cipamokolan dan Cipadung. 2. Daerah Rawan Bencana Gempa Bumi: Bandung Kulon, Bandung Wetan, Batununggal, Bojongloakaler, Cicendo, Cinambo, Coblong, Kiaracondong, Lengkong, Regol, Sukajadi, Sukasari dan Sumur Bandung. 3. Daerah Rawan Longsor: Cibiru, Mandalajati, Ujungberung, Cibeunying Kaler, Cidadap dan Coblong. 4. Daerah Rawan Kebakaran di permukiman padat diantaranya: Kecamatan Babakan Ciparay dan Cicendo merupakan kecamatan dengan jumlah kejadian yang terbanyak, kemudian disusul kecamatan Astana Anyar, Bandung Kidul, Bandung Wetan, Sukajadi, Bandung Kulon, Batununggal, Bojongloa Kaler, Cibeunying kidul dan Cibiru. 5. Daerah rawan bencana letusan gunung berapi Berikut merupakan rencana penangan kawasan bencana di Kota Bandung. RKPD Kota Bandung Tahun 2016 II - 10 Tabel II.5 Rencana Penanganan Kawasan Bencana No Rencana Penanganan Kawasan Bencana 1 Rencana penanganan rawan bencanakebakaran a. pengembangan sistemp roteksi kebakaran pada bangunan;dan b. peningkatan cakupan pelayanan penangulangan bencana kebakaran 2 Rencana penanganan rawan bencana gerakan tanah a. relokasi bangunan diwilayah rawan bencana longsor b. pengendalian pembangunan diwilayah rawan gerakan tanah 3 Rencana penanganan rawan bencana genangan banjir a.rehabilitasi dan penataan saluran drainase jalan; b.peningkatan kapasitas saluran drainase jalan; c. pengendalian terhadap alih fungsi lahan;dan d.peningkatan peresapan air melalui rekayasa teknis 4 Rencana penanganan rawan bencana gempa bumi pengendalian pembangunan pada kawasan rawan gempa bumi sesuai dengan tingkat kerentanan bencana. 5 Rencana penanganan rawan bencana letusan gunung berapi pengendalian pembangunan padakawasan rawan letusan gunung berapi sesuai dengan tingkat kerentanan bencana.

2.1.1.4 Demografi

Pendudukatau masyarakat merupakan titik sentral dalam pembangunan people-centered development. Hal tersebut menjadi penting karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan. Besaran, komposisi, kualitas, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial, serta kebijakan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, namun memiliki kualitas yang rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang semakin terbatas. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan. Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kota Bandung tercatat sebanyak 2.506.830jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 0,92 dari jumlah penduduk tahun 2013 yang berjumlah 2.483.977 jiwa. Pertumbuhan penduduk ini selain akibat pertumbuhan penduduk secara alami fertilitas yang cukup tinggi, juga disebabkan adanya pertumbuhan penduduk migrasi, dimana terdapat migrasi masuk yang lebih besar dari migrasi keluar. Aktivitas sosial dan ekonomi yang semakin kompleks dan berkembang pesat di Kota Bandung dibandingkan dengan kabupatenkota lainnya menjadikan salah satu daya tarik pull factors bagi sebagian orang untuk mencari penghidupan di Kota Bandung.Besaran jumlah penduduk tersebut mendiami wilayah seluas 167,30 km 2 , sehinggarata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2014 adalah 14.983 jiwa per km 2 , atau meningkat sebesar 0,92 selama periode tahun 2013 – 2014.