Kondisi Lingkungan Teluk Un .1 Status dan Sejarah Kawasan Teluk Un

85 4.3 Teluk Un 4.3.1 Status dan Sejarah Kawasan Teluk Un Teluk Un adalah merupakan perairan semi tertutup yang berada di dalam petuanan Desa Taar dengan posisi geografis 132 o 45`26`` - 132 o 45`44`` BT dan 5 o 38`18`` - 5 o Pemanfaatan potensi sumberdaya laut teluk ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Apalagi karena berada dalam pusat pengembangan Kota Tual maka dikhawatirkan dimasa datang akan terjadi tekanan eksploitasi maupun tekanan lingkungan lainnya terhadap sumberdaya teluk ini bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk sebagai konsekuensi pengembangan Kota Tual. Teluk ini merupakan daerah penangkapan ikan bagi nelayan tradisional dan lokasi budidaya. Untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada, maka sejak tahun 2003 telah disepakati sistim penutupan areal perairan moratorium bagi eksploitasi segala jenis biota di dalam teluk ini oleh masyarakat Desa Taar. Pranata sosial budaya ini disebut dengan istilah Sasi atau yang dalam bahasa lokal disebut Yutut dan dikenal sebagai salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat yang ada disana. Praktek pelaksanaan sasi seperti ini sudah dilaksanakan berkali- kali di Teluk Un oleh masyarakat desa Taar sebagai pemilik adat teluk tersebut. 38`40`` LS dan membujur dari Timur laut ke Barat daya. Teluk ini berjarak kurang lebih 2 km dari pusat kota. Teluk Un memiliki kanal sepanjang kurang lebih 100 m dengan lebar 52 m yang menghubungkannya dengan Teluk Vid Bangir di bagian Barat daya Teluk Un. Potensi sumberdaya hayati laut Teluk Un banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Taar dan penduduk lain yang tinggal berdekatan dengan teluk tersebut. Teluk ini dikenal sebagai ladang ikan beronang Siganus sp, kepiting rajungan Portunus pelagicus, dan berbagai jenis moluska seperti teripang Holothuria sp, tiram Saccostrea cucullata dan Saccostrea echinata yang telah lama dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan protein masyarakat.

4.3.2 Kondisi Lingkungan

a. Kondisi Fisik Pulau Dullah merupakan dataran yang relatif landai dengan ketinggian ±100 meter diatas permukaan laut dengan beberapa bukit rendah di tengah pulau Dullah. Kemiringan lereng di pulau Dullah secara umum berkisar antara 0 - 8 86 dan 8 - 15. Desa-desa pada umumnya berada pada wilayah dengan ketinggian antara 0 - 100 meter diatas permukaan laut. Topografi daratan di sekitar Teluk Un sangat landai terutama daratan di bagian Timur teluk tersebut, terkecuali bagian barat pulau Kalvik yang berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan lebih dari 40 yang terbentang dari Utara ke Selatan. Kemiringan topografi daratan bagian Barat laut Teluk Un lebih besar dari 1 terhitung dari batas pasang tertinggi. Untuk lingkungan perairan, batimetri dasar perairan Teluk Un sangat datar terutama pada bentangan Utara-Selatan. Kemiringan rata-rata dasar perairan Teluk Un termasuk dataran pasang surut adalah sebesar 0,12. Persentase kemiringan dasar perairan ini tergolong sangat landai menuju kedalaman terbesar di bagian Selatan teluk tersebut yaitu berdekatan dengan ujung Timur kanal teluk tersebut. Kedalaman terbesar teluk ini adalah 12 meter pada saat surut terendah Z o atau akan mencapai 14,60 meter pada saat pasang tertinggi karena tunggang pasut tidal range perairan kepulauan Kei adalah ±2,60 meter. Bentuk batimetri dataran pasang surut Teluk Un seperti ditunjukan pada Gambar 9. Gambar 3 . Topografi rata-rata dasar perairan Un diukur terhadap batas pasang tertinggi sebagai referensi. Jarak dari batas pasang tertinggi m 20 40 60 80 100 K et inggi an dar i pas ang ter ti nggi m 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Gambar 9 Batimetri rata-rata dasar perairan Teluk Un diukur terhadap batas pasang tertinggi. Sumber: Laporan Hasil Identifikasi Calon KKLD Maluku Tahun 2006. 87 Gambar 9 memperlihatkan bahwa dari garis pantai hingga jarak 20 meter ke arah bagian tengah Teluk Un kedalaman perairan bertambah secara perlahan- lahan, pada jarak 20 hingga 60 m hampir tidak ada penambahan kedalaman datar, kemudian pada jarak 60 hingga 80 m kedalaman berkurang makin dangkal dan setelah 80 m kedalaman makin bertambah secara perlahan-lahan menuju bagian Selatan teluk tersebut . Iklim di sekitar kawasan Teluk Un dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia, juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua Australia di bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan iklim. Keadaan musim teratur, musim Timur kemarau berlangsung dari bulan April sampai Oktober, sedangkan musim Barat penghujan berlangsung dari bulan Oktober sampai Pebruari. Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan MaretApril peralihan pertama dan OktoberNopember peralihan kedua. Biasanya pada bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. Curah Hujan antara 2.000 – 3.000 mmtahun, suhu rata-rata untuk tahun 2007 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun - Langgur adalah 27,7ºC dengan suhu minimum 21,3ºC dan maksimum 33,6ºC. Kelembaban rata-rata 83,1, penyinaran matahari rata-rata 62,2 dan tekanan udara rata-rata 1.010,1 milibar. Untuk lingkungan pantai dan perairan, kisaran ukuran partikel substrat perairan Teluk Un terdiri dari pebbles hingga lempung. Lebar dataran pasut dapat mencapai lebih dari 200 meter dan memiliki dasar perairan yang sangat landai. Karena kondisi dasar perairannya yang landai dan kisaran pasut wilayah ini yang tergolong dalam mesotidal 2,50 meter menyebabkan saat surut sebagian besar perairan ini mengalami kekeringan. Kecuali di areal sekitar kanal dan kanal itu sendiri yang tidak memiliki mintakad pasang surut karena relatif lebih dalam. Teluk Un berhubungan dengan Teluk Vid Bangir melalui kanal tersebut. Batuan penyusun pantai kawasan Teluk Un umumnya terdiri dari terumbu karang dan batuan kapur. Pada ujung Utara teluk ini terdapat sumber air tanah yang merembes ke dalam teluk tersebut. Substrat lumpur di teluk ini umumnya berasosiasi dengan ekosistem bakau, sehingga kandungan lumpur ini umumnya 88 terdiri dari serasah daun mangrove. Perairan teluk ini relatif belum tercemar walaupun jumlah pemukiman di sekitar teluk tersebut semakin meningkat. Kepekaan teluk ini terhadap pencemaran relatif kecil karena memiliki waktu menetap massa air yang singkat yaitu kurang lebih 9 jam. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan yang sempit dan dangkal dengan kecepatan arus di kanal yang umumnya mencapai 0,5 mdetik Renjaan dan Pattisamalo 1999. b. Kondisi Oseanografi Arus dominan di Teluk Un adalah arus pasang surut, dari hasil pengukuran arus secara tertambat eularian berdasarkan laju disolusi kapur tulis pada bulan Oktober dan November 1997 diketahui bahwa bahwa kecepatan arus di dalam Teluk Un baik di dalam maupun di luar areal padang lamun memiliki kisaran antara 0,35 - 1,12 mdetik. Pada saat air bergerak pasang kecepatan arus rata-rata adalah 0,31 mdetik sedangkan pada saat surut adalah 0,24 mdetik. Kehadiran padang lamun dapat mereduksi kecepatan arus sebesar 0,002 – 0,025 mdetik Polanunu 1998. Hal ini menunjukkan bahwa zonasi di belakang padang lamun relatif kurang dinamis dibandingkan di depannya, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap suplai oksigen, makanan, maupun proses remineralisasi sedimen. Kecepatan rata-rata arus pada kanal menunjukan kondisi yang sama yaitu pada saat pasang kecepatan rata-rata adalah 0,54 mdetik sedangkan pada saat surut kecepatan rata-ratanya adalah 0,51 mdetik Renjaan dan Pattisamalo 1999. Karena tipe pasang surut perairan ini adalah pasang campuran mirip harian ganda maka arus pasang surut pada suatu titik di Teluk Un akan berubah arah dan kecepatannya sebanyak empat kali. Kecepatan arus pada kanal teluk ini sangat mempengaruhi cepat lambatnya pergantian massa air di dalam teluk tersebut, hal ini berkaitan dengan kepekaan teluk tersebut terhadap polusi maupun dalam menentukan input dan output bibit propagule, misalnya larva biota laut yang terbawa arus ke teluk tersebut. Renjaan dan Pattisamalo 1999 mengemukakan bahwa lama waktu menetap residence time atau lama waktu singgah transit time massa air di teluk tersebut diperkirakan kurang dari 9 jam. Dalam kurun waktu yang singkat ini Teluk Un dapat memperbaharui massa airnya maupun kondisi bio-ekologisnya. 89 Nilai salinitas sangat mempengaruhi sebaran fauna maupun flora pada suatu perairan teluk. Distribusi jenis mangrove tertentu atau distribusi kerang tertentu sangat dipengaruhi oleh nilai kisaran salinitas. Misalnya Saccostrea echinata tidak mampu bertoleransi terhadap salinitas rendah, sebaliknya Saccostrea cucullata mampu bertoleransi terhadap salinitas Tinggi. Hal ini menentukan keberadaan species-species ini di dalam teluk Un. Berdasarkan pengukurun secara terus menerus selama 15 hari pada kanal teluk tersebut, maka diketahui bahwa nilai salinitas berkisar antara 31 - 35‰, dimana salinitas pada saat surut lebih rendah dari salinitas pada saat pasang Renjaan dan Pattisamalo 1999. Sedangkan nilai salinitas yang dipantau selama sebulan Oktober - November 1999 di dalam Teluk Un menunjukkan bahwa nilai salinitas berkisar antara 33 - 35‰. Pola angin di Pulau Dullah khususnya di sekitar Teluk Un pada umumnya sama dengan di wilayah lain di Kepulauan Kei. Karena luas kawasan Teluk Un yang relatif kecil, maka angin tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap permukaan laut di dalam teluk tersebut. Hasil pengukuran Polanunu 1998 menunjukan bahwa pada bulan Oktober dan Nopember musim peralihan II arah angin umumnya datang dari Barat daya lokasi kanal. Disamping itu berdasarkan pengukuran menggunakan Anemometer pada ketinggian dua meter di atas permukaan laut Teluk Un memperlihatkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 0,3 - 4,7 knot. Kecepatan ini hanya mampu menimbulkan riak karena wilayah pembentukan gelombang fetch dari teluk ini relatif sangat sempit. Tipe pasang surut di kawasan Teluk Un adalah pasang campuran mirip harian ganda mixed predominantly semi-diurnal tide. Tipe pasang ini dicirikan dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari dimana pasang pertama lebih besar dari pada pasang yang kedua. Pasang tertinggi di perairan ini terjadi pada bulan April dan Desember. Hal ini bersamaan dengan musim pemijahan cacing laor Perinereis cultrifera atau dalam bahasa setempat disebut Es’u. Oleh karena itu masyarakat setempat menyebutnya Metruat Es’u yang berarti pasang laor cacing laut, sedangkan surut terendah terjadi pada bulan Oktober. Karena kondisi topografi Teluk Un yang sangat landai, maka sebagian besar wilayah perairannya mengalami kekeringan. Pada saat itu terjadi eksploitasi pengumpulan berbagai hasil laut secara besar-besaran oleh masyarakat setempat. 90 Surut terbesar di bulan Oktober itu dikenal sebagai Meti Kei atau dalam bahasa setempat disebut Met Ef yang umumnya bersamaan dengan musim kemarau dan suhu udara yang relatif tinggi. Berdasarkan pengukuran suhu permukaan di kanal Teluk Un secara terus- menerus selama 15 hari pada bulan Oktober - Nopember 1997, dengan interval waktu pengukuran tiap 30 menit, diketahui bahwa suhu permukaan massa air yang masuk inflow dan yang keluar outflow dari Teluk Un berkisar antara 27 - 33°C. Suhu rata-rata inflow adalah 27,5 o C sedangkan suhu rata-rata outflow adalah 27,7 o C Renjaan dan Pattisamalo 1999. Sedangkan suhu rata-rata di dalam teluk tersebut berdasarkan pengukuran selama sebulan adalah berkisar antara 29 - 31 o c. Kondisi Biologis C. Tingginya suhu air laut di dalam teluk dan yang ditransport dari bagian dalam teluk, dibandingkan dengan suhu air laut yang ditransport dari luar Teluk Un, diduga berhubungan dengan kondisi batimetri Teluk Un yang dangkal dan relatif sempit, sehingga proses pemanasan tubuh air di bagian dalam teluk relatif lebih cepat di bandingkan dengan bagian luar teluk yang relatif lebih dalam. Flora dan fauna darat di sekitar kawasan Teluk Un diantaranya adalah tumbuhan Nipah Nypa fruticans yang tumbuh di bagian darat ekosistem mangrove. Pada bagian Utara tumbuhan pantai tersebut tumbuh pohon jenis Ketapang Terminalia catapa, Waru laut Hibiscus tiliaceus, lebih jauh ke darat tumbuh Pandan darat Pandanus tectorius. Terdapat pula Cemara darat Casuaria equisetifolia, demikian pula berbagai jenis tumbuhan anggrek Dendrobium sp yang mendiami batang dan dahan mangrove. Pepohonan tersebut juga menjadi habitat bagi berbagai jenis burung seperti Kakatua Cacatua sp dan Nuri Lorius sp. Kakatua Tanimbar Cacatua gofini merupakan jenis endemik yang hanya ada di Kepulauan Yamdena dan Kepulauan Kei, serta Kakatua Cacatua galerita eleonora yang juga merupakan jenis endemik kepulauan Kei Kecil, Aru dan Seram Timur, kedua jenis kakatua ini dilindungi Undang-Undang dan terdaftar sebagai species langka dalam CITES Convention on International Trade in Endangered Species . Pada pepohonan dengan kanopi yang besar dan lebat, hidup berbagai jenis Kuskus antara lain seperti Kuskus 91 coklat biasa Phalanger orientalis, Kuskus kelabu Phalanger gymnotis, dan Kuskus totol hitam Phalanger rufoniger. Untuk flora dan fauna laut, mangrove dan lamun mendominasi kawasan perairan Teluk Un, sedangkan karang hanya terdapat pada ujung timur kanal kanal tersebut. Mangrove mengitari hampir keseluruhan teluk, demikian pula lamun yang hampir menutupi 50 dasar perairan teluk tersebut. Mangrove, lamun dan karang merupakan ekosistem produktif perairan tropis, kehadiran ketiga ekosistem ini menopang keberlanjutan ekosistem perairan karena merupakan habitat bagi berbagai fauna, yakni sebagai daerah pemijahan spawning ground, daerah asuhan nursery ground dan daerah mencari makan feeding ground bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Mangrove sendiri memasok unsur hara ke dalam perairan karena serasah mangrove dirombak oleh bakteri dan fungi menjadi zat hara nutrien terlarut yang dapat dimanfaatkan fitoplankton, alga ataupun mangrove itu sendiri dalam fotosintesis, sebagiannya sebagai partikel serasah detritus yang dimakan oleh ikan, kepiting, dan udang. Selain mangrove, lamun, dan karang, pada kawasan perairan Teluk Un juga dijumpai makrofauna yang terdiri dari kelompok Moluska, Ekinodermata, Arthropoda, Annelida, dan beberapa spesies dari kelompok lainnya. Hasil sampling dari 10 transek pengamatan seperti ditunjukan pada Tabel 15. Dari Tabel 16 diketahui bahwa Bronia sp dari kelas Annelida merupakan jumlah terpadat yakni 1,55 indm 2 diikuti oleh Eunice sp dari kelas yang sama dengan tingkat kepadatan 1,42 indm 2 , kemudian Pitar manilae dari kelas Molluska dengan tingkat kepadatan sebesar 1,42 indm 2 , sedangkan Owenia sp dari kelas Annelida merupakan jenis dengan jumlah paling jarang yakni 0,06 indm 2 . Disamping itu, keberadaan plankton juga tidak dapat diabaikan. Dalam struktur tropik, phytoplankton merupakan kelompok organisme yang berada pada struktur dasar atau produksi primer di dalam rantai makanan di laut. Dari hasil analisis terhadap populasi plankton terlihat bahwa kondisi plankton cukup baik dengan tingkat kestabilan komunitas berada pada kondisi sedang. Zooplankton merupakan spesies yang pada struktur tropik rantai makanan berada pada tingkatan kedua. Berdasarkan tingkat kepadatan, populasi zooplankton lebih rendah dibandingkan dengan populasi phytoplankton. 92 Tabel 15 Kelas dan spesies makrofauna di Teluk Un No. KelasSpesies Kepadatan indm 2 MOLUSKA 1 Abra sp. 0,26 2 Donax variagatus 0,34 3 D. vittatus 1,32 4 D. compresus 0,56 5 Perna viridis 0,18 6 Pitar manilae 1,42 7 Rhinoclavis vertagus 0,72 8 Tellina radiate 2,80 9 Terebellum terebellum 0,22 EKINODERMATA 1 Amphiura sp. 0,42 2 Dendraster excentrias 0,38 3 Holothuria atra 0,18 4 Protoreaster nodosus 0,44 5 Synapta recta 0,22 ARTHROPODA 1 Macropthalmus sp. 0,24 2 M. ceratophorus 0,32 3 Penaeus sp. 1,34 ANNELIDA 1 Autolytus sp. 0,56 2 Axiotella sp. 1,12 4 Bronia sp. 1,55 5 Capitella sp. 1,12 6 Eunice sp. 1,52 7 Nereis sp. 0,80 8 Owenia sp. 0,06 9 Polynea sp. 0,86 KELOMPOK LAIN 1 Aspidosiphon sp. 0,22 2 Sipunculus sp. 0,42 3 Plumularia sp. 0,30 Sumber: Laporan Hasil Identifikasi Calon KKLD Maluku Tahun 2006. Hasil sampling larva selama 15 hari berturut-turut yang dilakukan dengan interval waktu sampling 30 menit selama bulan Oktober - November 1997 di kanal Teluk Un Renjaan dan Pattisamallo 1999 seperti ditunjukan pada Tabel 16. 93 Tabel 16 Plankton yang terbawa arus pasut dari dan ke Teluk Un Arah arus Klas Ordo Genus Arus masuk inflow ke Teluk Un saat pasang Gastropods Heteropod Atlanta Pteropod Limacina Archeogastropod Nerita Bivalvia Un-identified Un-identifed Arus keluar outflow dari Teluk Un saat surut Gastropods Heteropod Atlanta Pteropod Limacina Peraclis Diacria Creseis Archeogastropod Nerita Bivalvia Un-identified Un-identified Sumber: Laporan Hasil Identifikasi Calon KKLD Maluku Tahun 2006. Dari hasil sampling tersebut diketahui bahwa jumlah jenis plankton yang terbawa oleh arus dari dalam ke luar Teluk Un lebih banyak bila dibandingkan dengan yang terbawa oleh arus dari luar ke dalam Teluk Un. Tercatat 3 jenis plankton holoplankton yang hanya didapatkan terbawa oleh arus dari dalam laguna ke luar laguna, hal ini mengindikasikan bahwa Teluk Un pada saat itu merupakan wilayah sumber source bagi ketiga jenis plankton tersebut. Demikian pula bahwa jumlah kepadatan plankton untuk setiap jenis yang terbawa oleh arus surut dari dalam Teluk Un lebih banyak dari yang terbawa oleh arus pasang dari luar teluk tersebut. d. Kondisi Kimia Perairan Salah satu indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menilai kualitas perairan adalah pengamatan parameter kimia perairan. Dari hasil analisis terlihat bahwa kualitas perairan di sekitar perairan Kei Kecil dan Pulau Dullah berada dalam kondisi yang relatif baik dan tidak mengalami perubahan akibat masukan bahan-bahan kimia dan logam berat ke lingkungan perairan, sehingga dapat digunakan untuk kegiatan budidaya laut. Namun di beberapa tempat perairan Kei Kecil telah terjadi kelebihan kandungan logam cadmium yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan dalam badan air. Tingginya kandungan logam cadmium 94 ini banyak disebabkan oleh buangan limbah dari kegiatan penduduk disekitar perairan dan aktivitas lainnya di sekitar pelabuhan Tual. Kondisi kimia perairan di sekitar perairan Kei Kecil dan Pulau Dullah seperti ditunjukan pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai parameter kimia air laut di sekitar perairan Kei Kecil dan Pulau Dullah No Parameter Satuan Nilai 1 PH - 7,71 2 DO mgl 6,912 3 Sulfida H 2 mgl S 0,01 4 COD mgl 20,45 5 Amonia NH 3 mgl -N 0,007 6 Nitrat NO3-N mgl 0,015 7 Nitrit NO2-N mgl 0,006 8 Sianida CN mgl 0,01 9 Phosfat mgl 0,002 10 Raksa Hg mgl 0,001 11 Kadmium Cd mgl 0,041 12 Timah Hitam Pb mgl 0,006 13 Tembaga Cu mgl 0,017 Sumber : Data Spasial Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Tahun 2003.

4.3.3 Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut