Daya Dukung Sebagai Dasar Penentuan Peruntukan Lahan

32 tetapi juga terhadap aspek-aspek lainnya yaitu aspek-aspek sosial, ekonomi, dan juga ekologis. 3 Daya Dukung Ekonomi Menurut Scones 1993 daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi, dalam hal ini digunakan parameter-parameter kelayakan usaha secara ekonomi seperti Net Present Value NPV, Benefit Cost Ratio BC Ratio, dan Internal Rate of Return IRR. 4 Daya Dukung Sosial Menurut Piagram 1983 daya dukung sosial suatu kawasan dinyatakan sebagai batas tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan di dalam suatu kawasan, dimana dalam kondisi yang telah melampaui batas daya dukung ini akan menimbulkan penurunan dalam tingkat dan kualitas pengalaman atau kepuasan pengguna pemakai pada kawasan tersebut. Terganggunya pola, tatanan atau sistem kehidupan dan sosial budaya manusia indvidu, kelompok pemakai ruang tersebut, yang dapat dinyatakan sebagai ruang sosialnya, juga merupakan gambaran telah terlampauinya batas daya dukung sosial ruang tersebut. Disamping dampak yang terjadi yang mengganggu kenyamanan atau kepuasan pemakai kawasanruang ini, dampak negatif lanjutan lainnya dapat terjadi misalnya menurunnya spesies biota di suatu kawasan. Konsep daya dukung sosial pada suatu kawasan merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam menggunakan ruang pada waktu yang bersamaan, atau persepsi pemakai kawasan terhadap kehadiran orang lain secara bersama dalam memanfaatkan suatu area tertentu. Konsep ini berkenaan dengan tingkat kenyamanan dan apresiasi pemakai kawasan karena pengaruh over-crowding pada suatu kawasan.

2.7.2 Daya Dukung Sebagai Dasar Penentuan Peruntukan Lahan

Soerianegara 1978 mengemukakan bahwa untuk mengetahui daya dukung lahan atau lingkungan, harus diperhitungkan semua potensi yang ada di wilayah yang bersangkutan dan faktor kendala apa saja yang mempengaruhi potensi tersebut dalam jangka panjang. Tanda-tanda dilampauinya daya dukung lingkungan adalah adanya kerusakan lingkungan. Selanjutnya dikatakan bahwa 33 untuk populasi manusia batasan daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh suatu satuan luas sumberdaya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Menurut Bengen 2002b dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam di pulau-pulau kecil, faktor daya dukung lahanlingkungan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa sumberdaya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila dikelola dengan tetap memperhatikan daya dukung lahan dan lingkungannya. Selanjutnya dikatakan bahwa, nilai yang dihasilkan dari perhitungan atau pendekatan daya dukung dari sumberdaya alam dan lingkungan adalah penting untuk menentukan bentuk-bentuk pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut terutama dalam tujuan menjaga, mengendalikan, dan juga melestarikan lingkungan. Penilaian yang sistematik terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang menjadi dasar dari kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dilakukan terutama untuk mengetahui potensinya. Dengan pendekatan ini maka akan dapat diketahui kapasitas dari suatu kawasan atau ekosistem yang dinilai, yang selanjutnya akan dapat merupakan ukuran danatau nilai pendugaan terhadap kualitas sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut Dahuri 1998 kawasan pulau-pulau kecil sangat rentan secara ekologis. Selain itu wilayah ini memiliki keterkaitan ekologis, sosial ekonomi dan sosial budaya dengan ekosistem disekitarnya. Dengan alokasi ruang yang didasarkan pada daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya antara masyarakat dan integrasi kegiatan sosial ekonomi yang sudah berlangsung selama ini, akan memberikan pilihan investasi yang tepat. Tata ruang dengan pendekatan ekosistem harus menjadi instrumen kebijakan utama untuk menjaga keamanan dan keselamatan sosial budaya dan ekologis dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Dengan demikian, menurut Dahuri 2001 tahapan untuk menetapkan atau menentukan daya dukung pulau kecil adalah : 1 Menetapkan batas-batas, vertikal, horisontal terhadap garis pantai pulau kecil sebagai suatu unit pengelolaan. 2 Menghitung luasan wilayah pulau kecil yang dikelola. 34 3 Mengalokasikan zona wilayah menjadi tiga yaitu, zona preservasi, zona konservasi dan zona pemanfaatan. 4 Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan. 5 Melakukan penghitungan tentang potensi dan distrubusi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tersedia, misalnya stock assessment sumberdaya perikanan, potensi hutan mangrove, pengkajian ketersediaan air tawar, pengkajian tentang kapasitas asimilasi dan pengkajian tentang permintaan internal terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Mengingat rentannya ekosistem pulau-pulau kecil, pemerintah melakukan pembatasan kegiatan yang sudah terbukti menimbulkan dampak negatif yang luas,baik secara ekologis maupun sosial. Pemerintah hanya mengizinkan pengelolaan pulau-pulau kecil untuk konservasi, budidaya laut, ekowisata, serta usaha penangkapan ikan dan industri perikanan yang lestari. Dalam usaha pemanfaatan pulau-pulau kecil ini oleh pengusaha dari luar pulau, pemerintah menjadi fasilitator pelibatan masyarakat dalam berbagai bentuk, seperti akses berusaha bagi penduduk lokal, kemitraan usaha dan penyertaan modal. Dahuri 1991 mengemukakan bahwa pembangunan pulau-pulau kecil dan sumberdaya alamnya yang berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila setiap kegiatan pembangunan ditempatkan pada lokasi-lokasi yang sesuai secara biofisik di wilayah yang bersangkutan. Implementasi yang berhasil dari setiap kerangka pengelolaan pulau-pulau kecil akan bergantung pada apakah kerangka tersebut dirancang berdasarkan pada kondisi sosial ekonomi dan kondisi sosial budaya yang ada serta susunan kelembagaan dari wilayah tersebut Pengelolaan berkelanjutan suatu wilayah kepulauan secara ekologis menurut Dahuri 1998 memerlukan 4 persyaratan yaitu: 1 Setiap kegiatan pembangunan seperti tambak, pertanian, dan pariwisata harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan cara membuat peta kesesuaian lahan land suitability termasuk juga perairannya. 2 Jika memanfaatkan sumberdaya yang dapat pulih, seperti penangkapan ikan di laut, maka tingkat penangkapannya tidak boleh melebihi potensi lestari 35 stok ikan tersebut. Demikian juga jika kita menggunakan air tawar biasanya merupakan faktor pembatas terpenting dalam suatu ekosistem pulau-pulau kecil, maka laju penggunaannya tidak boleh melebihi kemampuan pulau tersebut untuk menghasilkan air tawar dalam kurun waktu tertentu. 3 Jika kita membuang limbah ke lingkungan pulau, maka jumlah limbah bukan limbah B 3 4 Jika kita memodifikasi bentang alam landskap suatu pulau seperti penambangan pasir dan reklamasi atau melakukan kegiatan konstruksi di lingkungan pulau, khususnya di tepi pantai, seperti membangun dermaga jetty dan hotel, maka harus sesuai dengan pola hidrodinamika setempat dan proses-proses alami lainnya. , tetapi jenis limbah yang biodegradable tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan pulau tersebut.

2.8 Pendekatan Sistem