Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Pulau-Pulau Kecil

13 menentukan daya dukung suatu sistem pulau kecil dan menopang kehidupan manusia dan segenap kegiatan pembangunan. 4 Produktivitas sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di setiap unit ruang lokasi di dalam pulau dan yang terdapat di sekitar pulau seperti ekosistem terumbu karang dan perairan pesisir saling terkait erat satu sama lain Mc Elroy et al. 1990; Dahuri 1998. 5 Budaya lokal kepulauan kadangkala bertentangan dengan kegiatan pembangunan. Berdasarkan beberapa kendala tersebut, bukan berarti pulau-pulau kecil tidak dapat dibangun atau dikembangkan, melainkan pola pembangunannya harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis, khususnya adalah bahwa tingkat pembangunan secara keseluruhan tidak boleh melebihi daya dukung suatu pulau, dampak negatif pembangunan hendaknya ditekan seminimal mungkin sesuai dengan kemampuan ekosistem pulau. Selain itu, setiap kegiatan pembangunan yang akan dikembangkan di suatu pulau seyogyanya memenuhi skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan serta sesuai dengan budaya lokal Dahuri 1998.

2.1.3 Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil

Cicin Sain 1993 in Adrianto 2004 mengemukakan bahwa strategi pengelolaan lingkungan di pulau-pulau kecil sudah sejak lama dilakukan secara parsial dan individualistik. Strategi pengelolaan seperti ini gagal memahami bahwa seluruh komponen kegiatan di pulau-pulau kecil terkait satu sama lain dan bahwa interaksi dan hasil dari seluruh kegiatan di pulau-pulau kecil dapat menciptakan reaksi berganda sekaligus berantai dari persoalan dan tekanan terhadap ekosistem dan komunitas di pulau-pulau kecil. Selanjutnya dikatakan bahwa seluruh kegiatan sosial ekonomi masyarakat di pulau-pulau kecil memiliki dampak langsung terhadap lingkungan daratan dan laut. Selain itu pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap bencana alam seperti angin topan, gempa bumi, dan kenaikan permukaan laut. Dalam konteks ini maka Cambers 1992 in Adrianto 2004 menganjurkan bahwa strategi pengelolaan pulau-pulau kecil harus dapat mengkaitkan seluruh kegiatan dan stakeholders yang ada di pulau-pulau kecil dengan menggunakan pendekatan terkoordinasi. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pulau-pulau 14 kecil paling tidak terdapat 5 proses, yaitu proses alam, proses sosial, proses ekonomi, perubahan iklim, dan proses pertemuan antara daratan dan laut yang masing-masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 3 komponen pulau- pulau kecil yaitu sistem lingkungan daratan, sistem lingkungan laut, dan sistem aktikvitas manusia, sehingga harus dikelola secara terpadu. Dalam konteks keterpaduan, maka pendekatan berbasis keberlanjutan sistem wilayah pesisir di pulau-pulau kecil menjadi sebuah syarat mutlak. Bengen 2002a mengatakan bahwa pentingnya pengelolaan pulau-pulau kecil secara terpadu karena: ukuran pulau kecil yang terbatas, sehingga pulau kecil tidak berdiri sendiri tetapi memiliki keterkaitan fungsional sebagai gugus pulau; adanya keterkaitan ekologis antar ekosistem pesisir; pemanfaatan sumberdaya pesisir yang beragam dapat menimbulkan berbagai konflik; pulau- pulau kecil dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat dengan preferensi yang berbeda; dan adanya sifat common property dari sumberdaya pesisir. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengelolaan terpadu adalah pengelolaan secara komprehensif dengan memperhatikan secara mendalam dan menyeluruh sumberdaya alam yang unik; mengoptimalkan pemanfaatan serbaneka ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut; mengintegrasikan aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya dalam pengelolaan; serta meningkatan pendekatan interdisiplin dan koordinasi antar sektor dalam masalah pesisir. Sedangkan target pengelolaan pulau-pulau kecil adalah untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas sumberdaya dan lingkungan pesisir, serta meningkatkan kualitas sosial dan ekonomi masyarakat pesisir. Dalam kaitannya dengan program pemanfaatan pulau-pulau kecil di Indonesia, maka yang diperlukan adalah beberapa aspek normatif, akurat dan data baru. Berdasarkan kondisi, potensi dan peluang dalam optimasi sumberdaya maka Hidayat 1998 mengusulkan beberapa bahan pertimbangan sebagai berikut: 1 keterpaduan dan keberlanjutan; 2 pemberian nilai ekonomi lingkungan; 3 penataan ruang; 4 pengamanan fungsi lindung; 5 pemberdayaan masyarakat setempat; 6 peningkatan pendapatan masyarakat; 7 pengendalian pencemaran dan kualitas air; dan 8 pembangunan kawasan pemukiman. 15 Dalam konteks arahan pengelolaan pulau-pulau kecil, kegiatan pemanfaatannya hanya diperuntukan bagi kegiatan berbasis konservasi. Artinya, pemanfaatan untuk berbagai kegiatan yang bersifat eksploratif-destruktif tidak disarankan untuk dilaksanakan. Hal ini mengingat bahwa pulau-pulau kecil memiliki sejumlah kendala dan karakteristik yang sangat berbeda dengan pengelolaan pulau-pulau besar mainland. Atas dasar karakteristik pulau-pulau kecil, maka arahan peruntukan dan pemanfaatannya hanya beberapa kegiatan yang dapat memanfaatkan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil, antara lain perikanan tangkap, perikanan budidaya laut, dan pariwisata Bengen 2002b; Fauzi dan Anna 2005. Kriteria dari beberapa kegiatan tersebut seperti ditunjukan pada Tabel 1. Selanjutnya uraian dari kriteria umum untuk penentuan pemanfaatan pulau-pulau kecil seperti ditunjukan pada Lampiran 2.

2.2 Pulau Dullah Sebagai Pulau Kecil