100
Ekowisata bahari merupakan kegiatan rekreasi yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan perairan laut yang dilakukan di sekitar pantai
dan lepas pantai, antara lain seperti berenang; berjemur; diving; snorkeling; dan tracking di hutan mangrove. Selain memanfaatkan potensi sumberdaya
pesisir dan lautan, kegiatan ekowisata bahari juga terkait dengan pemanfaatan potensi sumberdaya manusia yang dimiliki melalui nilai-nilai adat istiadat dan
budaya setempat Dodds 2007. Sementara minawisata bahari merupakan bentuk pemanfaatan sumberdaya perikanan dan wisata bahari secara terintegrasi dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumberdaya tersebut.
5.1.1 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang untuk Masing-Masing Aktivitas a. Minawisata Bahari Pancing
Pada dasarnya, memancing ikan dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu memancing ikan dalam konteks berproduksi, dan memancing ikan dalam konteks
berwisata. Dalam konteks berproduksi, memancing ikan adalah aktivitas nelayan menangkap ikan dimana hasil pancingannya kemudian dijual untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dalam konteks berwisata, memancing ikan merupakan aktivitas wisatawan menangkap ikan dimana hasil pancingannya
diutamakan untuk mencapai kepuasan selama berwisata. Hasil pancingan dapat langsung diolah dan dinikmati pada saat itu juga, atau bisa juga dibawa pulang ke
rumah untuk dinikmati bersama keluarga. Dengan dasar pemikiran tersebut maka aktivitas perikanan dan pariwisata ini dapat dipadukan dan dikemas dalam bentuk
minawisata bahari, yaitu berwisata sambil memancing ikan. Kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir merupakan daerah penangkapan
ikan bagi nelayan tradisional dan dikenal sebagai ladang ikan baronang siganus sp
dan juga jenis-jenis ikan target lainnya seperti ikan kerapu grouper dan ikan maming napoleon yang telah lama dimanfaatkan oleh penduduk Desa Taar dan
sekitarnya bagi pemenuhan kebutuhan protein. Pemanfaatan sumberdaya laut di teluk ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu, apalagi karena berada dalam
pusat pengembangan Kota Tual, maka dikhawatirkan dimasa datang akan terjadi tekanan eksploitasi terhadap sumberdaya teluk ini bersamaan dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk sebagai konsekuensi pengembangan Kota Tual. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan suatu bentuk
101
pemanfaatan sumberdaya yang berbasis konservasi agar dapat mengurangi tekanan eksploitasi terhadap sumberdaya yang ada. Hal ini sesuai dengan salah
satu tujuan dari konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu untuk menjaga kelestarian ekosistem dan sumberdaya yang ada termasuk sumberdaya
ikan. Dengan pertimbangan tersebut maka minawisata bahari pancing adalah merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya yang berbasis konservasi
yang dapat dikembangkan di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Kesesuaian lahan untuk minawisata bahari pancing mempertimbangkan
8 parameter kesesuaian biofisik yaitu kelompok jenis ikan; kecepatan arus; tinggi gelombang; kecerahan perairan; suhu perairan; salinitas; kedalaman perairan;
serta jarak dari alur pelayaran dan kawasan lainnya. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, diperoleh luasan lahan untuk minawisata bahari pancing seperti
ditunjukan pada Tabel 18.
Tabel 18 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk minawisata bahari pancing No
Kelas Kesesuaian Luasan ha
Luasan 1.
Sesuai S 169,22
58,52 2.
Sesuai Bersyarat SB 119,95
41,48 3.
Tidak Sesuai TS -
- Total
289,17 100,00 Tabel 18 menunjukan bahwa luas perairan yang sesuai S untuk minawisata
bahari pancing adalah sebesar 169,22 ha 58,52 dan yang sesuai bersyarat SB adalah sebesar 119,95 ha 41,48 dari total luas perairan Teluk Un dan Teluk
Vid Bangir, sedangkan untuk kelas kesesuaian yang tidak sesuai TS tidak ditemukan dalam perairan di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir, hal ini
karena kondisi biofisik kawasan perairan ini memenuhi 8 parameter kesesuaian yang digunakan untuk analisis dan dari hasil ground check masing-masing
parameter tersebut berada dalam kisaran yang dipersyaratkan untuk kelas sesuai dan sesuai bersyarat.
Menurut Madduppa 2009 ikan dapat dikelompokkan berdasarkan perannya yaitu kelompok ikan target; kelompok ikan indikator; dan kelompok
ikan mayor. Kelompok ikan target adalah ikan-ikan yang mempunyai nilai
102
ekonomis yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat, atau ikan-ikan yang merupakan target penangkapan ikan ekonomis penting antara lain Serranidae;
Lutjanidae; Lethrinidae; Acanthuridae; Mulidae; Siganidae; Labridae; dan Haemulidae. Kelompok ikan indikator adalah ikan-ikan yang menjadi parameter
terhadap kesehatan terumbu karang karena keberadaan ikan-ikan ini erat hubungannya dengan kesuburan terumbu karang antara lain Chaetodontidae; dan
Variegatus. Sedangkan kelompok ikan mayor adalah ikan-ikan yang berperan secara umum dalam sistem rantai makanan di daerah terumbu karang, biasanya
ditemukan dalam jumlah banyak dan seringkali dijadikan sebagai ikan hias air laut antara lain Pomacentridae; Pomachantidae; dan Apogonidae.
Dalam hubungannya dengan minawisata bahari pancing di kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir, Polanunu 1998 menemukan bahwa arus
dominan di Teluk Un adalah arus pasang surut. Dari hasil pengukuran arus secara tertambat eularian pada bulan Oktober dan November 1997 diketahui bahwa
kecepatan arus di Teluk Un baik di dalam maupun di luar areal padang lamun memiliki kisaran antara 0,35 - 1,12 mdetik, dan kisaran kecepatan arus ini baik
untuk kehidupan ikan. Menurut Sugiarti 2000 tinggi gelombang merupakan salah satu parameter
yang harus diperhatikan dalam menentukan alokasi ruang untuk suatu peruntukan pemanfaatan sumberdaya laut, karena hal ini berkaitan dengan faktor keamanan
dan keselamatan nelayan atau wisatawan selama melakukan berbagai aktivitas di laut. Tinggi gelombang yang dipersyaratkan untuk aktivitas penangkapan ikan di
laut adalah kurang dari 1 meter. Dengan tinggi gelombang yang kurang dari 1 meter maka nelayan atau wisatawan akan berada dalam kondisi aman dari
hempasan gelombang perairan yang terjadi di lokasi tersebut. Kecerahan perairan merupakan salah satu faktor yang cukup menentukan
keberadaan ikan, baik kelompok ikan target; ikan indikator; ataupun ikan mayor, karena keberadaan ikan-ikan tersebut erat hubungannya dengan kondisi kesehatan
dan kesuburan terumbu karang. Perairan yang cerah dan jernih sangat baik untuk pertumbuhan terumbu karang yang menjadi habitat dari berbagai jenis ikan dan
biota laut lainnya. Semakin sehat ekosistem terumbu karang di suatu lokasi maka
103
semakin banyak pula ikan dan organisme laut yang dapat kita temukan di lokasi tersebut.
Kecerahan perairan berbanding terbalik dengan kekeruhan. Pada perairan yang cerah jarak tembus pandang dalam kolom air semakin besar atau jauh, selain
itu kondisi perairan yang cerah baik untuk kehidupan ikan dan organisme laut lainnya. Dalam kenyataannya, banyak terdapat ikan dan organisme laut lainnya
yang hidup pada kondisi perairan yang cerah. Sebaliknya pada perairan yang keruh terdapat banyak partikel-partikel yang tersuspensi dalam kolom air sehingga
membuat jarak tembus pandang dalam kolom air semakin kecil atau dekat, selain itu kondisi perairan yang keruh tidak sehat bagi kehidupan ikan dan organisme
laut lainnya. Dalam hubungannya dengan minawisata bahari pancing, Sugiarti 2000 menjelaskan bahwa kegiatan pemancingan ikan biasanya dilakukan di
perairan dengan jarak tembus pandang dalam kolom air kecerahan kurang dari 10 meter, karena ikan-ikan yang menjadi target penangkapan biasanya banyak
terdapat di perairan dengan kondisi kecerahan seperti tersebut diatas. Menurut Nybakken 1988 dalam kondisi normal suhu dipermukaan laut
berkisar antara 25,6 - 32,3
o
C, disamping itu Mulyanto 1992 menjelaskan bahwa suhu perairan yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara
25 - 32
o
Selain parameter biofisik dan oseanografi perairan tersebut diatas, pengembangan minawisata bahari pancing di suatu lokasi tertentu perlu
mempertimbangkan jarak lokasi pengembangan dari alur pelayaran, kawasan budidaya dan kawasan lainnya seperti sentra pemukiman; perekonomian; aktivitas
pemerintahan; dan lain-lain. Idealnya jarak untuk kelas kesesuaian S sesuai adalah lebih dari 500 meter, hal ini agar aktivitas minawisata bahari pancing yang
dikembangkan di lokasi tersebut tidak sampai mengganggu alur pelayaran. Demikian pula sebaliknya semua kegiatan masyarakat yang ada di sekitar
lokasi tersebut tidak sampai berpengaruh kepada aktivitas minawisata bahari C. Untuk salinitas, Nontji 2003 menjelaskan bahwa nilai salinitas di
lautan pada umumnya berkisar antara 33 - 37‰. Untuk daerah pesisir salinitas berkisar antara 32 - 34‰ sedangkan untuk laut terbuka umumnya berkisar antara
33 - 37‰ dengan rata-rata adalah 35‰. Kisaran salinitas ini baik untuk kehidupan organisme laut khususnya ikan Romimohtarto dan Juwana 1999.
104
pancing yang dikembangkan di lokasi tersebut Bengen DG 24 Pebruari 2008, komunikasi pribadi.
Data lapangan menunjukan bahwa untuk lingkungan perairan dengan kelas kesesuaian S sesuai pada umumnya parameter biofisik dan oseanografi perairan
seperti kecepatan arus; tinggi gelombang; kecerahan perairan; suhu perairan; salinitas; dan jarak lokasi pengembangan dari alur pelayaran, kawasan budidaya
dan kawasan lainnya memenuhi kisaran yang dipersyaratkan, namun ada faktor pembatas lain yang mengakibatkan kondisi lingkungan perairan menjadi sesuai
bersyarat SB yaitu kedalaman perairan dan kelompok jenis ikan. Di beberapa bagian perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir kedalaman
perairan ditemukan berada pada kisaran kurang dari 2,5 meter. Dengan tunggang pasut lebih dari 2,5 meter maka pada saat surut terendah bagian perairan tersebut
akan kering sehingga yang tadinya sesuai kini menjadi tidak sesuai lagi untuk aktivitas pemancingan. Selain itu juga ada bagian perairan yang kedalamannya
berada pada kisaran lebih dari 10 meter. Jika dikaitkan dengan sasaran dari aktivitas minawisata bahari pancing hal ini juga akan menjadi faktor
pembatas, karena ikan-ikan yang menjadi target penangkapan adalah ikan-ikan ekonomis penting dari kelompok ikan pelagis dimana perairan yang sesuai untuk
aktivitas ini adalah perairan dengan kedalaman kurang dari 10 meter karena ikan- ikan yang menjadi target penangkapan biasanya hidup pada kedalaman tersebut.
Kelompok jenis ikan juga merupakan faktor pembatas lainnya. Ikan target yaitu ikan-ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang biasanya dikonsumsi oleh
masyarakat seperti dari family Serranidae; Lutjanidae; Lethrinidae; Acanthuridae; Mulidae; Siganidae; Labridae; dan Haemulidae Madduppa 2009 tidak tersebar
merata tetapi ditemukan terkonsentrasi pada lokasi tertentu dengan kondisi terumbu karang yang masih baik. Dengan faktor pembatas tersebut maka tidak
semua kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir sesuai untuk aktivitas minawisata bahari pancing seperti yang ditunjukan dalam peta kesesuaian lahan
pada Gambar 10. Untuk dapat menarik minat wisatawan dalam memanfaatkan potensi dan
sumberdaya perikanan yang ada di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir yang dikemas dalam bentuk minawisata bahari pancing, maka perlu disiapkan sarana pendukung
105
Gambar 10 Peta kesesuaian lahan untuk minawisata bahari pancing.
106
lainnya seperti dermaga kecil jetty; perahu boat; dan peralatan pancing. Dilokasi ini tersedia jetty milik masyarakat Desa Taar yang dapat dimanfaatkan
untuk aktivitas tersebut, sedangkan yang masih perlu dibenahi adalah penyediaan perahu berikut peralatan pancingnya.
b. Minawisata Bahari Pengumpulan Kerang Moluska