19
Dalam pengertian yang lebih luas, rancang bangun dapat juga diartikan sebagai suatu proses untuk merancang dan membangun sesuatu. Sebagai suatu
proses, rancang bangun tidak harus selalu dalam bentuk fisik saja tetapi bisa juga dalam bentuk non fisik, misalnya dalam mendesain sesuatu yang terkait dengan
aspek pengelolaan, salah satunya adalah dalam pengelolaan ekosistem dan sumberdaya alam serta jasa-jasa lingkungan. Dalam konteks pengelolaan
sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, kita dapat mendesain model pengelolaan dari sebuah pulau, atau mendesain model pengelolaan ekosistem dan
sumberdaya alamnya, atau mendesain model pengelolaan kawasan tertentu dari pulau tersebut, misalnya kawasan konservasi.
Di samping itu, rancang bangun adalah sesuatu yang aplied, sehingga dalam menentukan model pengelolaan yang diinginkan kita harus dapat melihat sesuatu
yang sangat spesifik dari pulau tersebut sehingga dalam kenyataannya sesuatu yang dimaksud tersebut dapat diaplikasikan. Dalam konteks ini salah satu model
yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil adalah minawisata bahari yaitu dengan mengintegrasikan potensi perikanan dan potensi
pariwisata dalam bentuk pengelolaan terpadu. Dalam rancang bangun model pengelolaan dimaksud kita harus dapat mengintegrasikan berbagai aspek yang
ada dipulau tersebut, misalnya aspek biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan dan lain-lain. Sesuatu yang tersistem dari pulau tersebut, kemudian dirancang bangun
sedemikian rupa sehingga sistem tersebut lebih optimal dan dapat dipakai sebagai dasar untuk membangun konsep pengelolaan yang diinginkan Bengen DG
24 Pebruari 2008, komunikasi pribadi.
2.4 Minawisata Bahari
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, disebutkan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dalam sistem bisnis perikanan, seringkali digunakan kata Mina untuk
menggantikan kata Perikanan yang pada hakekatnya mengandung pengertian
20
yang sama dengan kata perikanan itu sendiri. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat nelayan dan juga masyarakat lainnya yang hidup di wilayah pesisir. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan, kelestarian sumberdaya harus dipertahankan sebagai landasan utama untuk mencapai kesejahteraan dimaksud. Dengan demikian,
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya daerah penangkapan fishing ground, daerah pemijahan
spawning ground, daerah mencari makan feeding ground, maupun daerah asuhan nursery ground ikan. Selain itu, tidak pula merusak ekosistem terumbu
karang, ekosistem mangrove, dan ekosistem lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan sumberdaya ikan.
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Menurut Fandeli 2000; META 2002 berdasarkan konsep pemanfaatannya, wisata dapat diklasifikasikan
dalam 3 bentuk yaitu : 1. Wisata Alam Nature Tourism
Merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
2. Wisata Budaya Cultural Tourism Merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan
penekanan pada aspek pendidikan. 3. Ekowisata Ecotourism, Green Tourism, Alternatif Tourism
Merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam atau lingkungan dan industri
kepariwisataan. Khusus untuk ekowisata, dalam ekowisata terdapat suatu bentuk kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan oleh manusia yang dikenal dengan nama ekowisata bahari.
Ekowisata Bahari merupakan kegiatan wisata yang memanfaatkan karakter
sumberdaya pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Pengelolaan ekowisata bahari merupakan suatu konsep pengelolaan yang
21
memprioritaskan kelestarian dan memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya masyarakat. Yang menjadi objek ekowisata bahari dalam konsep ini adalah
sumberdaya bawah laut dan dinamika air lautnya, ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun serta biota yang hidup di sekitarnya.
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu wisata pantai dan wisata laut bahari. Wisata
pantai lebih mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat, sedangkan wisata laut bahari lebih mengutamakan sumberdaya bawah laut dan
dinamika air lautnya Yulianda 2007. Menurut Kamal 2005 Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata
dengan pengembangan produksi perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada kawasan wisata
tersebut. Sedangkan Minaindustri adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan secara umum bagi keperluan industri, baik industri skala rumah tangga maupun
industri skala besar. Selanjutnya dikatakan bahwa kalau dikemas dengan baik, maka minawisata akan menjadi peluang yang menjanjikan bagi peningkatan
kunjungan wisata lokal, nasional dan internasional. Disamping itu kalau suatu kawasan perikanan secara umum termasuk kampung-kampung nelayan dan
industri kapal rakyat dikemas dengan baik, juga akan menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga minaindustri akan menjadi paket tersendiri pula bagi
pengembangan parawisata lokal dan nasional. Selain itu, menurut DPK Provinsi Maluku 2007 Minawisata adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya kelautan,
perikanan dan pariwisata yang ada di suatu wilayah tertentu secara terintegrasi untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumberdaya tersebut, atau dengan kata
lain Minawisata adalah pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan, perikanan
dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu wilayah tertentu. Dalam konsep yang sama, minawisata dapat dibedakan dalam 2 pola
pemanfaatan ruang dan sumberdaya yaitu minawisata sebagai irisan intersection dari pemanfaatan ruang dan sumberdaya perikanan dan pariwisata secara
terintegrasi, dan minawisata sebagai gabungan union dari pemanfaatan ruang
22
dan sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi Adrianto L 22 Mei 2008, komunikasi pribadi, seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.
Pola Irisan Pola Gabungan Pola Gabungan 3.a 3.b 3.c
Gambar 3 Minawisata dalam bentuk pola irisan intersection dan pola gabungan union.
Dari ketiga gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa M mina adalah fungsi dari kesesuaian perikanan [M = f kP] dan W wisata adalah fungsi dari
kesesuaian pariwisata [W = f kW], dengan demikian maka MW minawisata adalah:
1. Fungsi dari kesesuaian perikanan dan pariwisata yang pola pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan irisan dari kedua aktivitas tersebut
seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.a. 2. Fungsi dari kesesuaian perikanan dengan komponen pariwisata
yang pola pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan gabungan dari kedua
aktivitas tersebut, dimana yang menjadi basis adalah aktivitas perikanan dengan menyandingkannya dengan komponen pariwisata seperti yang
diilustrasikan dalam Gambar 3.b. 3. Fungsi dari kesesuaian pariwisata dengan komponen perikanan, yang pola
pemanfaatan ruang dan sumberdayanya merupakan gabungan dari kedua aktivitas tersebut, dimana yang menjadi basis adalah aktivitas pariwisata
dengan menyandingkannya dengan komponen perikanan seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3.c.
M W
W M
M MW
W
23
Berdasarkan uraian di atas, maka selanjutnya peneliti dapat mendefinisikan bahwa Minawisata Bahari adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya kelautan,
perikanan dan wisata bahari yang ada di suatu wilayah tertentu secara terintegrasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumberdaya sekaligus juga
untuk pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah tersebut.
2.5 Konservasi