Minawisata Bahari Pengumpulan Kerang Moluska

106 lainnya seperti dermaga kecil jetty; perahu boat; dan peralatan pancing. Dilokasi ini tersedia jetty milik masyarakat Desa Taar yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas tersebut, sedangkan yang masih perlu dibenahi adalah penyediaan perahu berikut peralatan pancingnya.

b. Minawisata Bahari Pengumpulan Kerang Moluska

Di daerah Kepulauan Kei ada satu aktivitas masyarakat yang sudah berlangsung secara turun temurun yaitu pengumpulan biota laut dari jenis kerang moluska untuk dikonsumsi oleh keluarga. Aktivitas ini sering dilakukan pada bulan Oktober karena biasanya pada bulan tersebut temperatur udara tertinggi sepanjang tahun dan kekuatan angin sangat lemah sehingga kondisi laut sangat tenang, bersamaan dengan kondisi tersebut terjadi juga air surut terbesar yang dikenal dengan Met Ef atau Meti Kei. Moluska adalah salah satu kelompok dari berbagai biota laut yang banyak terdapat di daerah pasang surut intertidal. Daerah intertidal merupakan daerah pesisir yang paling banyak diminati dan dikunjungi baik untuk kegiatan penelitian maupun untuk berwisata. Dengan melihat kebiasaan masyarakat tersebut dan didukung oleh kondisi fisik alam dan potensi sumberdaya yang tersedia maka aktivitas masyarakat ini dapat dikembangkan dan dikemas dalam bentuk minawisata bahari yaitu berwisata sambil mengumpulkan dan menikmati makanan laut sea-food dari jenis moluska. Pengumpulannya dilakukan sendiri oleh wisatawan dan selanjutnya dapat langsung diolah dan dinikmati pada saat itu juga untuk mencapai kepuasan selama berwisata, atau bisa juga dibawa pulang ke rumah untuk dinikmati bersama keluarga. Minawisata bahari pengumpulan moluska dapat dikembangkan di kawasan ini karena kondisi topografi Kepulauan Kei khususnya kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir yang landai, kondisi ini mengakibatkan sebagian besar wilayah mintakad pasang surut pada kawasan tersebut mengalami kekeringan, lebar dataran pasut dapat mencapai lebih dari 200 meter sehingga dapat dijadikan area pengumpulan moluska. Pemanfaatan potensi sumberdaya moluska di teluk ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu, apalagi karena aktivitas ini telah berlangsung lama dan secara turun-temurun sehingga pengelolaannya perlu diarahkan pada aktivitas yang berbasis konservasi. 107 Kesesuaian lahan untuk minawisata bahari pengumpulan moluska mempertimbangkan 7 parameter biofisik yaitu jenis moluska; kelimpahan; lebar dataran pasut; tipe substrat pantai; kemiringan pantai; suhu perairan; dan salinitas. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, diperoleh luasan lahan untuk minawisata bahari pengumpulan moluska seperti ditunjukan pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk minawisata bahari pengumpulan moluska No Kelas Kesesuaian Luasan ha Luasan 1. Sesuai S 107,23 37,08 2. Sesuai Bersyarat SB 69,15 23,92 3. Tidak Sesuai TS 112,79 39,00 Total 289,17 100,00 Tabel 19 menunjukan bahwa luas perairan yang sesuai S untuk minawisata bahari pengumpulan moluska adalah sebesar 107,23 ha 37,08, yang sesuai bersyarat SB adalah sebesar 69,15 ha 23,92, sedangkan yang tidak sesuai TS adalah sebesar 112,79 ha 39,00 dari total luas perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir. Renjaan 2006 in DPK 2006a menjelaskan bahwa dari hasil analisis terhadap data dari 10 transek pengamatan yang dilakukan pada bulan Oktober - Nopember 1997 di kawasan perairan Teluk Un teridentifikasi beberapa jenis moluska dengan kepadatan masing-masing sebagai berikut Abra sp. 0,26; Donax variagartus 0,34; D. vittatus 1,32; D. compresus 0,56; Perna viridis 0,18; Pitar manilae 1,42; Rhinoclavis vertagus 0,72; Tellina radiate 2,8; dan Terebellum terebellum 0,22 dengan kepadatan rata-rata berkisar antara 0,18 - 2,8 individum 2 Disamping itu, hasil pengamatan lapangan menunjukan bahwa selain yang tersebut diatas terdapat juga beberapa jenis moluska yang teridentifikasi berada di daerah intertidal kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir dengan kepadatannya masing-masing sebagai berikut Anadara sp. 2,53; Cerithium sp. 2,37; Chlamys sp. 0,85; Clanculus sp. 0,16; Cypraea sp. 0,28; Donax sp. 1,32; Euspira sp. 0,64; Guilfordia sp. 0,23; Haliotis sp. 2,47; Hippopus sp. 0,12; Lambis sp. 0,23; Lioconcha sp. 0,85; Littorina sp. 2,76; . 108 Phenacovolva sp. 1,63; Siliquaria sp. 1,93; Strombus sp. 1,63; Tectus sp. 0,16; Tridacna sp. 0,12; dan Tripneustes sp. 1,14, dengan kepadatan rata-rata berkisar antara 0,12 - 2,76 individum 2 . Berkaitan dengan kebutuhan lahan untuk melakukan aktivitas pengumpulan moluska pada saat terjadinya surut, maka lebar dataran pasut diukur mulai dari garis pantai sampai dengan batas surut terendah. Menurut Bengen 2008 untuk kebutuhan aktivitas ini, maka lebar dataran pasut yang ideal adalah lebih dari 100 meter, dengan pertimbangan bahwa apabila lebar dataran pasut cukup luas, maka wisatawan dapat melakukan aktivitas pengumpulan moluska dengan aman sekaligus dapat menikmati keindahan alam di lokasi pengumpulan moluska. Menurut Renjaan 2006 in DPK 2006a, lebar dataran pasut di sekitar Teluk Un dapat mencapai lebih dari 200 meter dan memiliki dasar perairan yang sangat landai. Karena kondisi dasar perairannya yang landai dan kisaran pasut wilayah ini yang tergolong kedalam mesotidal 2,50 m menyebabkan saat surut sebagian besar perairan ini mengalami kekeringan. Hasil penelitian dari Latale 2003 in Natan 2008 menemukan bahwa salah satu spesies moluska dari famili Lucinidae yakni kerang lumpur Anodontia edentula mendiami substrat bersedimen pasir sangat kasar very coarse sand sampai lumpur silt atau clay, dan umumnya didominasi oleh pasir kasar coarse sand dan pasir berukuran sedang medium sand, dan mempunyai nilai porositas antara 41,71 - 55,58. Kemiringan pantai merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi minawisata bahari pengumpulan moluska. Pada umumnya aktivitas ini dapat dilakukan di daerah intertidal dengan kemiringan pantai yang landai karena lama waktu untuk berwisata sambil mengumpulkan moluska akan lebih panjang dan relatif aman bagi wisatawan. Untuk daerah intertidal dengan kemiringan pantai yang curam, aktivitas ini masih dapat dilakukan tetapi waktunya relatif lebih pendek dan cukup beresiko terhadap keselamatan wisatawan dalam hubungannya dengan proses naiknya permukaan air laut akibat pasang karena dataran pasut pada pantai yang curam akan cepat tergenang air laut, sedangkan daerah intertidal dengan kemiringan pantai yang terjal tidak dimungkinkan untuk melakukan aktivitas pengumpulan moluska. 109 Perubahan suhu akan berpengaruh terhadap pola kehidupan organisme perairan. Pengaruh suhu yang utama adalah mengontrol penyebaran hewan dan tumbuhan. Suhu mempengaruhi secara langsung aktifitas organisme seperti pertumbuhan dan metabolisme bahkan menyebabkan kematian organisme, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah meningkatnya daya akumulasi berbagai zat kimia dan menurunkan kadar oksigen dalam air. Setiap spesies hewan moluska mempunyai toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu. Suhu optimum bagi moluska bentik berkisar antara 25 - 28 o Tunggang pasut tidal range sangat erat hubungannya dengan tipe pantai dan lebar dataran pasut. Menurut Renjaan 2006 in DPK 2006a tunggang pasut maksimum di perairan Kei Kecil umumnya lebih dari 2,5 meter, dengan kondisi tunggang pasut sedemikian pada topografi yang landai seperti halnya di Teluk Un maka pada saat surut terendah sebagian besar dataran pasut muncul dipermukaan C Hutagalung 1988 dan Huet 1972 in Razak 2002. Sejalan dengan itu, salinitas secara tidak langsung mempengaruhi kerang melalui perubahan kualitas air seperti pH dan oksigen terlarut. Menurut Setiobudiandi 1995 salinitas optimum bagi hewan moluska berkisar antara 2 - 36 ppt. Renjaan 2006 in DPK 2006a menjelaskan bahwa jenis pasut di kawasan Teluk Un adalah pasut campuran mirip harian ganda mixed predominantly semi- diurnal tide , tipe pasut ini dicirikan dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari. Dengan jenis pasut seperti ini maka aktivitas pengumpulan moluska oleh wisatawan dapat dilakukan selama 2 kali dalam 1 hari, dengan demikian minawisata bahari pengumpulan moluska dapat dikembangkan di daerah-daerah dengan tipe pasut seperti ini, salah satunya adalah di kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir Bengen DG 24 Pebruari 2008, komunikasi pribadi. Data lapangan menunjukan bahwa untuk lingkungan perairan dengan kelas kesesuaian S sesuai pada umumnya parameter biofisik dan oseanografi perairan seperti jenis moluska; kelimpahan; suhu perairan; salinitas; lebar dataran pasut; tipe substrat pantai; dan kemiringan pantai memenuhi kisaran yang dipersyaratkan, namun ada faktor pembatas lain yang mengakibatkan kondisi lingkungan perairan menjadi sesuai bersyarat SB dan tidak sesuai TS yaitu tunggang pasut. 110 air. Sementara itu menurut BAKOSURTANAL 1992 in DPK 2006a tunggang pasut maksimum di perairan Kei Kecil berdasarkan pengukuran selama 30 hari di stasiun TNI AL Tual adalah 2,6 meter. Daerah-daerah dengan tunggang pasutnya besar sangat sesuai untuk lokasi minawisata bahari pengumpulan moluska, hal ini karena dengan tunggang pasut yang lebih dari 2 meter pada pantai yang landai, maka pada saat surut akan membuat pantai tersebut menjadi cukup luas dan mengalami kekeringan sehingga dapat digunakan untuk melakukan aktivitas pengumpulan moluska. Sedangkan pada saat air laut bergerak pasang, daerah intertidal tersebut masih relatif aman bagi wisatawan karena permukaan air laut akan naik secara perlahan dalam waktu yang cukup lama untuk menutupi pandai yang landai. Sebaliknya untuk daerah- daerah dengan tunggang pasutnya kecil kurang dari 2 meter tidak sesuai untuk lokasi minawisata bahari pengumpulan moluska. Hal ini karena dengan tunggang pasut yang kurang dari 2 meter pada pantai yang relatif curam maka walaupun pada saat surut, lebar dataran pasut lebar pantai tidak cukup luas sehingga tidak dimungkinkan untuk melakukan aktivitas pengumpulan moluska. Dengan kondisi dan faktor pembatas tersebut maka tidak semua kawasan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir sesuai untuk aktivitas minawisata bahari pengumpulan moluska seperti yang ditunjukan dalam peta kesesuaian lahan pada Gambar 11. Untuk dapat menarik minat wisatawan dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya moluska di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir yang dikemas dalam bentuk minawisata bahari pengumpulan moluska maka perlu disiapkan sarana pendukung lainnya seperti peralatan pengumpul kerang berikut peralatan pengolahannya, sehingga moluska yang terkumpul dapat diolah dan dinikmati saat itu juga oleh wisatawan.

c. Minawisata Bahari Karamba Pembesaran Ikan