94
ini banyak disebabkan oleh buangan limbah dari kegiatan penduduk disekitar perairan  dan  aktivitas  lainnya di sekitar pelabuhan Tual.  Kondisi kimia perairan
di sekitar perairan Kei Kecil dan Pulau Dullah seperti ditunjukan pada Tabel 17. Tabel 17  Nilai parameter kimia air laut di sekitar perairan Kei Kecil dan
Pulau Dullah
No Parameter
Satuan Nilai
1 PH
- 7,71
2 DO
mgl 6,912
3 Sulfida H
2
mgl S
0,01 4
COD mgl
20,45 5
Amonia NH
3
mgl -N
0,007 6
Nitrat NO3-N mgl
0,015 7
Nitrit NO2-N mgl
0,006 8
Sianida CN mgl
0,01 9
Phosfat mgl
0,002 10  Raksa Hg
mgl 0,001
11  Kadmium Cd mgl
0,041 12  Timah Hitam Pb
mgl 0,006
13  Tembaga Cu mgl
0,017
Sumber : Data Spasial Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Tahun 2003.
4.3.3  Kondisi Ekosistem Pesisir dan Laut
a.  Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini
umumnya tumbuh pada daerah intertidal  dan  supratidal  yang cukup mendapat aliran air, terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat.
Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung seperti halnya di
perairan Teluk Un dan Vid Bangir. Sebagai suatu ekosistem khas wilayah pesisir, hutan mangrove memiliki
beberapa fungsi ekologis penting yaitu sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang
95
diangkut oleh aliran air permukaan; sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok; sebagai
daerah asuhan nursery ground, daerah mencari makan feeding ground  dan daerah pemijahan spawning ground berbagai macam biota perairan seperti ikan,
udang dan kekerangan, baik yang hidup di perairan pantai maupun di laut lepas. Ditemukan  3 jenis mangrove yang tumbuh disekitar perairan Teluk Un
yakni  Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, dan  Soneratia alba, serta 5 jenis mangrove yang tumbuh disekitar perairan Teluk Vid Bangir, yakni
Aegiceras corniculatum, Rhizophora apiculata, Avicenia rumpiana ,  Soneratia
alba, dan  Xylocarpus granatum.   Khusus yang tumbuh di sekitar perairan Teluk
Vid Bangir, sebagian ekosistem ini telah terdegradasi akibat pembangunan jalan namun masih berpeluang untuk ditanami kembali, hal ini  ditunjang oleh
kestabilan sedimen berlumpur karena jauh dari pengaruh langsung faktor fisik seperti ombak dan gelombang karena posisinya yang terlindung.
Luas keseluruhan ekosistem mangrove di kawasan ini adalah 153,58  ha dengan  kerapatan 300 pohonha,  persen penutupannya adalah  sebesar 35,
tumbuh diperairan dengan suhu 29  -  32
o
b.  Lamun C,  salinitas  30  -  33‰, dengan dasar
perairan berlumpur, pasir halus dan patahan karang.  Suksesi ekosistem ini cenderung masih berlangsung, hal ini terindikasi dengan adanya kehadiran anakan
mangrove yang tumbuh dan berkembang di  kawasan  perairan Teluk Un dan Vid Bangir. Kondisi ini diharapkan dapat mengimbangi ekosistem mangrove yang
telah terdegradasi akibat pembangunan jalan yang melalui sebagian ekosistem ini.
Lamun seagrass
merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga Angiospermae
yang memiliki  rhyzoma, daun dan akar sejati yang hidup terendam dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di
dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya.  Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi
penting bagi wilayah pesisir dan laut yaitu produsen detritus dan zat hara; mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakaran
yang padat dan saling menyilang; sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati
96
masa dewasanya dilingkugan ini; serta sebagai tudung pelindung yang melindungi padang lamun dari sengatan matahari. Lamun hidup diperairan dangkal dan jernih
pada kedalaman berkisar antara 2 - 12 meter dengan sirkulasi air yang baik seperti halnya di perairan Teluk Un dan Vid Bangir.
Ditemukan 2 spesies lamun yang tumbuh disekitar perairan Teluk Un yakni Enhalus accroides
dan Halodule pinivolia, serta 3 spesies lamun yang tumbuh di sekitar perairan Teluk Vid Bangir yaitu Enhalus accroides, Thallasia hemprichii
dan  Halophila ovalis. Khusus yang tumbuh di sekitar peraitan Teluk Vid Bangir, spesies  Thallasia hemprichii  mendominasi hampir sebagian besar perairan ini
karena memilki frekuensi kehadiran terbanyak pada setiap kuadran, setelah itu diikuti  oleh jenis Halophila ovalis dan Enhalus accroides.  Luas keseluruhan
ekosistem lamun di kawasan ini adalah 55,14  ha  dengan persen penutupan sebesar 61,20, tumbuh diperairan dengan suhu 29  -  32
o
c.  Karang C, salinitas 30  -  33‰,
dengan dasar perairan pasir halus. Di dalam padang lamun ini umumnya dijumpai berbagai krustasea, moluska, ekinodermata dan ikan.
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir dan laut daerah tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-
endapan masif  kalsium karbonat CaCO
3
yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu karang hermatipik dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia
yang hidup bersimbiosis dengan Zooxantellae, dan sedikit  tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Secara ekologis
terumbu karang mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir dan laut yaitu sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal
dari laut; sebagai habitat atau tempat tinggal, daerah mencari makan feeding ground,
daerah asuhan nursery ground, dan daerah pemijahan spawning ground
bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya. Terumbu karang ditemukan diperairan dangkal dan jernih di daerah tropis dengan
suhu perairan rata-rata tahunan 18
o
C perairan yang cerah pada kedalaman kurang dari 50 meter dengan sirkulasi air yang baik seperti halnya di perairan
Teluk Un dan Vid Bangir.
97
Karang  di perairan  Teluk Un hanya berupa beberapa koloni pada ujung Utara dan sepanjang kanal yang menghubungkannya dengan Teluk Vid Bangir.
Tipe terumbu karang di kawasan ini terutama di Teluk Vid Bangir adalah tergolong sebagai terumbu karang pantai fringing reef.  Ditemukan 35 spesies
karang batu yang tergolong dalam 19 genera dan 10 famili, dengan spesies dominan adalah Porites lutea. Substrat dasar perairan di bagian tubir Teluk
Vid Bangir didominasi oleh komponen biotik yang memiliki persen penutupan sebesar 53,4 dan didominasi oleh karang keras. Sedangkan komponen abiotik
terdiri dari pasir dan patahan karang mati gravel. Luas keseluruhan ekosistem terumbu karang di kawasan ini adalah 62,78 ha
dengan persen  penutupan sebesar 47,4  dan tergolong dalam kondisi kurang baik. Pada areal pengamatan selebar 2,5 m pada sisi kiri dan kanan garis transek,
juga dijumpai berbagai biota laut lainnya seperti jenis-jenis ikan karang baik dari kelompok ikan mayor, ikan indikator, maupun  ikan target;  moluska  Tridacna
spp ;  alga;  dan  ekinodermata teripang. Disamping itu dijumpai juga adanya
bekas-bekas kerusakan terumbu karena penggunaan bahan peledak bom. Hasil sensus ikan karang memperlihatkan bahwa jenis-jenis ikan karang yang
hidupnya secara bergerombol dari famili Caesionidae  dijumpai  dalam jumlah yang cukup besar.
5.  HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancang bangun pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi  ini  bertujuan untuk mendesain aspek pengelolaan ekosistem dan
sumberdaya alam serta jasa-jasa lingkungan yang ada di Pulau Dullah, khususnya di  kawasan Teluk Un  dan Teluk Vid Bangir dengan cara  mengintegrasikan
kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan wisata bahari dalam satu model pengelolaan terpadu,  sekaligus juga mengkaji keterpaduan ekologi-
ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut tersebut  dengan pendekatan konservasi.  Untuk dapat menjawab tujuan dimaksud maka rancang
bangun  ini  dimulai dengan menganalisis potensi perikanan dan pariwisata serta ekosistem  dan  sumberdaya alam serta  jasa-jasa lingkungan  yang mendukungnya
melalui analisis kesesuaian lahan;  analisis  skala prioritas pemanfaatan ruang; dan  analisis  daya  dukung lingkungan  dengan menggunakan alokasi ruang
spatial sebagai variabel konservasi  terhadap kondisi fisik Pulau Dullah, kemudian  menghitung nilai ekonomi sumberdaya melalui valuasi ekonomi dan
analisis manfaat-biaya  dengan menggunakan alokasi waktu temporal sebagai variabel konservasi non fisik. Tahapan selanjutnya adalah  mendesain  model
pengelolaannya.
5.1  Analisis Kesesuaian Lahan untuk Minawisata Bahari Berbasis Konservasi
Pengelolaan pada hakekatnya adalah mengatur perilaku para pengguna ekosistem dan sumberdaya alam. Ekosistem dan sumberdaya alam yang dimaksud
dalam konteks ini adalah ekosistem dan sumberdaya  alam pesisir dan lautan termasuk di  dalamnya adalah ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dan
sumberdaya perikanan, karena ekosistem dan sumberdaya alam ini paling banyak mendapat tekanan sehingga perlu diselamatkan dari kerusakan. Pengelolaan juga
dimaksud untuk menata kembali pemanfaatan ekosistem dan sumberdaya  alam tersebut sesuai peruntukannya berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dan
daya dukung lingkungan dengan tetap mengakomodir  berbagai kegiatan pemanfaatan oleh masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebut  misalnya
dalam bentuk ekowisata bahari, minawisata bahari dan lain-lain.