134
5.1.3 Penentuan Skala Prioritas Pemanfaatan Ruang
Penentuan skala prioritas pemanfaatan ruang untuk berbagai kategori aktivitas minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi di Teluk Un dan
Teluk Vid Bangir dilakukan dengan menggunakan metoda
multi criteria decision making
MCDM.
Prinsip penilaian dalam MCDM adalah membandingkan tingkat kepentingan prioritas antara satu elemen dengan elemen lainnya yang berada pada
tingkatan atau level yang sama berdasarkan pertimbangan tertentu. Selain kesesuaian biofisik yang telah didapatkan melalui hasil analisis kesesuaian lahan,
pertimbangan lainnya yang digunakan adalah kesesuaian secara ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan. Dengan metoda MCDM ini diharapkan dapat
menghasilkan keputusan yang tepat tentang kategori aktivitas mana dari model pengelolaan minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi yang harus
diprioritaskan apabila terjadi tumpah tindih dalam pemanfaatan ruang. Analisis MCDM dilakukan dengan cara pembobotan dimana bobot dari
masing-masing kriteria dan subkriteria diperoleh dari hasil analisis, hasil focus group discussion
FGD dan hasil kuesioner. Struktur yang dibangun terdiri atas empat tingkatan keputusan yaitu: Tujuan: Kriteria; Subkriteria; dan Alternatif,
sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 17. 1 Tujuan
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan kawasan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir untuk kelima kategori aktivitas minawisata bahari berbasis konservasi
ternyata ada tumpang tindih pemanfaatan lahan perairan antara satu dengan yang lain khususnya antara minawisata bahari pancing, pengumpulan kerang, karamba
pembesaran ikan dan selam, sedangkan terhadap minawisata bahari mangrove tidak ada tumpang tindih pemanfaatan lahan karena sebagian besar aktivitas
minawisata bahari mangrove menggunakan lahan darat. Untuk dapat mengakomodir semua kategori aktivitas minawisata bahari tersebut hampir dapat
dipastikan akan menimbulkan konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya di antara berbagai pemangku kepentingan. Salah satu cara untuk menghindari
konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya adalah dengan metoda MCDM. Tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan skala prioritas pemanfaatan ruang
Teluk Un dan Teluk Vid Bangir untuk model pengelolaan minawisata bahari
135
pulau kecil berbasis konservasi, sehingga semua kategori aktivitas minawisata bahari dapat dilakukan secara terencana, terpadu, terarah dan sistematis
berdasarkan skala prioritas.
Gambar 17 Struktur hirarki penentuan skala prioritas pemanfaatan ruang. 2 Kriteria
Untuk mencapai tujuan diatas, maka ada empat kriteria yang harus dijadikan bahan pertimbangan yaitu 1 dimensi ekologi; 2 dimensi ekonomi; 3 dimensi
sosial budaya; dan 4 dimensi kelembagaan. Hasil pengolahan data dengan Criterium DecisionPlus Version 3.0
menunjukan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing kriteria terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti
ditunjukan pada Tabel 25. Tabel 25 Kontribusi masing-masing kriteria terhadap terhadap tujuan yang ingin
dicapai
Kriteria Bobot
Persentase
Ekologi 0,270
27,0 Ekonomi
0,282 28,2
Sosial Budaya 0,254
25,4 Kelembagaan
0,194 19,4
Total 1
100
TUJUAN KRITERIA
SUBKRITERIA ALTERNATIF
136
Dari Tabel 25 terlihat bahwa total bobot seluruh kriteria terhadap tujuan yang ingin dicapai adalah 1. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa secara hirarki
kriteria yang paling penting dalam upaya mencapai tujuan diatas adalah pertimbangan ekonomi dengan bobot 0,282. Agar aktivitas minawisata bahari
yang dikembangkan di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir bisa berkelanjutan maka pertimbangan ekonomi menjadi salah satu faktor yang penting. Secara finansial,
biaya investasi untuk mengembangkan suatu unit usaha minawisata bahari tertentu harus dapat dijangkau oleh masyarakat, selain itu juga unit usaha tersebut harus
dapat memberikan manfaat ekonomi dan dapat memberikan kontribusi secara langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi masyarakat setempat.
Kriteria yang merupakan urutan kedua adalah pertimbangan ekologi dengan bobot 0,270. Terkadang untuk mendukung berbagai kegiatan pembangunan,
sumberdaya alam yang ada dieksploitasi sedemikian rupa sehingga terjadi pemanfaatan berlebih bahkan sampai menimbulkan degradasi sumberdaya alam
dan lingkungan. Untuk itu pengembangan minawisata bahari di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir harus dilakukan dengan bijaksana dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan serta memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Selain hasil analisis kesesuaian lahan, pengembangan minawisata
bahari di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir harus mempertimbangkan daya dukung lahan dan daya dukung kawasan agar pengelolaannya dapat berkelanjutan. Dalam
bentuk fisik, jumlah maksimum unit usaha yang ditempatkan diperairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir harus sesuai dengan daya dukung lahan, disamping itu juga
jumlah pengunjungwisatawan tidak boleh melampaui daya dukung kawasan sehingga dapat meminimalisir kerusakan lingkungan.
Kriteria yang merupakan urutan ketiga adalah pertimbangan sosial budaya dengan bobot 0,254. Agar dapat berkelanjutan, pengembangan minawisata bahari
di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir harus mempertimbangkan faktor kebiasaan masyarakat atau budaya masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumberdaya
yang tersedia, dengan demikian maka akan timbul rasa memiliki yang berdampak pada keinginan untuk menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungannya.
Disamping itu tenaga kerja yang dibutuhkan akan cukup tersedia karena
137
masyarakat sudah terbiasa dengan aktivitas yang akan dikembangkan dan mampu mengatasi masalah yang timbul kemudian dilapangan.
Kriteria yang merupakan urutan terakhir adalah pertimbangan kelembagaan dengan bobot 0,194. Semua bentuk aktivitas yang akan dikembangkan di kawasan
Teluk Un dan Teluk Vid Bangir harus mempertimbangkan aspek kelembagaanya baik lembaga pengelola maupun lembaga pengawas dan perlu diatur dalam aturan
formal atau aturan adat sehingga keamanan pemilik usaha dan unit usahanya maupun keamanan wisatawan yang datang berkunjung di kawasan tersebut dapat
terjamin. 3 Subkriteria
Dari keempat kriteria diatas, selanjutnya diuraikan lagi menjadi sub- subkriteria. Kriteria ekologi terbagi dalam 3 subkr iteria yaitu kesesuaian lahan,
daya dukung lahan, dan daya dukung kawasan. Kriteria ekonomi terbagi dalam 3 subkriteria yaitu kemudahan berinvestasi, manfaat ekonomi, dan tingkat
pendapatan masyarakat. Kriteria sosial budaya terbagi dalam 2 subkriteria yaitu kebiasaan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan kriteria
kelembagaan terbagi dalam 2 subkriteria yaitu aturan pengelolaan dan tingkat keamanan. Hasil pengolahan data dengan Criterium DecisionPlus Version 3.0
menunjukan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing subkriteria terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti ditunjukan pada Tabel 26.
Tabel 26 Kontribusi masing-masing subkriteria terhadap terhadap tujuan yang ingin dicapai
Kriteria Subkriteria
Bobot Persentase
Ekologi Kesesuaian Lahan
0,083
8.3
Daya Dukung Lahan 0,082
8.2
Daya Dukung Kawasan 0,105
10.5
Ekonomi Kemudahan Berinvestasi
0,074
7.4
Manfaat Ekonomi 0,073
7.3
Tingkat Pendapatan Masyarakat 0,135
13.5
Sosial Budaya Kebiasaan Masyarakat
0,124
12.4
Penyerapan Tenaga Kerja 0,130
13.0
Kelembagaan Aturan Pengelolaan
0,104
10.4
Tingkat Keamanan 0,090
9.0
Total 1
100
138
4 Alternatif Berdasarkan struktur yang telah dibangun terdapat 4 alternatif kategori
aktivitas minawisata bahari pulau kecil berbasis konservasi yang akan dicarikan skala prioritas dalam pemanfaatan ruang kawasan perairan Teluk Un dan Vid
Bangir yaitu 1 minawisata bahari pancing, 2 minawisata bahari pengumpulan kerang moluska, 3 minawisata bahari karamba pembesaran ikan, dan
4 minawisata bahari selam. Berdasarkan hasil analisis Criterium DecisionPlus Version 3.0
diketahui prioritas alternatif kategori aktivitas minawisata bahari berbasis konservasi yang akan dikembangkan di Teluk Un dan Teluk Vid Bangir
seperti yang ditunjukan pada Tabel 27 dan Gambar 18.
Tabel 27 Skala prioritas alternatif aktivitas berdasarkan kriteria dan subkriteria
No Alternatif
Bobot Persentase
Prioritas
1. Minawisata bahari karamba
pembesaran ikan 0,288
28,8 1
2. Minawisata bahari pancing
0,269 26,9
2 3.
Minawisata bahari selam 0,249
24,9 3
4. Minawisata bahari pengumpulan
kerang moluska 0,194
19,4 4
Total 1
100 -
Gambar 18 Diagram batang skala prioritas alternatif aktivitas berdasarkan kriteria dan subkriteria.
139
Dari Tabel 27 dan Gambar 18 terlihat bahwa total bobot seluruh alternatif terhadap tujuan yang ingin dicapai adalah 1. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa
berdasarkan keempat kriteria diatas untuk model pengelolaan yang berbasis konservasi, minawisata bahari karamba pembesaran ikan menempati prioritas
pertama dengan bobot 0,288. Hal ini karena rakit karamba yang akan ditempatkan di perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir bukan dalam konteks berproduksi
tetapi semata-mata hanya bertujuan untuk mencapai kepuasan selama berwisata. Ikan-ikan yang dipelihara di dalam karamba juga tidak dari hasil budidaya tetapi
diambil dari alam dan selanjutnya dibesarkan di dalam karamba sehingga hanya butuh sedikit pakan alami untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Dengan
demikian jelaslah bahwa pembesaran ikan dalam karamba merupakan salah satu alternatif pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan dan berbasis
konservasi. Kategori minawisata bahari yang menjadi prioritas kedua adalah minawisata
bahari pancing dengan bobot 0,269. Hal ini karena aktivitas memancing ikan yang akan dikembangkan di perairan Teluk Un bukan juga dalam konteks berproduksi
tetapi lebih pada memancing ikan dalam konteks berwisata, dengan konsep seperti ini maka ketersediaan stok ikan dan keberlangsungan hidupnya dapat tetap terjaga
dengan baik. Kategori minawisata bahari yang menjadi prioritas ketiga adalah minawisata
bahari selam dengan bobot 0,249. Selain dapat menikmati keindahan alam bawah laut dengan ekosistem terumbu karang dan biota laut yang ada disekitarnya,
aktivitas selam ini juga ditujukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan seperti spear-gun sehingga sensasi yang dirasakan oleh
wisatawan lain dari yang biasa dirasakan pada aktivitas penyelaman pada umumnya.
Sedangkan kategori minawisata bahari yang menjadi urutan terakhir adalah minawisata bahari pengumpulan kerang moluska dengan bobot 0,194. Aktivitas
pengumpulan kekerangan ini menjadi menarik karena dilakukan pada saat terjadinya surut terbesar dan kondisi laut sangat tenang meti kei sehingga selain
berwisata, pengumpulan kekerangan dapat dilakukan sendiri oleh wisatawan dan
140
selanjutnya dapat langsung diolah dan dinikmati pada saat itu juga untuk mencapai kepuasan selama berwisata.
Selanjutnya dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Criterium DecisionPlus Version 3.0
tergambar besarnya kontribusi dari masing-masing kriteria terhadap alternatif kategori aktivitas minawisata bahari berdasarkan skala
prioritas pemanfaatan ruang seperti yang ditunjukan pada Gambar 19.
0,288 0,269 0,249 0,194
Karamba Pancing Selam Kerang
Gambar 19 Kontribusi masing-masing kriteria terhadap alternatif kategori aktivitas minawisata bahari.
Gambar 19 menunjukan bahwa skala prioritas “ alternatif ” pemanfaatan lahan perairan Teluk Un dan Teluk Vid Bangir berturut-turut adalah
1 minawisata bahari karamba pembesaran ikan dengan persentase 28,8, 2 minawisata bahari pancing 26,9, 3 minawisata bahari selam 24,9, dan
4 minawisata bahari pengumpulan kerang 19,4. Dengan demikian total persentase seluruh “alternatif” terhadap tujuan yang ingin dicapai adalah 100.
Skala prioritas tersebut didasarkan atas “kriteria” sebagai berikut: ekologi dengan persentase 27,0; ekonomi 28,2; sosial budaya 25,4; dan kelembagaan
19,4. Dengan demikian total persentase seluruh ”kriteria” terhadap tujuan yang ingin dicapai adalah 100.
141
5.1.4 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Untuk Semua Aktivitas