Rasional Peningkatan Mutu Pendidikan
kabupatenkota dan kecamatan Pelatihan SIM tingkat kabupatenkota dan kecamatan; 2 pelatihan
penyusunan profil pendidikan tingkat kabupaten kota dan kecamatan; 3 pelatihan pemetaan sekolah berbasis
kabupatenkota dengan teknik analisis kohor atas penduduk usia sekolah; serta 4 pelatihan pemantauan
kasus dan penanggulangan kerawanan ketuntasan wajib belajar.
Kedua, perencanaan wajib belajar berbasis kabupaten kota perlu ditindaklanjuti dengan: 1 penyediaan lahan
untuk pembangunan UGBRKB sesuai dengan rekomendasi hasil analisis kohor kependudukan dan
pemetaan sekolah; 2 pengadaan perabot sekolah sesuai dengan paket UGBRKB yang direkomendasi; 3
pengadaan buku bacaan dan alat praktik pendidikan SLTP yang pengadaannya dilaksanakan atas usulan masing-
masing sekolah; 4 bantuan biaya transpor danatau pemondokan bagi murid dan guru SD MI dan SLTP yang
tempat tinggalnya jauh atau berasal dari daerah terpencil; 5 penyelenggaraan SD Kecil, SD Pamong,
kelas jauh, Paket A, Ujian Persamaan SD, SLTP Terbuka, SLTP Kecil, kelas jauh, Paket B, ujian persamaan SLTP, dan
program penyetaraan pendidikan dasar; 6 beasiswa dan subsidi silang untuk siswa SDMI dan SLTP yang berasal
dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, terutama bagi murid di pedesaan atau daerah terpencil;
dan 7 penggalangan orang tua asuh bagi siswa yang berasal dari keluarga yang secara ekonomis dipandang
kurang mampu. Akan lebih berhasil lagi jika pelaksanaan langkah strategis tersebut didasari oleh komitmen yang
kuat untuk melaksanakan desentralisasi perencanaan dan manajemen pendidikan dasar serta
fungsionalisasi atau profesionalisasi perencana dan manajer pendidikan di daerah.
16 8
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Strategi 2 : Pengembangan Model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah
School-Based Quality Management Model
Model manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat dijadikan sebagai pedoman dasar bagi para kepala
sekolah, pengawas, dan kepala dinas pendidikan dalam mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu
sekolah secara berkelanjutan. Kegiatannya meliputi: 1 peningkatan profesionalitas kepala sekolah melalui
pendidikan dan pelatihan pra jabatan, pendidikan, dan pelatihan dalam jabatan, studi lanjut ataupun pendidikan
dan pelatihan terprogram lainnya; 2 peningkatan profesionalitas guru penyetaraan atau studi lanjut
minimum hingga S-1 sesuai dengan persyaratan jabatan profesional bagi guru SDMI dan bagi guru SLTP; 3
peningkatan mutu masukan dasar lulusan SDMI; 4 peningkatan efektivitas pembelajaran; 5 peningkatan
mutu gedung termasuk pengadaan dan pemeliharaan perabot baik berupa tambahan maupun pengganti
perabot yang rusak; 6 pemenuhan kebutuhan buku paket, alat peraga, dan alat praktik pendidikan; 7
mengupayakan pemenuhan kebutuhan layanan kemuridan; 8 peningkatan pelibatan partisipasi
masyarakat dalam berbagai bentuk bantuan yang relevan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah;
9 pengembangan materi, media, program pelatihan, dan pemberian kesempatan untuk peningkatan profesionalitas
guru; 10 mengaktifkan kegiatan kelompok kerja Gugus: KKGMGMP, KKKSMKKS, dan KKPSMKPS; dan 11
penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran yang berkualitas, menjalin hubungan
dengan masyarakat, ketepatan dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah, serta
mengembangkan program penelitian tindakan kelas
classroom action research.
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
169
Strategi 3 : Pengembangan Model Sinergis Penuntasan Wajib Belajar dan Peningkatan
Mutu Pendidikan
Ketika kita berupaya meningkatkan jumlah kuantitas peserta didik, maka upaya untuk dapat meningkatkan
mutu pendidikan menjadi beban yang amat berat. Ketika kita lebih berorientasi pada kualitas, maka jumlah siswa
menjadi beban yang memberatkan. Pertanyaannya adalah dapatkah kedua upaya tersebut digalang
sedemikian rupa, sehingga keduanya dapat bersinergi dan saling mendukung. Ketiga model tersebut akan
dikembangkan secara lebih detail seperti pada uraian di bawah ini.