Pendidikan Dasar 9 Tahun Kebijakan Wajib Belajar

peluang-peluang tersebut di masa yang akan datang akan lebih terbuka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahap perintisan wajib belajar telah disiapkan suatu kondisi yang memadai, berkaitan dengan kurikulum, tenaga, sarana dan prasarana, sistem pengelolaan, persepsi, serta apresiasi masyarakat terhadap penuntasan wajib belajar SLTP dan peningkatan mutu pendidikan di seluruh Indonesia. Pencanangan wajib belajar SLTP atau wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dilakukan oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional pada tahun 1994 atau tepat sepuluh tahun setelah pencanangan wajib belajar enam tahun. Selama perintisan wajib belajar pendidikan telah dilakukan berbagai upaya, antara lain 1 penyediaan data yang akurat, tepat waktu, dan lengkap menyangkut siswa, tenaga, sarana, dan prasarana; 2 pembuatan peta sekolah untuk menentukan pola dan lokasi penanggulangan wajib belajar di SLTP; 3 memadukan kegiatan dari berbagai unit kerja yang terkait baik intern Depdiknas maupun antardepartemen di tingkat pusat maupun daerah; 4 menganalisis data untuk dapat menentukan dan memilih pola wajib belajar SLTP dengan tepat; 5 mempersiapkan tenaga, sarana, dan fasilitas untuk mendukung operasionalisasi wajib belajar SLTP yang akan diterapkan; dan 6 meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk menyukseskan wajib belajar SLTP, baik dari segi kesediaan menyekolahkan anak, pemikiran, maupun tenaga sebagai perwujudan tanggung jawab masyarakat akan pendidikan bagi anak- anaknya. Ada beberapa pola yang dapat digunakan untuk merealisasikan program wajib belajar SLTP, antara lain 1 pembangunan unit gedung baru; 2 penambahan ruang kelas baru; 3 pendirian SLTP terbuka; 4 12 4 PERENCANAAN PENDIDIKAN penyelenggaraan kelompok belajar Paket B sebagai kelanjutan dari kelompok belajar Paket A; 5 pengakuan atau akreditasi terhadap penyelenggaraan kursus-kursus dalam masyarakat; 6 pengembangan MTs yang berbasis masyarakat; dan 7 pendirian pondokan atau pondok pesantren bagi anak-anak yang berasal dari daerah terpencil. Selain pengembangan pola-pola tersebut, tidak menutup kemungkinan dikembangkannya pola baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan daerah Depdikbud 1993; Manap 1999. Hingga penelitian ini dilaksanakan 2007, gerakan perluasan pendidikan pada semua jenjang, khususnya SLTP masih menjadi prioritas pembangunan pendidikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan alokasi anggaran yang cukup besar untuk pembangunan unit sekolah baru, penambahan ruang kelas baru, pembangunan ruang penunjang laboratorium, perpustakaan, ruang guru atau kepala sekolah, ruang kantor, dan sebagainya, termasuk pembanguan SD-SMP satu atap, perluasan SMP terbuka, serta memperluas penyelenggaraan program Paket A, B, dan C.

4. Tantangan Penuntasan Wajib Belajar dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar

Menjelang abad ke21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta percaturan ekonomi global semakin menguasai perkembangan dan perubahan dunia. Dalam situasi demikian, kualitas manusia merupakan faktor yang dominan bagi pembangunan. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas bagi percepatan laju pembangunan semakin memperkuat aspirasi masyarakat terhadap pendidikan. Di tengah meningkatnya tuntutan tersebut, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata masih banyak orang yang buta huruf dan tidak memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan. Keadaan ini tentu 5. KAJIAN MASALAH PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 125