merupakan unit birokrasi pemerintahan yang memiliki otonomi dalam pengelolaan wilayahnya; 2 keputusan
tentang pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan kewenangan kabupatenkota; 3 DPRD
merupakan lembaga yang memiliki legitimasi yang kuat dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik, bukan
kepanjangan tangan pemerintah atau lembaga yang harus melegalkan usulan pemerintah seperti malpraktik
di masa lalu; 4 keputusan-keputusan pada tingkat kabupaten akan lebih rasional dan realistis jika
dibandingkan dengan keputusan yang ditetapkan pada tingkat provinsi sebab aspirasi dan potensi daerah akan
lebih terakomodasikan; 5 rentang kendali dan jalur birokrasi antara pengambil keputusan dan pelaksana di
daerah menjadi semakin dekat, sehingga pelaksanaan dan pengawasannya akan lebih efektif; serta 6 kesiapan
aparat di daerah—dengan semakin banyaknya sarjana— sudah lebih baik dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya.
Teknik analisis kohor dipandang cukup praktis
untuk memantau arus penduduk usia sekolah dan keberadaan sasaran didik. Dengan penggunaan teknik
analisis kohor tersebut, penuntasan wajib belajar berbasis kabupaten dapat mengurangi sekecil mungkin peluang
tidak teraksesnya sasaran didik sampai batas 0 nol atau tuntas. Untuk mendukung akurasi data dalam analisis
kohor tersebut, perlu didukung oleh kemampuan aparat untuk mengoperasikan aplikasi program sederhana
setingkat Microsoft office access
atau yang setara dengan
itu. Operasi aplikasi program tersebut dimaksudkan untuk input, pemrosesan, penampilan, pengemasan, dan
pemanfaatan data dasar.
Data dasar yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun: 1 profil
pendidikan tingkat kabupatenkecamatan; 2 pemetaan sekolah; 3 perhitungan anggaran yang dibutuhkan untuk
operasionalisasi kebijakan wajib belajar pendidikan dasar di tingkat kabupaten; serta 4 usulan pembangunan
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
171
gedung, penambahan fasilitas, serta pola-pola layanan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah
setempat. Penerapan model ini dapat diadopsi langsung oleh dinas pendidikan kabupatenkotakecamatan, baik
yang berlatar perencanaan dan manajemen yang desentralistis, dekonsentrasi, ataupun sentralistis.
2. Pengembangan Model Intervensi Ketuntasan Wajib Belajar
Pengembangan model intervensi pemberdayaan perencanaan strategis bagi penuntasan wajib belajar
dengan face validity yang tinggi dilakukan menggunakan
lima langkah. Pertama,
mendiskusikan rencana pengembangan model dengan tim peneliti URGE, para
pembimbing promotor, dan rekan sejawat yang mendalami sistem SIM.
Kedua, studi pendahuluan dan pengamatan terhadap sistem perencanaan yang berlaku
saat ini dengan teknik analisis posisi pendidikan. Ketiga,
menelaah teori yang relevan seperti tertuang pada bagian dua buku ini.
Keempat, menelaah hasil simulasi atau penerapan model yang relevan, termasuk menelaah hasil-
hasil penelitian dan pengembangannya. Kelima,
menggunakan pengalaman para ahli, baik melalui proses penelitian maupun pengalaman dalam memberikan
konsultasi bagi upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar. Ketuntasan wajib belajar pendidikan
dasar dapat dipercepat dengan memadukan beberapa hal berikut ini.
a. Penggunaan Teknik Analisis Kohor Kependudukan
Analisis kohor dapat digunakan untuk memantau semua anak usia pendidikan dasar ke dalam sistem
pendidikan sekolah luar sekolah. Arus kohor yang tertuang pada Diagram 7.1 menunjukkan posisi anak usia
pendidikan dasar dalam kelembagaan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Pada Diagram 7.1 terlihat
adanya dua kelompok siklus, yaitu siklus bagi anak usia 17
2
PERENCANAAN PENDIDIKAN
7–12 tahun dan siklus untuk bagi anak usia 13–15 tahun. Keduanya terbuka bagi masingmasing kelompok usia,
sesuai dengan kesempatan yang ada pada peserta didik sebab mereka dapat lebih cepat atau lebih lambat dalam
memasuki siklus tersebut.
Diagram 7.1 Arus sasaran didik wajib belajar pendidikan dasar
Penggunaan model arus sasaran didik ini baru bermakna jika disertai dengan penyediaan atau
penyelenggaraan layanan pendidikan yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, antara lain
dengan penyelenggaraan ujian persamaan SDSLTP, Paket AB, SLTP Terbuka, SDSLTP Kecil, Kelas Jauh, Penyetaraan,
dan pengadaan “pondok” bagi siswa dari daerah yang jauh atau terpencil.
Untuk memahami secara lebih jelas tentang model analisis kohor atau model arus sasaran didik wajib belajar
pendidikan dasar, dapat disusun pelabelan: 1 pada paruh pertama siklus ini perlu dicatat posisi keberadaan
penduduk usia 7–12 tahun dan 2 pada paruh kedua
Penduduk Usia 7-12 Tahun
Sekolah di SDMI Kelas :1 - 6 Putus SD MI
Belum Sekolah Uper SD
Paket A Lulus SD MI
Lulus Uper SD Lulus Paket A
Penduduk Usia 13-15 Tahun
Lanjut ke Paket B
Uper SLTP
SLTP Terbuka
SLTP Biasa Lulus Tamat SLTP Tuntas
Tak LulusPutus SLTPPaket B
Lanjut Ke: SLTA Biasa
- SLTA Tbk.
- Paket C
- Kursus2.
-
Y1
Y2 X1Y1
X1Y2 X3
X4 X5
X2 X6
X7 X8
X9 X10
X11 X12
X13
X14 X15
X16
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
173
siklus ini diketahui posisi keberadaan penduduk usia 13– 15 tahun. Kotak-kotak arus yang menunjukkan
keberadaan mereka diberi label simbol-simbol sebagai berikut.
Kotak 1 Pelabelan posisi arus penduduk suatu wilayah
Y1 = penduduk usia 7–12 tahun Y2 = penduduk usia 13–15 tahun
X1Y1 = penduduk usia 7–12 tahun yang belum sekolah X1Y2 = penduduk usia 13–15 tahun yang belum sekolah
X2 = penduduk usia 7–12 sekolah di SDMI X3 = penduduk usia 7–12 yang putus SDMI
X4 = penduduk usia 7–12 peserta uper SD X5 = penduduk usia 7–12 peserta paket A
X6 = penduduk usia 7–12 telah lulus SDMI X7 = penduduk usia 7–12 telah lulus
uper SD X8 = penduduk usia 7–12 telah lulus Paket A
X9 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut
ke SLTP X10 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke
SLTP biasa X11 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke
SLTP terbuka X12 = penduduk usia 13–15 tahun lulusan SDMI lanjut ke
SLTP biasa X13 = penduduk usia 13–15 tahun lulus SLTP
X14 = penduduk usia 13–15 tahun tidak lulusputus SLTP X15 = penduduk usia 13–15 tahun lulus ujian persamaan
SLTP X16 = penduduk usia 13–15 tahun lulus SLTP melanjutkan
ke SLTA atau yang sederajat
Data penunjangnya antara lain jumlah nominal yang harus ada pada kotak Y1, Y2, X1 sampai X16, X1Y1, dan
17 4
PERENCANAAN PENDIDIKAN