2. Model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Keunikan sekolah tidak hanya tercipta oleh “bentukannya” sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor di luar sistem sekolah. Sekolah merupakan suatu sistem terbuka yang keberadaannya tidak lepas
dari pengaruh faktor luar. Dengan mengadaptasi model school as an open system Ballantine 1982, penulis
mencoba mengembangkan siklus model indikator penentu mutu pendidikan persekolahan Diagram 7.2.
Faktor-faktor penentu mutu pendidikan juga dapat didekati dari sisi
Contexct-Input-Process-Product sebagaimana dikembangkan Stufflebeam 1971 dalam
mengevaluasi kinerja sistem. Diagram 7.2 mencoba menjelaskan kembali keterkaitan antara faktor-faktor
penentu mutu pendidikan suatu sekolah sebagai bahan kajian dalam pengembangan model manajemen mutu
berbasis sekolah
School-Based Quality Management.
Diagram 7.2 Faktor-faktor penentu mutu pendidikan dasar
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
183
Pada diagram tersebut, penulis menegaskan bahwa mutu hasil pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh
mutu proses belajar mengajar, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dilihat dari sudut produknya,
suatu sekolah dipandang bermutu apabila: 1 mampu menghasilkan lulusan dengan rata-rata NHB atau NEM
yang tinggi, mendekati atau sama dengan 10; 2 jumlah kelulusan mencapai 100 dari seluruh peserta ujian; 3
lulusannya banyak yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi; 4 tidak ada siswa yang mengulang kelas,
angka mengulang kelas mendekati atau sama dengan 0; dan 5 tidak ada siswa yang putus sekolah, angka putus
sekolah mendekati atau sama dengan 0. Keadaan itu ditransformasikan ke dalam model deskriptif deterministis
sebagai berikut.
MS = f NHB, TL, TLL, TMK, TPS
Di mana: MS = Mutu Sekolah
NHB = Nilai Hasil Belajar Siswa TL
= Total Kelulusan TLL = Total Lulus dan Melanjutkan
TMK = Total Siswa Mengulang Kelas TPS = Total Siswa Putus Sekolah
Mutu sekolah MS ditentukan oleh aktualisasi PBM di sekolah. Sementara aktualisasi PBM itu sendiri
dipengaruhi atau ditentukan oleh banyak hal, antara lain ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah
KKS;
input murid IM; implementasi kurikulum pembelajaran KP; sumber-sumber belajar SB;
ketenagaan, terutama kepala sekolah dan guru SDM; layanan kemuridan LM; jumlah dan ketepatan
pemanfaatan keuangan sekolah KPKS; iklim sekolah; IS partisipasi masyarakat PM; ketepatan dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan PMK; serta penelitian dan pengembangan sekolah PPS. Secara
18 4
PERENCANAAN PENDIDIKAN
ringkas model deskriptif deterministisnya dapat ditulis sebagai berikut.
PBM = f KKS, IM, KP, SB, SDM, LM, KPKS, IS, PM, PMK, PPS
Profil mutu tercapai berkat kualitas proses belajarmengajar yang aktual bermutu pula. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan kepala sekolah, kontribusinya mencapai 32 Keith
Girling 1991; Dadi Permadi 1998; dan Abin 1998. Tingginya kontribusi kualitas kinerja kepala
sekolah disebabkan oleh perannya yang mampu membangun sinergi atas komponen-komponen lain
yang berpengaruh terhadap aktualisasi PBM. Kepala sekolah yang profesional dan andal merupakan faktor
kunci yang mampu melipatgandakan potensi yang ada dan menggali potensi yang mungkin dikembangkannya,
tetapi kepala sekolah yang “tidak profesional” malah akan menjadi bahan cemooh stafnya, dan beban bagi
sekolahnya. Oleh karena itu, penulis memandang perlu adanya upaya pemberdayaan kepala sekolah agar mereka
dapat menjadi kepala sekolah yang andal dan mampu mengarahkan kinerja sekolah ke arah mutu terbaik.
3. Aspek-aspek Pemberdayaan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4 dan 5. Minimal terdapat 11 sebelas hal yang
harus diperhatikan oleh kepala sekolah untuk diupayakan perbaikannya secara terus-menerus, yaitu aspek-aspek
penentu mutu proses belajar mengajar PBM karena mutu aktual PBM merupakan kunci penentu pencapaian
mutu sekolah. Kompleksitas dan bervariasinya tingkatan mutu dari aspek-aspek pembentuk mutu PBM tersebut
menuntut tingkat profesionalitas kepala sekolah yang andal, kreatif, dinamis, dan inovatif. Ia harus menjadi
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
185