1 Y1+Y2 = X2+X4+X5+X6+X7+X8 + X10+X11+X12+X13+X15
2 X1Y1 + X1Y2 - X5 = 0 3 X3 - X4 + X5 = 0 ; X1Y1 = 0 ; dan X1Y2 = 0
4 X2 = X6 ; X4 = X7 ; dan X5 = X8 5 X6 + X7 + X8 transitif ke X9 atau X10 + X11 +
X12 6 Y1 = X2 + X3X4 + X3X5 + X1Y1X2 + X1Y1X3X4
+ X1Y1X3X5 7 X6 + X7 + X8 = X9 = X10 + X11 + X12 = X13
8 X10+X11+X12-X14 = X15 ; X14 = 0 ; X9 = X13 tamat SLTP 100
Program wajib belajar pendidikan dasar dipandang kurang berhasil jika terjadi deviasi, dengan formula
sebagai berikut.
Kotak 3 Penyimpangan arus dari model ideal
1 Y1+Y2 X2+X4+X5+X6+X7+X8 + X10+X11+X12+X13+X15
2 X1Y1 - X3 0 ; X3 - X4 + X5 0 ; X1Y1 - X4 + X5 3 Y2 - X9 + X1Y2X5 0
4 Angka transisi dari X6 + X7 + X8 ke X9 100 5 X9
t-3
- X13
t
6 Dipandang memiliki nilai tambah yang positif apabila X13 transitif ke X16. Makin besar persentasenya,
makin bernilailah makna ketuntasan wajib belajar dan tingkat pendidikan penduduk
4. Penerapan dan Uji Coba Model
Model arus penuntasan wajib belajar sebagaimana diuraikan di atas sangat cocok diterapkan pada satuan
wilayah setingkat kabupaten atau kecamatan, tanpa mempertimbangkan konsep desentralisasi, dekonsentrasi,
ataupun sentralisasi. Namun demikian, fluktuasi dan
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
179
dinamika penduduk serta data kependudukan akan memengaruhi angka-angka perhitungan pada model
analisis tersebut. Model ini dapat digunakan tanpa harus merekayasa situasi apa pun, kecuali pengisian blangko-
blangko yang juga sebenarnya sudah tersedia dan bisa dilacak melalui datadata yang telah diolah selama ini.
Penggunaan model ini sangat sederhana untuk dituangkan di atas kertas, tetapi diperlukan kebijakan
khusus untuk menanggulangi calon peserta didik yang berada di luar sistem pendidikan terpantau.
Kesulitan yang mungkin dihadapi adalah pada penelusuran anak yang berada di luar sistem pendidikan
dan upaya untuk mengaksesnya ke dalam layanan yang ada atau yang harus diadakan sebagai konsekuensi dari
upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar. Di samping itu, belum semua kecamatan menyediakan
model layanan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan calon peserta didik dan kondisi setempat.
Model ini telah dicoba melalui proyek Basic Education
di Jawa Barat dan diujicobakan sebagai salah satu komponen penunjang keberhasilan wajib belajar
pendidikan dasar. Kecamatan yang telah siap menggunakan model ini antara lain sebanyak 84
kecamatan yang berada di 7 kabupaten di Jawa Barat yang menjadi sasaran proyek
Basic Education. Karena sederhananya penerapan model perhitungan
matematis tersebut, maka pemasyarakatan model tersebut dapat dilakukan dalam waktu singkat. Misalnya
disajikan dalam pelatihan khusus atau disisipkan pada acara rapat kerja pendidikan dan kebudayaan tingkat
kabupaten dan kecamatan.
Beberapa kondisi yang harus disiapkan menyertai penggunaan model ini antara lain:
a. Penyelenggaraan ujian persamaan SD bagi yang putus sekolah SDMI.
18
PERENCANAAN PENDIDIKAN