PROYEKSI KEBUTUHAN PENGANGKATAN KEPALA
SEKOLAH
9
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
Madrasah memberikan acuan bagi pengembangan kompetensi kepala sekolahmadrasah. Sementara
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 18 Tahun
2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah Madrasah. Dengan kedua standar tersebut, diharapkan
seluruh kepala sekolahmadrasah di Indonesia memiliki kompetensi yang layak sebagai kepala sekolah.
Guru, kepala sekolahmadrasah, dan pengawas sekolahmadrasah pada hakikatnya merupakan figur
sentral dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik pada level individu, kelompok, kelas, satuan pendidikan,
maupun pada level wilayah binaan. Kebutuhan penyusunan
proyeksi pengangkatan
kepala sekolahmadrasah secara nyata memerlukan pendataan
yang cermat dan akurat terkait dengan berbagai variabel penentunya.
Telah menjadi keyakinan semua bangsa di dunia, bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat besar
dalam kemajuan bangsa. Suyanto 2003:3 menyatakan bahwa seorang presiden negara paling maju di dunia
masih tetap mengakui bahwa investasi dalam pendidikan merupakan hal yang penting bagi kemajuan bangsa. “
As a nation, we now invest more in education than in
defense”. Oleh karena itu di era global seperti saat ini,
manakala suatu pemerintahan tidak mempedulikan pembangunan sektor pendidikan secara serius dan
berkelanjutan, mudah diprediksi bahwa pemerintahan negara itu dalam jangka panjang justru akan menjebak
mayoritas rakyatnya memasuki dunia keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan Suyanto 2000:3.
Pendidikan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat dipahami bahwa pendidikan itu harus disadari arti pentingnya dan direncanakan secara sistematis. Hal
tersebut dilakukan agar suasana belajar dan proses pembelajaran berjalan secara optimal. Dengan
terbentuknya suasana dan proses pembelajaran tersebut, peserta didik akan aktif mengembangkan potensi sesuai
dengan bakat dan minatnya. Dengan berkembangnya potensi peserta didik, maka mereka akan memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya pada pasal 3 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
9. PROYEKSI KEBUTUHAN PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH
233
Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Jalur pendidikan adalah
wahana yang dilalui perserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilakskanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jumlah satuan pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah
Menengah Kejuruan yang berada di lingkup kementerian pendidikan dan kebudayaan serta kementerian agama,
program yang ditawarkan, banyaknya peserta didik, rombongan belajar, serta jumlah guru menjadi dasar
pertimbangan untuk menetapkan berapa banyak kepala sekolah perlu diangkat, serta berapa banyak pengawas
sekolah dan dalam bidang apa saja mereka perlu diangkat.
Terdapat banyak faktor yang memengaruhi tercapainya kualitas hasil pendidikan, tetapi faktor yang
utama adalah manajemen sekolah. Dalam manajemen sekolah, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat
penting guna mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu dalam rangka pembinaan kepala
sekolah, pemerintah telah menetapkan standar kompetensi kepala sekolah yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007, Seleksi, Pendidikan dan Pelatihan, Pembinaan, dan Pemberhentian
Kepala Sekolah diatur dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2010.
23 4
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Di era otonomi daerah, penyiapan, pengangkatan, pemberdayaan, dan pemberhentian kepala sekolah dan
pengawas sekolah sepenuhnya menjadi kewenangan daerah bupati dan walikota. Sejak kepala daerah
diangkat melalui hasil pemilihan langsung di beberapa daerah, patut diduga bahwa hal tersebut banyak
dipengaruhi faktor politis, di mana tim sukses lebih menentukan siapa yang diangkat menjadi kepala sekolah
dan siapa yang harus berhenti dari posisi kepala sekolah. Pemberlakuan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 dan
adopsi lebih lanjut oleh pemerintah daerah untuk perberlakuannya diharapkan akan dapat membantu
percepatan peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu upaya untuk memperoleh hasil perhitungan proyeksi kebutuhan pengangkatan kepala sekolah antara
lain dilakukan dengan jalan menyusun proyeksi kebutuhan pengangkatan kepala sekolahmadrasah
sebagaimana diuraikan pada pokok bahasan ini. Penggunaan data hasil proyeksi untuk dijadikan sebagai
acuan untuk perekrutan, pembinaan, mutasi, promosi jabatan guru, kepala sekolah, serta acuan dalam
menyusun perencanaan kegiatan dan penyediaan anggarannya.
2. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan perencanaan kebutuhan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
b. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
9. PROYEKSI KEBUTUHAN PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH
235
e. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala SekolahMadrasah.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Sekolah. h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah.
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional.
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala SekolahMadrasah
l. Permenpan No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. m. Pedoman pelaksanaan tugas guru dan pengawas oleh
Ditjen PMPTK.
3. Tujuan Penyusunan Proyeksi Kebutuhan Pengangkatan Kepala Sekolah
Tujuan disajikannya bahan ini adalah agar dinas pendidikan kabupatenkota provinsi di Indonesia dan
pihakpihak terkait lainnya. a. Memiliki persepsi yang sama dalam melakukan
pernyusunan proyeksi kebutuhan kepala sekolah. 23
6
PERENCANAAN PENDIDIKAN
b. Menyusun proyeksi kebutuhan kepala sekolah secara sistematis dan akurat.
c. Menggunakan data hasil proyeksi untuk perekrutan, pelatihan, dan penyusunan anggaran untuk keperluan
pengangkatan kepala sekolah dan pengawas sekolah.
4. Sasaran
Semua jenis dan jenjang sekolah yang berada dalam lingkup kabupatenkota provinsi memiliki kepala sekolah
yang kompeten.
5. Hasil yang diharapkan
Setelah mempelajari panduan ini, dinas pendidikan kabupatenkotaprovinsi di Indonesia dapat:
a. menyamakan persepsi dalam melakukan penyusunan proyeksi kebutuhan kepala sekolah;
b. menyusun proyeksi kebutuhan kepala sekolah secara sistematis dan akurat; dan
c. menggunakan data hasil proyeksi untuk perekrutan, pelatihan dan penyusunan anggaran untuk keperluan
pengangkatan kepala sekolah.
B. Metode Penyusunan Proyeksi Kebutuhan
Pengangkatan Kepala Sekolah
Proyeksi kebutuhan pengangkatan kepala sekolah di suatu wilayah kabupatenkotaprovinsi didasarkan pada
kebutuhan jabatanformasi yang ada. Hal itu ditentukan berdasarkan banyaknya satuan pendidikan yang
memerlukan adanya kepala sekolah, tetapi belum terdapat kepala sekolah yang definitif. Proyeksi dapat
dibuat berdasarkan berapa banyak sekolah yang ada, berapa banyak sekolah tambahan yang baru untuk dua
9. PROYEKSI KEBUTUHAN PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH
237