Fisik dan Penggunaan Konsep Model dan Modeling
kemampuan profesional guru, meliputi peningkatan sebagai berikut.
a. Penguasaan guru terhadap kurikulum dan perangkat pedoman pelaksanaannya
b. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas
c. Keterampilan guru menggunakan berbagai metode secara variatif
d. Kemampuan guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran
e. Kemampuan guru menyelenggarakan evaluasi proses dan hasil belajar
f. Tanggung jawab dan dedikasi guru terhadap tugasnya
g. Kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugasnya Dirjen Pendidikan Dasar 1998:24
Tingkat kemampuan profesional guru cukup berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan mengajarnya
di kelas. Sementara faktor kunci keberhasilan sekolah adalah kemampuan profesional kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan atau kemampuan kepala sekolah yang dikaitkan dengan fungsinya sebagai manajer,
supervisor, dan administrator. Termasuk dalam kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala
sekolah untuk mengarahkan, memotivasi, mensupervisi guru dan personil sekolah lainnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolahnya mempunyai peran yang amat menentukan bagi kemajuan
sekolahnya. Sebab semua potensi internal dan eksternal sekolah atau komponen persekolahan hanya dapat
dioptimalkan pemanfaatannya oleh kepala sekolah yang mempunyai kemampuan profesional yang memadai.
Abin Syamsuddin Hand-out 1999 menegaskan
bahwa kualitas sumber daya manusia SDM lulusan sistem pendidikan dari dua dimensi yaitu “hierarkis” dan
8
PERENCANAAN PENDIDIKAN
“kategorikal”. Secara hierarkis, SDM dapat dibedakan menurut tiga jenjang: 1 pendidikan dasar; 2
pendidikan menengah, dan 3 pendidikan tinggi yang dapat dirinci kembali menurut tingkat kelas ataupun
kelompok belajarnya. Secara kategorikal, sesuai atau semua tingkatan sekolah dibedakan menurut kategori
kualifikasinya. Lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem sekolah menempati salah satu sel yang menggambarkan
kualifikasi dan kemampuannya. Secara visual, kaitan antara dimensi hierarkhis dengan dimensi kategorigal
mutu SDM dapat dijelaskan dengan Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Kualifikasi mutu SDM menurut tingkat pendidikan dan kategori kualitas lembaganya
MUTU SDM MENURUT
PENDIDIKAN BOBO
T JEN-
JANG KATEGORI KULITAS
LEMBAGA A
B C
D E
P E
N D
I D
I K
A N
P T
S-3–SpII S-2–STP
S-1–D-4 So2D-2
So1D-1 A
AA AB AC AD
AE
S M
SMA SMK
MA B
BA BB BC
BD BE
DIK DAS
SLTPMT S
C CA AB
CC CD CE
SD MI
D DA DB
DC DD DE
TTSDTS E
EA EB EC
ED EE
Sumber: Abin Syamsuddin dan Manap Somantri 1999
Berdasarkan Tabel 3.3, minimal ada 25 klasifikasi mutu SDM ditinjau dari dimensi tingkat pendidikan yang
ditamatkannya dengan dimensi kategori kualifikasi kualitas lembaga, di mana mereka memperoleh
3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
81
pendidikan. Mulai dari kualifikasi EE tidak tamat SD TTSD dengan kualifikasi lembaga terendah E sampai
kualifikasi AA tamatan perguruan tinggi dengan kualifikasi lembaga terbaik A. Walaupun pembagian
kualifikasi tersebut masih kasar dan perlu kriteria lebih lanjut, tetapi pada tabel tersebut cukup dijelaskan bahwa
kualitas sumber daya manusia SDM, sehingga dapat dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dan kualitas
lembaga pendidikannya.
Indek pembangunan manusia Human Development
Index dapat dibedakan berdasarkan indikator-indikator tertentu, yang berlaku secara internasional antara lain:
1 tingkat harapan hidup life expectancy;
2 tingkat buta huruf orang dewasa adult literacy rate;
3 rasio partisipasi kasar gross enrolment rasio atau
tingkat pendidikan penduduk; 4 pendapatan per kapita
real GDP per capita; dan 5 tingkat kesehatan penduduk
health domestik index Hudaya 1998:4.
Di Indonesia, kualifikasi tenaga kerja sering kali dibedakan atas pendidikan yang ditamatkannya,
klasifikasinya terdiri atas: 1 tidak tamat SD TTSD;
2 tamat SD TSD; 3 tamat SLTP TSLTP;
4 tamat SLTA Umum; 5 tamat SLTA Kejuruan;
6 tamat Diploma; dan 7 tamat Strata 1, 2, 3, dan seterusnya Boediono
1993:53. Woodhall 1970
dalam Psacaropoulos 1985:39 menjelaskan bahwa “semakin tinggi rata-rata tingkat
8 2
PERENCANAAN PENDIDIKAN
pendidikan pekerja, akan semakin baik pula produktivitas kerja dan penghasilannya”. Sebagai contoh, berikut ini
dikutip perkiraan jumlah angkatan kerja keluaran pendidikan dalam kurun waktu lima tahun terahir.
Tabel 3.4 Perkiraan jumlah
angkatan kerja
keluaran pendidikan tahun 1994–1998
No .
Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
1 2
3 4
5 6
7 Tak Tamat SD
Tamat SD Tamat SLTP
Tamat SLTA Umum Tamat SLTA Kejuruan
Tamat Diploma Tamat Strata-1
1.015, 6
4.472, 8
1.885, 9
3.360, 8
1.582, 5
239,3 613,0
7,71 33,96
14,32 25,55
12,02
1,82 4,65
Jumlah 13.169,9
100,00
Sumber: diolah kembali dari Boediono 1993:53
Perencanaan strategis penuntasan wajib belajar pendidikan akan memperlancar implementasi wajib
belajar pendidikan dasar dan program wajib belajar pendidikan dasar dapat dicapai sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Bersamaan dengan itu, upaya- upaya ke arah peningkatan mutu pendidikan terus
diupayakan. Setiap lembaga pendidikan berupaya untuk meningkatkan mutu masukan, mutu proses, dan mutu
hasil pendidikan. Tingkat ketuntasan wajib belajar pendidikan semakin baik dengan mutu keluaran
pendidikan yang semakin baik pula. Dengan demikian, akses lulusan pendidikan untuk melanjutkan semakin
3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
83
terbuka dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya akan lebih baik.