Model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

a. Pengenalan prinsip-prinsip dasar SBM 1 Otonomi sekolah 2 Peraturan dan guidelines dari pusat 3 Peran serta masyarakat b. Pengelolaan Administrasi dan Keuangan Sekolah 1 Kualifikasi kepala sekolah 2 Kualifikasi guru 3 Pengelolaan administrasi sekolah 4 Sistem penggajian kepala sekolah, guru, dan tenaga sekolah lainnya 5 Penyediaan kesejahteraan kepala sekolah, guru, dan staf lainnya 6 Sistem pengangkatan kepala sekolah, guru, dan staf lainnya 7 Pengadaan sarana dan prasarana sekolah 8 Hubungan sekolah dan masyarakat 9 Penyusunan kurikulum 10 Pengujian dan evaluasi 11 Kepustakaan sekolah 12 Pengaturan jam pelajaran 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 187 c. Kewajiban dan tanggung jawab sekolah 1 Menyusun rencana sekolah 2 Menyusun rencana anggaran sekolah 3 Mengelola sekolah sesuai dengan butir 1 dan 2 4 Melakukan internal monitoring dan selfassessment 5 Menyusun laporan tahunan kemajuan sekolah berdasarkan butir 1 dan 2 6 Menerima eksternal monitoring dan evaluasi 7 Menyusun laporan akhir berdasarkan 1, 2, 4, 5, dan 6 ------------------------------------------------------------- ------------------------------- Sumber: Draft 2, School-Based Management, BPPN Bank Dunia Januari 1999

4. Strategi Pemasyarakatan Manajemen Mutu Berbasis Sekolah

Dalam jangka pendek, model manajemen mutu berbasis sekolah ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan uji coba pelatihan dan pengujian hasilnya. Sebagai contoh, Dadi Permadi mencoba mengadakan pelatihan “Model Kepemimpinan Mandiri” kepada para kepala SD, guru-guru, dan tokoh masyarakat di desa tertinggal. Dalam proses uji coba tersebut amat dirasakan bahwa mereka memang gandrung dengan materi-materi yang diberikan dalam latihan. Keterkungkungan birokratif dan ketertinggalan daerah tempat tugasnya menyebabkan mereka menjadi tidak berdaya atau bahkan sengaja tidak diberdayakan oleh fungsi birokrasi yang bertautan dengan perilaku fungsionalnya. Dengan demikian, profesionalisasi kepala sekolah perlu mendapat dukungan para pakar manajemen 18 8 PERENCANAAN PENDIDIKAN pendidikan dalam membuka wawasan, membangun semangat dan kreativitasnya. Selain itu, komitmen birokrasi harus berpihak pada upaya-upaya tersebut karena hal itu merupakan tuntutan situasi yang meminta agar otonomi profesional kepala sekolah semakin mantap dan campur tangan birokrat dalam mengurus rumah tangga sekolah dapat diminimalkan. Untuk itu, masih perlu dirumuskan dan dikembangkan bahan-bahan yang harus diadopsi dan dipedomani oleh kepala sekolah, dirancang tata cara dan teknik penyampaian atau pelatihannya, dan pengembangan lebih lanjutnya. Hasil-hasil penelitian seperti kepemimpinan institusional yang mengutamakan aspek keinovasian kepala sekolah Model Aceng 1997; kepemimpinan mandiri Model Dadi 1998; partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan Model Iim 1998; dan keefektifan pembiayaan sekolah Model Nanang 1999 dapat dijadikan sebagai suplemen dalam rangka pemberdayaan kepala sekolah. Inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya proses pembelajaran yang bermakna bagi diri siswa yang akan menghasilkan lulusan dalam jumlah dan kualifikasi tertentu bermutu. Mengingat kompleksitas dan variatifnya persoalan pembelajaran beserta faktor- faktor penentu keberhasilannya, maka upaya peningkatan mutu itu harus dilakukan secara terus-menerus melalui pemenuhan jumlah dan kualifikasi faktor-faktor penentunya sesuai dengan persyaratan ambang dan kriterianya. Walaupun universal sifatnya, setiap sekolah memiliki keunikan karakteristik dan kinerjanya. Oleh karena itu, hanya warga sekolah yang bersangkutan yang mengetahui secara persis apa yang harus ditingkatkanya. Dengan mengacu pada sistem “ input-process-output” pendidikan, maka upaya peningkatan mutu pendidikan harus diawali dengan perbaikan input-nya, baik yang inti maupun pendukungnya. Perbaikan input saja tidak cukup, 7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 189