kepala sekolah yang berintikan manajemen mutu berbasis sekolah
School-Based Quality Management ataupun kepemimpinan mandiri yang dirumuskan dalam
rekomendasi pada model 2 berikut ini.
Model-2 Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah
C. Visi, Misi, dan Tujuan Penyusunan Rencana
Kedua model intervensi pemberdayaan yang diusulkan didasarkan atas visi, misi, tujuan, program, kriteria
keberhasilan, dan strategi berikut.
Visi : Tuntas layanan wajib belajar pendidikan dasar dan
pendidikan dasar yang bermutu.
Misi : Membuka kesempatan belajar pada level
pendidikan dasar yang seluas-luasnya bagi semua penduduk usia sekolah dan berupaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan.
Tujuan : Meningkatkan pelayanan pendidikan melalui
perluasan pemerataan kesempatan belajar
akses dan peningkatan mutu pendidikan.
Program : Penuntasan wajib belajar dan peningkatan
mutu pendidikan.
D. Kriteria Penuntasan Wajib Belajar dan
16 6
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Semua anak usia 7–15 tahun tertampung di lembaga pendidikan, baik pendidikan persekolahan maupun
pendidikan luar sekolah. 2. Semua lulusan SDMI melanjutkan ke SLTP atau yang
sederajat sampai tamat. 3. Meningkatnya mutu komponen masukan dan layanan
atau proses pendidikan. 4. Meningkatnya mutu lulusan yang tercermin dalam
kontinuitas kenaikan prestasi belajar siswa. 5. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan.
E. Strategi Penuntasan Wajib Belajar dan
Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Peningkatan pemerataan atau perluasan kesempatan belajar akses pada jenjang pendidikan SLTP dengan
jalan mengembangkan rencana pengembangan pendidikan berbasis kabupatenkota.
2. Penerapan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
School-Based Quality Management. 3. Pengembangan model sinergi penuntasan wajib
belajar dan peningkatan mutu pendidikan.
Strategi 1 : Pengembangan Model Perencanaan Berbasis Kab.Kota untuk
Perluasan Pemerataan Kesempatan Belajar
Perluasan pemerataan kesempatan belajar akses ke SLTP dapat ditempuh dengan jalan:
pertama, pemberdayaan perencanaan wajib belajar berbasis
kabupatenkota, yang kegiatannya meliputi 1 pelatihan penyusunan data dasar pendidikan pada tingkat
7. PERENCANAAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
167
kabupatenkota dan kecamatan Pelatihan SIM tingkat kabupatenkota dan kecamatan; 2 pelatihan
penyusunan profil pendidikan tingkat kabupaten kota dan kecamatan; 3 pelatihan pemetaan sekolah berbasis
kabupatenkota dengan teknik analisis kohor atas penduduk usia sekolah; serta 4 pelatihan pemantauan
kasus dan penanggulangan kerawanan ketuntasan wajib belajar.
Kedua, perencanaan wajib belajar berbasis kabupaten kota perlu ditindaklanjuti dengan: 1 penyediaan lahan
untuk pembangunan UGBRKB sesuai dengan rekomendasi hasil analisis kohor kependudukan dan
pemetaan sekolah; 2 pengadaan perabot sekolah sesuai dengan paket UGBRKB yang direkomendasi; 3
pengadaan buku bacaan dan alat praktik pendidikan SLTP yang pengadaannya dilaksanakan atas usulan masing-
masing sekolah; 4 bantuan biaya transpor danatau pemondokan bagi murid dan guru SD MI dan SLTP yang
tempat tinggalnya jauh atau berasal dari daerah terpencil; 5 penyelenggaraan SD Kecil, SD Pamong,
kelas jauh, Paket A, Ujian Persamaan SD, SLTP Terbuka, SLTP Kecil, kelas jauh, Paket B, ujian persamaan SLTP, dan
program penyetaraan pendidikan dasar; 6 beasiswa dan subsidi silang untuk siswa SDMI dan SLTP yang berasal
dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, terutama bagi murid di pedesaan atau daerah terpencil;
dan 7 penggalangan orang tua asuh bagi siswa yang berasal dari keluarga yang secara ekonomis dipandang
kurang mampu. Akan lebih berhasil lagi jika pelaksanaan langkah strategis tersebut didasari oleh komitmen yang
kuat untuk melaksanakan desentralisasi perencanaan dan manajemen pendidikan dasar serta
fungsionalisasi atau profesionalisasi perencana dan manajer pendidikan di daerah.
16 8
PERENCANAAN PENDIDIKAN