Penuntasan Wajib Belajar dan Peningkatan Mutu Pendidikan

H. Penggunaan Konsep Model dan Modeling

1. Definisi Model dan

Modeling Law Kelton 1991:5 dan Sudarwan 1998:22 mendefinisikan model sebagai representasi suatu sistem yang dapat mewakili sistem sesungguhnya. Visualisasinya dirumuskan melalui aktivitas mental berupa berpikir ways of thinking tertentu untuk melakukan konkretisasi atas fenomena yang abstrak. Mills et al. 1989:4 berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dalam dunia rekayasa engineering, Johansson 1993:2 mengemukakan bahwa model digunakan untuk keperluan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem pengkajian. Dilihat dari sisi kebijakan publik, Mazzoni 1991:116 mengemukakan bahwa “ the central concept of the model is that of arena”. Arena ini merupakan saluransaluran tindakan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah specific governmental action channels, seperti ekonomi, politik, dan sosial. Kata modeling secara harfiah berarti “ art of making models” Hornby 1994:797. Johansson 1993:3 dan Sudarwan 1998:22–23 mendefinisikan modeling sebagai suatu proses yang diawali dengan pengidentifikasian perangkat komponen-komponen terkait dari sebuah model ideal. Sistem identifikasi merupakan proses melahirkan model sistem matematika dari data yang dapat diobservasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil identifikasi, dikembangkan model fisikal berikut struktur jaringannya. Resultansi perilaku jaringan itu dapat ditentukan dari struktur jaringan dan sifat-sifat persamaan keseimbangan antarkomponen yang saling berinteraksi karena pada umumnya masalah modeling menjelaskan kondisi 7 PERENCANAAN PENDIDIKAN keseimbangan yang diasosiasikan dengan energi minimal minimum energy. Johanssen 1993:2–3 juga menegaskan bahwa perumusan model tersebut mempunyai tiga tujuan utama, pertama, memberikan penggambaran atau deskripsi kerja sistem untuk periode tertentu, di mana di dalamnya implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksanakan perubahan atau memprediksi cara sistem beroperasi di masa datang. Kedua, memberikan gambaran tentang fenomena tertentu menurut diferensiasi waktu atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai bagi keteraturan sebuah sistem. Ketiga, memproduksi model yang mempresentasikan data dan format ringkas pada tingkat kompleksitas yang rendah.

2. Kategori Model

Johanssen 1993:2 mengemukakan ada empat kategori model yang banyak digunakan, yaitu 1 cognitive models human concepts; 2 normative models purpose oriented; 3 deskriptive models behavior oriented; dan 4 functional models action and control oriented. Cognitive models human concepts merupakan model-model konseptual conceptual models yang mendasari penalaran dan persepsi, belajar induktif, pembuatan keputusan, perencanaan, dan sebagainya. Cognitive models juga bermakna sebagai usaha manusia untuk memahami dan mengontrol segala seluk-beluk yang berkaitan dengan dunianya. Normative models purpose oriented merupakan penggambaran mengenai fungsi-fungsi spesifik yang diinginkan, tujuan, dan sasaran sebuah sistem atau proses. Model normatif pada umumnya digunakan dalam kerangka desain enjinering dan regulasi pemerintahan. Descriptive models dan functional models pada umumnya digunakan untuk tujuan saintifik dan teknologikal. Modelmodel semacam ini biasanya dipilah menjadi dua kategori: a model-model kuantitatif yang dijelaskan 3. WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 71