Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan

Tujuan pendidikan yang bersifat eksternal tersebut telah melatarbelakangi pandangan klasik tentang perencanaan pendidikan, yaitu 1 pendekatan kebutuhan sosial social demand approach; 2 pendekatan perencanaan ketenagakerjaan manpower planning approach; dan 3 pendekatan untung-rugi dalam perencanaan pendidikan rate of return approach. Davis 1980 menambahkan pendekatan yang keempat, yaitu pendekatan analisis keefektifan biaya cost effectiveness analysis approach, sebagaimana dikemukakan Davis bahwa: “ Educational planning is said to have three basic approaches used at the national level, and we would add a fourth apllied mainly at the project or program level; estimation of social demand; manpower planning; rate of return analysis; and cost efectiveness analysis” Blaugh 1967; Roger dan Rucklin 1971; Davis 1980:2. Perencanaan dengan pendekatan kebutuhan sosial social demand approach menekankan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan, yakni pembebasan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan. Misalnya keperluan akan pendidikan yang memadai, yang implementasinya tertuang dalam bentuk kebijakan wajib belajar, pembebasan biaya pendidikan bagi kelompok masyarakat yang terbatas secara ekonomis. Pendekatan ini membawa misi bagaimana perencana dapat mengakomodir agar semua orang dapat memperoleh pendidikan yang memadai dengan pembiayaan wajar. Pendidikan adalah hak setiap warga negara, setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan, tidak dibatasi oleh ketidakberdayaan secara ekonomis, fisik, ataupun faktor sosial budaya lainnya. Pemerintah danatau penyelenggara pendidikan harus berupaya untuk dapat mengakomodir semua penduduk usia sekolah PUS yang berada dan terlibat dalam sistem pendidikan. Mahalnya pendidikan jadi relatif, yang pasti semua penduduk usia sekolah harus ambil bagian dalam proses pendidikan. Tingkat keberhasilan pemerintah 4 PERENCANAAN PENDIDIKAN dalam pelayanan pendidikan dapat diketahui dari besarnya persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah, yang dikenal dengan istilah angka partisipasi pendidikan. Manpower planning approach menekankan pada kesesuaian atau relevansi antara lulusan output satuan pendidikan dan keperluan akan tenaga kerja di berbagai bidang. Implementasinya tertuang dalam kebijakan “ link and match, kurikulum berbasis kompetensi, penerapan konsep life skill, dan sejenisnya”. Proses pendidikan dipandang sebagai wahana untuk mempersiapkan peserta didik menjadi sumber daya manusia SDM yang terdidik dengan baik, yakni SDM yang kreatif, inovatif, kompetitif, memiliki sikap dan kepribadian yang unggul, serta memiliki keterampilan hidup yang memadai untuk hidup mandiri dan mengembangkan dirinya. SDM yang terdidik dengan baik akan menjadi manusia produktif yang dapat menyumbang pada keberhasilan pembangunan. SDM yang terdidik dengan baik akan menjadi manusia yang bermakna bagi dirinya, keluarganya, organisasi di mana ia berada, serta masyarakat dan bangsa pada umumnya. Pendekatan perencanaan ketenagakerjaan manpower planning approach mempersiapkan SDM untuk menjadi tenaga kerja yang produktif di masa yang akan datang. Cost benefit approach menekankan pada analisis untung rugi yang lebih bersifat ekonomis dan berlandaskan pada konsep investment in human capital. Pendidikan dipandang sebagai investasi sumber daya manusia yang akan mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Penyelenggara pendidikan akan mempertimbangkan berapa banyak investasi yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan, keuntungan apa yang akan diperolehnya dan berapa banyak, adakah keuntungan langsung ataupun keuntungan tidak langsung atas program penyelenggaraan pendidikan tersebut. Masalah untung- rugi menjadi bahan pertimbangan utama dalam 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN 5 penyelenggaraan pendidikan. Konsep ini juga menjadi dasar pemikiran bahwa semakin banyak dana dialokasikan untuk pendidikan, akan semakin banyak keuntungan yang akan diperoleh penyelenggara pendidikan di masa yang akan datang. Sementara Cost effectiveness approach lebih menekankan pada penggunaan dana dan fasilitas yang secermat mungkin untuk mencapai hasil optimal, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan utama dalam pendekatan efektivitas biaya adalah berapa banyak budget yang tersedia untuk pendidikan, pendidikan apa yang dapat dilakukan dengan budget tersebut. Dalam konteks ini dianut prinsip produktivitas, yakni dengan dana minimal diupayakan dapat mencapai hasil yang maksimal. Para penyelenggara pendidikan akan menghindari adanya pemborosan dalam pembiayaan pendidikan dan akan berupaya seoptimal mungkin agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara cepat dan tepat. Pada umumnya, perencanaan pendidikan merupakan hasil sintesis dari keempat pendekatan tersebut. Pemerintah sebagai penyediapenyelenggara pendidikan perlu mempertimbangkan penggunaan keempat pendekatan tersebut dalam merencanakan pendidikan. Hal itu tercermin dalam perencanaan yang berkaitan dengan penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar, di mana semua anak usia pendidikan dasar pada saatnya dapat terlayani semua dalam sistem pendidikan nasional. Untuk itu digunakan konsep pendekatan tuntutan sosial social demand approach. Sementara itu, kehendak untuk mengalokasikan biaya pendidikan sebanyak 20 dari APBN dan APBD merupakan manifestasi dari pandangan bahwa pendidikan merupakan prioritas dalam pembangunan. Jika kita mengalokasikan dana yang cukup sebagai prioritas untuk pendidikan anak bangsa, maka pemerintah pada dasarnya menanamkan investasi jangka panjang. Modal yang besar untuk pendidikan akan menghasilkan SDM 6 PERENCANAAN PENDIDIKAN yang produktif dan kompetitif, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada kemajuan pembangunan pada umumnya. Demikian juga dengan pertimbangan untungrugi dan efektivitas pemanfaatan dana yang selalu menjadi bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan pada tataran operasional.

C. Bentuk-bentuk Perencanaan Pendidikan

Ditinjau dari segi waktu, perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas perencanaan jangka panjang antara 11– 30 tahun, perencanaan jangka menengah antara 5–10 tahun, dan perencanaan jangka pendek antara 1–4 tahun. Ketiga bentuk perencanaan tersebut berkaitan antara satu dan yang lainnya. Perencanaan jangka pendek merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah, keduanya merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang. Beberapa perencanaan jangka pendek yang digabungkan secara sistematis dan sistemik dapat dipandang sebagai perencanaan jangka menengah, beberapa perencanaan jangka menengah yang dirangkai dalam satu kesatuan akan menjadi rencana jangka panjang. Pada zaman orde baru, perencanaan jenis ini teraktualisasi dalam perencanaan tahunan, rencana pembangunan lima tahun REPELITA, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP. RPJP I merupakan gabungan dari REPELITA I, II, III, IV, dan V; RPJP II merupakan gabungan dari REPELITA VI, VII, VIII, IX, dan X; sedangkan setiap REPELITA merupakan gabungan dari Rencana Pembangunan Tahun ke I, II, III, IV, dan V. Di era otonomi daerah, pemerintah daerah pada umumnya menerapkan konsep pembangunan tersebut dikenal dengan sebutan program pembangunan multiyears. Istilah pembangunan tahun jamak bukanlah pendekatan baru dalam perencanaan pembangunan, tetapi merupakan kata lain dari program pembangunan berkelanjutan. Pembangunan suatu objek yang tidak 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN 7 dapat dikerjakan dalam satu tahun harus dirancang untuk dikerjakan dalam beberapa tahun, dengan pentahapan yang rasional, konsepsional, proporsional, dan bertahap. Berdasarkan ruang lingkupnya, perencanaan pendidikan dapat dibedakan atas 1 perencanaan makro, level nasional, meliputi seluruh usaha pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan, kurikulum, peserta didik, dan pendidik dalam suatu sistem pendidikan yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional; 2 perencanaan meso, yaitu level regional atau lokal, meliputi semua jenis dan jenjang pendidikan di suatu daerah; serta 3 perencanaan mikro, biasanya bersifat institusional, meliputi berbagai kegiatan perencanaan pada suatu lembaga atau satuan pendidikan tertentu atau pada beberapa lembaga yang sama dan berdekatan lokasinya. Dalam konteks ini, kita kenal adanya 1 Perencanaan Pendidikan Nasional; 2 Perencanaan Pendidikan Provinsi; 3 Perencanaan Pendidikan KabupatenKotaKecamatan; dan 4 Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan Kelembagaan atau Rencana Pengembangan Sekolah RPS. Rencana pembangunan pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari perencanaan pendidikan provinsi. Rencana pembangunan pendidikan provinsi merupakan kumulatif dari perencanaan pendidikan kabupatenkota. Rencana pembangunan pendidikan kabupatenkota merupakan kumulatif dari perencanaan pengembangan satuan-satuan pendidikan. Dari segi pendekatannya, perencanaan pendidikan dibedakan atas: 1 perencanaan terintegrasi integrated planning, yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhan aspek pendidikan sebagai suatu sistem dalam pola pembangunan nasional; 2 perencanaan komprehensif comprehensive planning, yaitu perencanaan yang disusun secara sistematis dan sistemik, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh; 3 perencanaan strategis strategic planning, yaitu perencanaan yang disusun berdasarkan 8 PERENCANAAN PENDIDIKAN