terhadap daerah-daerah yang mempunyai kendala berat dalam mengimplementasikan program wajib belajar,
antara lain daerah terpencil, perbatasan, dan daerah miskin atau daerah yang memiliki karakteristik khusus
dan berpengaruh terhahadap permasalahan yang diteliti. Studi ini dipandang cocok untuk mendeskripsikan profil
pendidikan dan untuk merumuskan rencana strategis penuntasan wajib belajar dan peningkatan mutu
pendidikan.
3. Sampel Penelitian
a. Penentuan Wilayah, Sumber Data, dan Informan
Dalam sampel kasus penelitian ini Provinsi Bengkulu dijadikan sebagai wilayah kasus dalam upaya penuntasan
wajib belajar. Dari sembilan kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan
daerah yang menghadapi masalah terberat dalam upaya penuntasan wajib belajar. Sementara itu, Kecamatan
Ketahun merupakan kecamatan yang paling rendah tingkat partisipasi pendidikannya.
Dalam rangka mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berpengaruh terhadap permasalahan yang diteliti
ataupun sumbersumber yang dipandang dapat memberikan informasi tentang profil internal pendidikan,
profil eksternal pendidikan, dan profil sistem informasi manajemen pendidikan di wilayah kasus tersebut dipilih
informan sebagai berikut: pada
tingkat provinsi, dipilih Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bagian Perencanaan,
Kepala Sub-Dinas, Kepala Bidang Dikdas, Kepala Bappeda, Kasi Pergurais Kemenag, dan Seksi Dokumentasi pada
Kantor Statistik Provinsi Bengkulu sebagai informan dan sumber data dalam penelitian ini. Di
tingkat kabupaten, dipilih Kepala Dinas pendidikan, Kasubag Perencanaan,
Pengawas Sekolah, dan Kasi Pergurais Kemenag sebagai sumber data dan informan penelitian. Di
tingkat 9
4
PERENCANAAN PENDIDIKAN
kecamatan, dipilih Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala KUA, Camat, Pengawas TK SD, dan tokoh
masyarakat. Sumber data dan informan pada tingkat
satuan pendidikan sekolah antara lain kepala sekoah, guru, ketua komite sekolah, siswa, dan informan lain yang
dipandang relevan untuk memberikan informasi atau komentar tentang permasalahan yang sedang digali
informasinya, yang ditentukan secara acak dan membentuk “
bola salju” sesuai dengan tujuan penelitian dan data yang diperlukan.
Penentuan sampel kasus penelitian berdasarkan pada tujuan tertentu
purposive sampling dan kasus-kasus dalam penelitian ini dipilih menggunakan tekni bola salju
snowball sampling Bogdan dan Biklen 1982; Moleong 1990. Sebagai sampel, purposif kasus mempunyai ciri-
ciri: 1 tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu, kecuali menyebutkan karakteristik, jabatan atau
fungsinya dalam konteks masalah yang diteliti; 2 penentuan kasus secara berurutan; 3 penyesuaian
kasus berkelanjutan; dan 4 pemilihan kasus berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Dengan teknik ini diharapkan
peneliti dapat memperoleh variasi yang memadai dan dapat memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih
dahulu, sehingga dapat dipertentangkan atau dapat diisi adanya kesenjangan informasi.
Subjek manusia dalam penelitian ini cenderung bersifat sebagai informan yang dimanfaatkan untuk
membantu peneliti agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks
setempat terutama bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnografi Lincoln dan Guba 1985; Moleong 1990.
Di samping itu, pemanfaatan informan bagi peneliti dimaksudkan agar dalam waktu yang relatif singkat
banyak informasi yang terjangkau atau sebagai
internal sampling karena informan diminta untuk berbicara,
bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian
4. PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN
95