BebanTekanan yang Dirasakan Guru dalam Mengajar PLH

62 karena dirasa bermanfaat bagi dirinya, dan pernyataan nomor 29 merujuk pada pendapat guru bahwa pengajaran PLH merupakan hal yang penting. Ada 9,68 guru yang menyatakan bahwa pernyataan nomor 6 selalu tidak benar bagi dirinya, artinya guru tersebut merasa bahwa mengajar PLH selalu tidak bermanfaat bagi dirinya Tabel 17. Pernyataan tersebut diberikan oleh guru yang mengajar pada tingkat kelas rendah kelas 1 – 3 SD. Pada pernyataan nomor 12 “Saya rasa mengajar PLH berguna untuk membentuk kepedulian siswa terhadap lingkungan”, ada 3,23 guru yang menyatakan pernyataan nomor 12 kadang benar kadang tidak benar bagi dirinya. Selebihnya guru menyatakan dengan intensitas kebenaran berbeda selalu benar dan seringkali benar bagi dirinya bahwa mengajar PLH berguna untuk membentuk kepedulian siswa terhadap lingkungan. Tabel 17 Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala valueusefulness No. Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 6 Saya percaya mengajar PLH bermanfaat bagi saya. 67,74 16,13 6,45 0,00 9,68 12 Saya rasa mengajar PLH berguna untuk membentuk kepedulian siswa terhadap lingkungan 74,19 22,58 3,23 0,00 0,00 18 Saya rasa PLH penting untuk diajarkan karena dapat memberi pengaruh positif bagi siswa. 77,42 19,35 0,00 0,00 3,23 24 Saya akan bersedia untuk mengajar PLH lagi karena mengajarkan PLH bermanfaat bagi saya 41,94 32,26 19,35 3,23 3,23 29 Menurut saya mengajar PLH adalah hal yang penting 64,52 19,35 12,90 3,23 0,00 Rata-rata 65,16 21,94 8,39 1,29 3,23 Pada pernyataan nomor 18 bahwa PLH penting untuk diajarkan karena dapat memberi pengaruh positif bagi siswa, ada 3,23 guru yang menyatakan selalu tidak benar. Pernyataan tersebut diberikan oleh guru kelas 2. Pengajaran PLH yang diberikan oleh guru tersebut kepada siswa kelas 2 nampaknya belum memberikan pengaruh positif pada siswa. Pernyataan nomor 24 merujuk pada kesediaan guru untuk mengajar PLH lagi karena mengajarkan PLH bermanfaat bagi dirinya. Ada masing-masing 3,23 guru yang mendapatkan skor 1 dan 2 63 pada pernyataan tersebut. Artinya ada guru yang merasa kondisi dalam pernyataan tersebut selalu tidak benar dan seringkali tidak benar bagi dirinya. Guru yang mendapatkan skor 1 pada pernyataan tersebut adalah guru kelas 1, sedangkan guru dengan skor 2 pada pernyataan tersebut adalah guru kelas 3. Ada 3,23 guru yang merasa mengajar PLH seringkali bukan menjadi hal yang penting pernyataan nomor 29, yang berimplikasi bahwa ada materi pengajaran lain yang lebih penting baginya. PLH yang belum menjadi prioritas pengembangan dan pelaksanaan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pengembangan sekolah diduga sebagai salah satu penyebab hal tersebut. Pada dinas tersebut mata ajaran inti masih menjadi fokus untuk pengembangan dan pelaksanaannya. Selain itu target kelulusan siswa dari sekolah dasar masih sepenuhnya berdasar pada mata ajaran inti sehingga guru memiliki tekanan untuk mengejar target kurikulum mata ajaran inti, yang mengakibatkan PLH tidak atau belum menjadi prioritas di sekolah, sehingga guru merasa PLH menjadi tidak penting. Persentase guru yang berpendapat bahwa mengajar PLH memiliki nilai dan kegunaanmanfaat baik bagi dirinya maupun bagi siswanya secara keseluruhan jauh lebih besar daripada guru yang merasa bahwa mengajar PLH kurang atau tidak memiliki nilai dan kegunaanmanfaat bagi dirinya dan siswanya. Guru yang merasa kurangnya nilaimanfaat PLH baik bagi dirinya maupun siswanya merupakan guru yang mengajar tingkat kelas rendah kelas 1 – 3 SD, pada SDN Gunung Bunder 03 dan SDN Gunung Bunder 04. Guru merasa pengajaran PLH pada kelas rendah tidak bermanfaat dan tidak bersedia melakukan pengajaran PLH lagi dapat disebabkan beberapa hal. Pertama, pengajaran PLH pada kelas rendah masih sangat terbatas pada materi lingkungan yang terdapat dalam kurikulum mata ajaran inti yang sifatnya sederhana dan teoritis diberikan di kelas, sehingga guru pada kelas rendah tidak merasakan manfaat pengajaran PLH bagi dirinya. Kedua, pengajaran yang bersifat teoritis di kelas belum dapat memberikan respon positif pada perilaku siswa terhadap lingkungan. Ketiga, anak usia 6 – 9 tahun usia siswa SD pada tingkat kelas rendah, 1 – 3 SD biasanya masih membawa perilaku masa balita yang masih sulit